![]() |
Posted on February 7th 2021 |
Bagi sebagian dari kita, tidur di tempat gelap mungkin sama dengan sebuah mimpi buruk. Kekhawatiran dan ketakutan berlebihan terkadang muncul dan justru membuat tidur jadi tidak nyenyak. Tapi bagaimana jika sebenarnya gelap justru bagus untuk tubuh?
Dilansir dari Yahoo! News, Richard G. “Bugs” Steven, seorang profesor di Sekolah Kedokteran di Universitas Connecticut menulis di The Conversation jika ternyata gelap memiliki efek yang baik untuk tubuh.
Ternyata, terekspos secara teratur dengan pola terang dan gelap berpengaruh terhadap ritme sirkadian kita loh. Dan jika terjadi gangguan pada ritme ini, risiko kesehatan dapat meningkat, termasuk obesitas, diabetes, dan kanker payudara.
Ritme sirkadian ini telah berkembang selama tiga miliar tahun seiring evolusi kehidupan di Bumi terkait siklus siang/malam. Dan itu telah dibangun secara mendalam ke dalam susunan genetik kita.
Proses fisiologis yang mengontrol siklus tidur dan bangun, lapar, aktivitas suhu tubuh, dan ciri fisiologis lainnya disebut dengan ritme sirkadian endogen. Dengan sendirinya, ritme sirkadian endogen hampir 24 jam. Tubuh kita bergantung pada matahari untuk mengatur ulang siklus ini dan menjaganya tepat 24 jam. Cahaya dan gelap merupakan sinyal penting untuk siklus tersebut.
Saat malam hari, dalam gelap, suhu tubuh menurun, metabolisme melambat, dan hormon melatonin meningkat drastis. Ketika matahari muncul di pagi hari, melatonin mulai berkurang dan kita bangun.
Ini adalah peralihan fisiologis alami dari dan menuju malam hari yang terjadi sejak jaman purba, dan melatonin sangat penting agar prosesnya berlanjut sebagaimana mestinya.
Lalu, apa yang dilakukan tubuh di kegelapan?
Jadi, ada banyak hal yang terjadi pada tubuh ketika kegelapan menyelimuti. Kadar hormon leptin, yang membantu mengendalikan rasa lapar naik. Kadar leptin yang lebih tinggi berarti kita tidak merasa lapar, sedangkan jika rendah kita jadi lapar.
Banyak teori yang beredar terkait bagaimana hormon leptin ini naik saat gelap. Tetapi sebuah eksperimen pada manusia menunjukkan bahwa gangguan tidur dan menyalakan lampu menurunkan kadar leptin yang membuat orang lapar di tengah malam.
Dalam satu atau dua dekade terakhir, jadi jelas bahwa gen yang mengatur ritme sirkardian endogen (“gen jam”) juga mengatur sebagian besar dari seluruh genom kita termasuk gen untuk metabolisme (bagaimana makanan diproses), respon kerusakan DNA (bagaimana kita dilindungi dari bahan kimia beracun dan radiasi), dan regulasi siklus sel dan produksi hormon (bagaimana sel dan jaringan tumbuh).
Cahaya di malam hari mengganggu proses ini. Perubahan yang diakibatkan oleh sinar listrik di malam hari memiliki hubungan biologis dengan penyakit dan kondisi yang umum di dunia modern saat ini termasuk obesitas, diabetes, kanker, dan depresi.
Nah, cahaya biru yang dihasilkan oleh tablet, ponsel, komputer, atau lampu fluoresen (CFL) ternyata mampu membodohi tubuh kita dengan mengira itu siang hari.
Cahaya biru juga bertanggung jawab dalam menurunkan kadar melatonin tubuh yang penting dalam mengatur jam biologis. Jadi saat digunakan di malam hari, ini mencegah terjadinya transisi fisiologis primordial ke malam hari dan membuat sulit tidur.
Sayangnya, di era modern sekarang ini semakin banyak dari kita yang menghabiskan waktu lebih lama dengan tablet, komputer dan smartphone. Memandikan wajah dengan cahaya biru terang di waktu yang seharusnya beralih ke fisiologi malam hari.
Bahkan di waktu siang kita justru lebih sedikit mendapatkan cahaya matahari dan terlalu banyak di malam hari, sehingga ritme sirkardian tidak bekerja maksimal. Sangat jarang orang tidur dalam kondisi benar-benar gelap, dan banyak orang kurang sinar matahari karena bekerja di dalam ruang.
Jadi agar kesehatan sirkardian bisa maksimal apa yang harus dilakukan? Menurut Steven, yang harus dilakukan adalah mendapatkan cahaya biru (lebih baik dari sinar matahari) setiap pagi, dan gunakan cahaya redup di malam hari serta tidur dalam gelap.
Steven menyebut cara ini akan meningkatkan kualitas tidur dan mungkin saja mencegah berbagai penyakit di masa mendatang. Jadi, siap untuk tidur di kamar gelap? (*)