Current Issues

Penelitian: Covid-19 Juga Mudah Menyebar di Outdoor

Dwiwa

Posted on October 3rd 2020

Selama berbulan-bulan para ahli sepakat jika berada di dalam ruangan akan membuat risiko seseorang terkena Covid-19 meningkat. Tetapi ternyata penelitian terbaru mengungkap jika Covid-19 juga bisa menyebar di luar ruangan loh.

Dilansir dari Bestlife, penelitian yang diterbitkan di Environmental Research menunjukkan jika dalam kondisi atmosfer tertentu, penyebaran virus corona di luar ruangan cukup besar.

Dengan menggunakan data meteorologi dan informasi kasus yang dilaporkan di Kota New York dari Maret sampai April, model komputer digunakan untuk mensimulasikan partikel yang dikeluarkan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Hasilnya, terlihat bahwa ketika ada kombinasi suhu yang hangat atau sedikit sejuk dengan kecepatan angin yang pelan dan turbulensi lemah. Di sana virus yang bisa bertahan di udara meningkat secara drastis. Dalam beberapa kasus, bertahannya bisa sampai 30 menit. Dan, bisa bergerak hingga satu mil.

“Penelitian ini adalah bukti lebih lanjut bahwa udara di luar tidak dapat mengencerkan partikel virus dan ada bukti kuat jika penyebaran yang berkaitan dengan ruangan di seluruh negara bagian terkait penularan airborne,” jelas penulis studi Kiran Bhaganagar. Dia adalah profesor teknik mesin di Universitas Texas di San Antonio.

Kiran juga menyebutkan, rekomendasi jaga jarak 1,8 meter mungkin tidak cukup untuk membuat virus menyebar di masyarakat. Jadi, satu-satunya cara yang efektif untuk mencegah terpapar virus adalah menggunakan masker, sekalipun kita berada di luar ruangan yang sangat terbuka.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa tingkat kelembapan dapat berpengaruh pada kemampuan Covid-19 menyebar. Pada Agustus, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Transboundary and Emerging Disease menemukan ada korelasi langsung penurunan kelembaban dengan peningkatan penularan Covid-19 pada masyarakat.

Hasil ini memperlihatkan bahwa hanya 1 persen penurunan pada kelembapan relatif dapat meningkatkan kasus hingga 8 persen. Sementara penurunan kelembapan sebanyak 10 persen akan membuat kasus menjadi dua kali lipat.

Penelitian baru lainnya yang dipublikasikan di jurnal Physics of Fluids menemukan bahwa droplet pernapasan yang potensial terkontaminasi Covid-19 dapat hidup hingga 23 kali lebih lama dalam kelembapan tinggi.

“Ketika kelembapan rendah, udara lebih kering dan ini membuat aerosol lebih kecil. Ketika kalian bersin dan batuk aerosol kecil yang infeksius itu dapat bertahan di duara lebih lama. Ini meningkatkan terjadinya paparan pada orang lain,” ujar penulis utama penelitian itu, Michael Ward PhD. Ward merupakan seorang epidemiologis di University of Sidney.

Pakar lain juga memperingatkan penularan di luar ruang bukan tidak mungkin seperti yang dipikirkan banyak orang. “Aku pikir jika orang mendengar luar ruang dan merasa semua baik-baik saja. Tetapi ini harus dengan menerapkan aturan jaga jarak,” ujar Linsey Marr PhD, ilmuwan aerosol di Virginia Tech kepada The New York Times pada Juli lalu.

Bukti-bukti yang muncul ini pun menunjukkan betapa pentingnya melakukan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun di manapun kita berada. Selain itu, perhatikan juga durasi, ventilasi, dan jarak saat kalian berada di sekitar orang lain.(*)

Artikel Terkait
Current Issues
Lampaui Filipina, Indonesia Jadi Negara Dengan Kasus Tertinggi di Asia Tenggara

Current Issues
Jaga Jarak 1,8 Meter Mungkin Tak Cukup untuk Melindungimu dari Covid-19

Current Issues
Ternyata Cewek Lebih Patuh Protokol Covid-19 Daripada Cowok