![]() |
Posted on November 26th 2020 |
Dunia olahraga berduka. Legenda sepak bola asal Argentina Diego Armando Maradona meninggal dunia di usia 60 tahun. Banyak cerita menarik seputar sang legenda. Termasuk kehidupan di masa kecilnya yang penuh keterbatasan.
---
Ketika aktif menjadi pemain, mendiang Diego Maradona terkenal dengan skill individunya. Kemampuan dribbling-nya kerap membuat orang berdecak kagum. Terutama ketika ia melakukan dribbling sembari beratraksi juggling. Ternyata kemampuan itu memang ia asah sejak kecil dengan berbagai cara, di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya.
Ya, keluarga Maradona memang termasuk masyarakat kurang mampu di Argentina. Ayahnya mulanya seorang tukang perahu di delta Paraná di provinsi Corrientes, ujung timur laut Argertina. Beberapa tahun setelah menikah, ayah Maradona pindah ke Buenos Aires, ibu kota Argentina.
Maradona memiliki keluarga besar. Orang tuanya total punya tiga anak laki-laki, dan lima anak perempuan. Di Buenos Aires, keluarga ini tinggal satu rumah bersama kerabat lainnya. Ketika itu, ibunya membantu mencari pendapatan dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Ketika kerabatnya pindah, keluarga kecil Maradona terpaksa membangun rumah sendiri. Ayahnya yang membangun sendiri di Villa Fiorito. Eits, meskipun namanya Villa, tapi itu bukan tempat keren seperti istilah vila di Indonesia. Villa Fiorito adalah kawasan kumuh dan rawan kriminalitas.
Di rumah itu, Diego Maradona tumbuh tanpa listrik dan air ledeng. Sejak kecil Maradona juga sudah membantu keluarganya mencari tambahan penghasilan. Berbagai peran ia lakoni saat itu. Mulai dari membukakan pintu taksi, menjual barang bekas, hingga mengumpulkan kertas bagian dalam pembungkus rokok.
Sebagai anak keturunan Italia-Argentina, dalam darah Maradona sejak kecil memang sudah ada gen sepak bola. Maradona kecil merasa enjoy dengan sepak bola. Sehingga tiap ada waktu luang, ia selalu berupaya memainkan si kulit bundar.
Dalam perjalanan ke sekolah misalnya. Maradona selalu membawa "bekal" benda-benda yang ia perlakukan sebagai bola. Ia kerap membawa jeruk, koran kusut yang sudah dikepal-kepal, atau seikiat kain yang digulung. Benda-benda itu ia gunakan untuk melakukan keepie-up.
Ia sangat piawai melakukan itu, meskipun tidak dengan bola sungguhan. Salah satu tantangan yang tak pernah dilewatkan Maradona adalah ia tak pernah membiarkan bola menyentuh tanah, sekalipun melewati perlintasan kereta api.
Singkat cerita, bakat Maradona kecil pertama kali terpantau oleh klub Argentinos Juniors. Saat itu ia diminta ikut uji coba oleh klub asal La Paternal, Buenos Aires itu. Ketika pertama kali bergabung dengan tim itu, para staf klub mengira Maradona lebih tua delapan tahun dan kekurangan gizi. Ternyata tidak. Usia Maradona memang benar saat itu. Tim pun segera membawa Maradona ke dokter untuk mendapat perbaikan gizi.
Di laga pertama membela Argentinos Juniors, Maradona langsung menghibur penonton lewat trik-trik mengolah bolanya. Di usia 11 tahun, nama Maradona sudah disebut-sebut oleh sejumlah media nasional Argentina. Nah begitu guys cerita Maradona kecil yang pernah diungkap sejumlah media, termasuk Guardian. Jadi, kalian jangan pernah menyerah menghadapi segala keterbatasan. Sebab, tak sedikit bintang yang malah ditempa oleh sebuah keterbatasan.
Selamat jalan Maradona. (Baca juga: Diego Maradona si "Tangan Tuhan" Meninggal Dunia di Usia 60 Tahun).(*)