![]() |
Posted on November 1st 2020 |
Siapa bilang pekerjaan yang berisiko tinggi terpapar Covid-19 hanya terjadai pada para tenaga kesehatan? Sebuah penelitian terbaru mengungkap jika bekerja di supermarket atau swalayan meningkatkan risiko terpapar Covid-19, terutama mereka yang harus berinteraksi dengan pelanggan.
Dilansir dari CNN, para pekerja ini bisa menjadi sumber penularan yang signifikan untuk Covid-19 tanpa menyadarinya. Sebab, subyek yang terlibat dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Occupational and Environtmental Medicine ini tidak menunjukkan gejala.
Penelitian yang dipublikasikan pada Kamis ini menjadi yang pertama memperlihatkan tingkat infeksi asimptomatik, risiko paparan dan tekanan psikologis yang dirasakan pekerja supermarket selama pandemi.
Hasilnya, 20 persen dari 104 pegawai supermarket yang diuji pada sebuah toko di Boston pada Mei memiliki hasil tes swab hidung positif. Menurut para peneliti, angka ini memperlihatkan tingkat infeksi yang jauh lebih tinggi dibanding komunitas lain di sekitarnya.
Bahkan pada pekerja yang harus berinteraksi dengan pelanggan lima kali lebih mungkin mendapatkan hasil positif Covid-19 daripada rekan mereka di bagian lain. Kabar buruknya, tiga dari empat orang yang dites positif tidak menunjukkan gejala.
“Kami terkejut melihat banyak orang tidak menunjukkan gejala. Ini jelas sangat mengkhawatirkan karena pekerja supermarket berhadapan dengan pelanggan dan semcam berfungsi sebagai perantara untuk virus – hampir seperti super spreader,” ujar dr Justin Yang, asisten profesor di Boston University School of Medicine dan peeliti di Harvard School of Public Health yang terllibat dalam studi.
Para pekerja dalam penelitian ini juga sudah mencoba menerapkan protokol pencegahan. Sebanyak 91 persen mengatakan mereka menggunakan masker saat bekerja dan 77 persen juga menggunakannya saat tidak bekerja. Namun hanya sekitar 66 persen yang mengatakan bahwa mereka dapat menerapkan jaga jarak secara konsisten saat bekerja.
Kegalalan menjaga jarak ini berdampak secara emosional dan juga fisik. Hampir seperempat orang dalam pekerjaan costumer service mengatakan mereka memiliki masalah dengan kecemasan dan depresi dibanding 8 persen pekerja yang tidak melakukan kontak dengan pelanggan.
Para pekerja yang mengandalkan transportasi umum juga kemungkinan memiliki depresi lebih besar dibanding yang menggunakan kendaraan pribadi. "Jika kalian berada dalam kondisi saat menghadapi pelanggan, kalian tidak bisa menjaga jarak 2 meter dan itu sangat membuat stres para karyawan," kata Yang.
Hasil dari penelitian ini memang terlihat tingginya infeksi pada pekerja yang terlibat dalam penelitian ini. Sebagai perbandingan, sebuah penelitian tentang infeksi Covid-19 di antara petugas kesehatan di Belanda menemukan tingkat infeksi sekitar 10 persen.
Adanya temuan ini, menurut yang, diharapkan bisa mendorong pemerintah dan pemilik toko untuk memberikan pedoman yang lebih baik, pengujian rutin dan perlindungan lebih kepada pekerja supermarket.
“Kami menghabiskan banyak waktu berbicara tentang petugas medis, dan mereka memang penting, tetapi kami melupakan banyak potongan puzzle jika tidak melihat paparan pada pekerja non medis. Suara mereka tidak didengar. Aku pikir ini penting untuk dipublikasikan jadi pemerintah dan pemilik toko bisa menjadikannya sebagai catatan dan memastikan lebih melindungi karyawan,” tambah Yang.(*)