![]() |
Posted on September 21st 2020 |
(Lady Gaga)
Lady Gaga mungkin sedang menuai kesuksesan besar dari album terbarunya, Chromatica dan deretan penghargaan Grammy yang diterimanya. Tapi ternyata di balik itu semua, tersimpan kisah pilu tentang kesehatan mental bintang pop tersebut dan betapa ia sempat sangat membenci dirinya sendiri di masa lalu.
Melalui wawancara yang dilakukan oleh CBS News, Lady Gaga buka-bukaan tentang masa-masa sulit yang ia hadapi dan bagaimana perasaan tersebut dituangkan dalam album terbarunya.
“Nggak ada satu pun lagu di album tersebut yang tidak sesuai kenyataan. Gak ada satu pun,” jelasnya pada Lee Cowan dalam wawancara tersebut.
“Saat itu aku benar-benar menyerah dengan diriku sendiri. Aku benci jadi terkenal. Aku benci jadi seorang bintang. Aku merasa sangat lelah.”
Di tengah-tengah wawancara, pelantun Rain On Me tersebut menunjuk ke arah piano yang ada di dekatnya. “Ini piano yang sudah aku punya bertahun-tahun. Aku menulis banyak lagu dengan piano dan aku berpikir, ‘Ini piano yang spesial banget, aku cinta banget sama piano ini’”
(CBS News)
Namun ketika keadaan mentalnya lagi di titik rendah, semuanya berubah. “Laluaku melihat piano ini dan berpikir, ‘Kamu yang mengacaukan hidupku!’ Karena aku merasa, ‘Kamu yang membuatku menjadi seorang Lady Gaga. Musuh terbesarku adalah Lady Gaga!’”
Saat itu, bintang pop tersebut marah banget sama ‘musuhnya’ itu. “Apa yang kamu lakukan? Kamu nggak bisa ke supermarket sekarang. Makan malam dengan keluarga selalu membicarakan kamu. Bajumu, penampilanmu, duh kenapa harus kayak gitu sih?!”
Percakapan ini mirip banget dengan lirik lagu 911 yang baru banget rilis video musiknya. Di bagian chorus, penyanyi bernama asli Stefani ini berkata, “My biggest enemy is me, pop a 911—” dan memang lagu ini menyimpan kisah ketika Lady Gaga sedang dalam terapi obat untuk kondisi mentalnya.
“--pop a 911” di sini menggambarkan kondisi yang benar-benar darurat ketika ia mengalami gejala psikotik dan sangat membutuhkan obat antipsikotik. 911 sendiri adalah nomor darurat di negara Amerika Serikat, jadi obat tersebut adalah penolong dirinya dalam keadaan darurat.
Lirik “Turnin' up emotional faders” di verse pertama dan “I can't seeâme cry, can't seeâme cry ever again” juga menggambarkan penggunaan obat antipsikotik tersebut. Antipsikotik memang punya efek samping penurunan emosi sehingga penggunanya nggak bisa merasakan emosi. Makanya disebut emotional faders sama Lady Gaga dan memang obat ini bisa bikin orang tidak bisa mengekspresikan emosi.
Selain sempat harus mengonsumsi obat-obatan, penyanyi yang baru aja berkolaborasi dengan Ariana Grande ini juga pernah mengalami masa di mana ia terus-menerus ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Bahkan ia harus selalu dipantau agar tidak melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.
Tapi, walaupun sempat mengalami masa suram tersebut selama beberapa tahun, kini Lady Gaga berhasil kembali mencintai dirinya sendiri. “Sekarang aku nggak lagi membenci seorang Lady Gaga. Aku menemukan cara untuk mencintai diriku sendiri lagi walaupun sempat berpikir aku gak bakal bisa.”
Look Lady Gaga di MV '911'
Penyanyi kelahiran 34 tahun lalu ini juga berkata, “Sekarang aku melihat piano ini dan aku merasa, ‘Ya ampun, pianoku! Piano kesayanganku! Piano yang membuatku berpendapat, piano yang menemaniku bikin puisi, ini pianoku!”
Nah, Lady Gaga bisa jadi contoh yang baik nih. Kesehatan mental bukan suatu hal yang harus ditutupi, namun harus dikonsultasikan ke pihak profesional agar bisa mereda. Jangan ragu buat ke psikolog atau psikiater kalau merasa ada perubahan emosi atau kejiwaan yang berkepanjangan dan nggak biasa dalam dirimu. Mental health matters! (*)