![]() |
Posted on September 21st 2020 |
Demam telah menjadi salah satu gejala umum yang dialami ketika seseorang mengalami infeksi. Secara alami, ini menjadi mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan kuman-kuman jahat yang mencoba masuk.
Namun ternyata, ada pula kondisi dimana seseorang merasakan demam meskipun secara fisik dinyatakan sehat loh. Dilansir dari Insider, hal ini dapat terjadi saat individu mengalami stres dan sering disebut sebagai demam psikogenik.
“Sebuah fenomena telah dijelaskan dimana stress tampaknya meningkatkan suhu inti tubuh meskipun tidak ada proses inflamasi atau cidera,” ujar dokter Katrina Miller Parrish, chief quality and information executive untuk L.A. Care Health Plan.
Menurut makalah ilmiah pada 2015 yang diterbitkan di jurnal Temperature, demam psikogenik biasanya didiagnosis ketika suhu tubuh di atas 37 derajat celcius saat seseorang mengalami stress akut maupun kronis tanpa adanya infeksi atau penyakit.
Dokter belum mengetahui secara pasti bagaimana ini bisa terjadi. Namun menurut Miller Parrish, mereka percaya jika otak meningkatkan suhu tubuh sebagai respon dari stress atau bahwa hormon stress berinteraksi dengan sistem endokrin dan memicu peningkatan suhu tubuh.
Demam ini pun bisa terjadi pada semua usia namun tampaknya lebih sering dialami oleh perempuan dibanding dengan laki-laki. Tetapi karena belum banyak penelitian yang dilakukan, belum ada data yang tepat dan konsisten.
“Sulit untuk mengetahui prevalensi sebenarnya dari demam psikogenik karena tidak banyak laporan yang ada. Jika kita mengambil semua orang dengan berbagai jenis stress dan mencatat sebagian dari mereka memiliki hipertermia yang dipicu stres, ini akan menjadi angka yang cukup tinggi,” lanjutnya.
Lalu bagaimana kita tahu kalau stress ini memicu demam?
Demam psikogenik memiliki banyak gejala yang mirip dengan demam pada umumnya. Adanya peningkatan suhu tubuh, merasa kepanasan atau memerah, menggigil atau sakit, dan kelelahan.
Pada stress akut, hal ini akan lebih mudah dideteksi. Misalnya saja ketika tiba-tiba kalian mendapat berita buruk yang mengejutkan seperti kematian orang tersayang, kalian mungkin akan merasakan gejala ini dan mengenali ini sebagai demam psikogenik.
Tetapi pada kasus stress kronis, seperti saat merawat orang sakit yang dikasihi dalam jangka waktu lama, hal ini akan lebih sulit dideteksi. Stress itu akan mengumpul sedikit demi sedikit dan seiring berjalannya waktu akan menumpuk dan memicu gejala demam psikogenik.
Namun untuk bisa menyebut sebagai demam psikogenik, penyebab fisik demam lainnya harus disingkorkan. Perlu diingat jika demam biasanya mucul karena sakit atau cidera. Jadi jika kalian demam dan mengalami gejala seperti hidung tersumbat dan batuk, kemungkinan ada penyebab lain selain stress seperti pilek dan flu.
Menurut Milller Parrish, jika mengalami demam secara teratur tetapi tidak diketahui apa penyebab yang mendasaru, misal sakit atau cidera, kalian harus membuat jurnal demam. Catat suhu dan gejala yang dialami serta lama berlangsungnya. Jika demam yang tidak bisa dijelaskan terus berlanjut, segera temui dokter.
“Jika hal ini berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, lebih bijaksana untuk menemui doketer untuk menyingkirkan penyebab lain yang memerlukan perawatan medis. Jika penyebab tersebut dikesampingkan atau telah diobati dan masih demam, intervensi psikologis dan menghilangkan penyebab stress bisa membantu,” tambahnya.
Bagaimana cara mengobati demam psikogenik?
Hal yang perlu dilakukan hanyalah mengurangi tingkat stress. Dalam sebuah artikel di jurnal Temperature pada 2015 menuliskan jika demam psikogenik biasanya tidak membaik saat diobati dengan obat antiinflamasi umum seperti aspirin atau ibuprofen, meskipun ini bisa menurunkan sebagian besar demam.
Kebanyakan demam psikogenik hanya sebentar dan sembuh sendiri. Menurunkan stress melalui terapi dan intervensi non-medis seperti mindfulness juga dapat membantu mengobati demam psikogenik.
Kalian juga perlu mengidentifikasi stress terlebih dahulu. Ini mungkin bisa sebuah kejadian spesifik atau pemicu stres yang tengah berlangsung seperti kecemasan yang tidak ditangani, depresi, atau burnout terkait pekerjaan. Ketika kalian bisa mengidentifikasi sumber stress, akar penyebab demam juga bisa diatasi.
“Tergantung dari penyebabnya, penawarnya bisa dari perilaku kognitif atau terapi psikologis lain, meditasi, yoga, dan latihan yang fokus dalam menurunkan tingkat stress, atau bahkan obat-obatan untuk mengatasinya,” kata Miller Parrish. (*)