![]() |
Posted on January 6th 2021 |
Jepang merupakan salah satu konsumen ikan terbesar di dunia. Makanan khas Jepang seperti sashimi membutuhkan daging ikan laut segar sebagai bahannya, seperti ikan tuna sirip kuning atau tuna sirip biru.
Karena tingkat kesegarannya menentukan harga, maka tak heran jika tuna yang baru ditangkap biasanya dijual dengan harga lelang yang fantastis.
Seperti Selasa (5/1) lalu di Pasar Ikan Toyosu, Tokyo. Seekor tuna sirip biru terjual dengan harga 20,8 juta yen (sekitar Rp 2,81 miliar) dalam lelang ikan pertama setelah liburan akhir tahun.
Meski terdengar mahal, harga tersebut sebenarnya jauh di bawah harga lelang tuna di periode yang sama pada 2020 silam, yaitu 195 juta yen (sekitar Rp 26,68 miliar).
Kiyomura Corp adalah salah satu penawar dalam lelang tersebut. Perusahaan ini menahan diri untuk tidak membeli lelang dengan harga terlalu mahal, karena mereka khawatir jika pengunjung restoran mereka akan membludak.
Ikan tuna dengan harga mahal memang selalu menarik perhatian media di Jepang. Pemerintah Jepang mengatakan jika aktivitas makan dan minum di tempat umum seperti restoran adalah salah satu penyebab utama penyebaran virus korona di Jepang.
Harga jual ikan tuna dialam pelelangan di Jepang selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 lalu, tuna yang terjual seharga 333,6 juta yen (sekitar Rp. 45,07 miliar) memecakan rekor ikan tuna termahal yang pernah terjual di pelelangan ikan.
"Penyebaran virus korona baru akan tertahan setelah vaksinasi dan pengobatan dapat dilakukan secara lebih merata," ujar Koh Ehara, presiden perusahaan grosir Tohto Suisan. "Hingga waktu itu tiba, kami bertekad untuk dapat terus menyuplai stok makanan segar secara stabil."
Senin (4/1) lalu, Pemerintah Jepang memberlakukan status darurat karena jumlah kasus virus korona yang semakin meningkat menjadi 1.278 total kasus pada Selasa lalu. Angka tersebut merupakan total jumlah kasus terbesar kedua semenjak pandemi melanda Jepang, dengan jumlah total kasus parah sebanyak 111. (*)