![]() |
Posted on November 7th 2020 |
Pandemi Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Jumlah kasusnya bahkan sudah hampir menyentuh angka 50 ribu di seluruh dunia dengan kasus kematian hampir 1,2 juta. Hal ini membuat banyak negara di Eropa, yang menjadi benua terbanyak penyumbang kasus, harus melakukan lockdown kedua demi menekan penularan.
Dilansir dari The Jakarta Post, selain membantu menekan penularan, lockdown yang dilakukan di Eropa ini ternyata juga berdampak pada perbaikan lingkungan seperti kualitas udara yang lebih baik dan emisi karbon yang lebih sedikit. Tetapi menurut European Environment Agency (EEA), ini bersifat sementara.
Menurut lembaga yang berbasis di Kopenhagen ini, lockdown yang dilakukan di negara Eropa mungkin memiliki beberapa dampak positif langsung dan jangka pendek bagi lingkungan. Terutama dalam hal emisi dan kualitas udara meskipun mungkin hanya bersifat sementara.
Badan Uni Eropa mengatakan data menunjukkan bahwa konsentrasi nitrogen dioksida (NO2), turun tajam di negara yang memberlakukan lockdown pada musim semi 2020. Gas ini sebagian besar dikeluarkan kendaraan dan dapat menyebabkan peradangan pada sistem pernapasan.
Negara-negara yang melakukan lockdown ketat memperlihatkan penurunan yang cukup besar. Misalnya saja konsentrasi NO2 turun 61 persen di Spanyol, 52 persen di Perancis, dan 48 pesen di Italia.
Namun di sisi lain, pandemi juga menyebabkan terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penggunaan plastik. Adanya lonjakan terhadap permintaan akan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan hand sanitizer menjadi salah satu penyebabnya.
Pandemi telah memaksa restoran hanya menerima pesanan untuk dibawa pulang. Kondisi ini membuat mereka memilih menggunakan wadah plastik sekali pakai. Ditambah lagi, anjuran untuk tetap di rumah membuat belanja online meningkat dan turut berkontribusi dalam masalah tersebut.
“Meningkatnya permintaan barang-barang ini dapat menjadi tantangan bagi upaya Uni Eropa untuk mengekang polusi plastik dan bergerak menuju sistem lingkaran plastik yang lebih berkelanjutan,” kata pernyataan tersebut.
Namun mereka menambahkan, pandemi juga membuat harga minyak mengalami penurunan. Harga yang lebih murah ini membuat produsen lebih memilih untuk menggunakan minyak daripada bahan daur ulang untuk membuat plastik.(*)