Interest

Bisakah Kontaminasi Mikroplastik Dideteksi Dalam Jaringan Tubuh Manusia?

Dwiwa

Posted on August 20th 2020

Mikroplastik telah mencemari seluruh planet, mulai dari  tanah bersalju di Arktik dan pegunungan Alpen hingga lautan terdalam. Orang-orang juga diketahui mengonsumsinya melalui makanan dan air, mengirupnya, tetapi potensi dampak terhadap kesehatan manusia belum diketahui.

Para peneliti berharap dapat menemukan partikel tersebut di organ manusia dan dapat mengidentifikasi jejak kimiawi plastik di dalam jaringan. Tetapi mengisolasi dan mengelompokkan fragmen yang sangat kecil ini cukup sulit, dan kontaminasi dari plastik di udara juga merupakan sebuah tantangan.

Dilansir dari The Guardian, pengujian teknik dilakukan dengan menambahkan partikel ke-47 sampel jaringan paru-paru, hati, limpa, dan ginjal yang diperoleh dari bank jaringan yang didirikan untuk mempelajari penyakit neurodegeneratif. Hasilnya menunjukkan bahwa mikroplastik dapat dideteksi di setiap sampel.

Para ilmuwan, yang karyanya dipresentasikan di pertemuan American Chemical Society pada Senin, mengatakan teknik mereka akan memungkinkan penelitian lain untuk menentukan tingkat kontaminasi pada organ manusia di seluruh dunia.

“Naif jika percaya ada plastik dimana-mana tetapi tidak di dalam tubuh kita. Kami sekarang menyediakan platform penelitian yang memungkinkan kami dan lainnya untuk mencari apa yang tidak terlihat – partikel ini terlalu kecil untuk dilihat mata telanjang. Risiko (untuk kesehatan) benar-benar bersemayam dalam partikel kecil,” ujar Rolf Halden di Arizona State University.

Metode analisis yang dikembangkan memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi puluhan jenis plastik, termasuk polietilen tereftalat (PET) yang digunakan dalam botol plastik dan polietilen yang digunakan dalam kantong plastik.

Mereka menemukan bisphenol A (BPA), bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik, di semua sampel. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat khawatir dengan BPA karena ini adalah racun bagi sistem reproduksi, perkembangan dan sistemik dalam penelitian pada hewan.

“Kita tidak pernah ingin khawatir, tetapi bahan-bahan yang tidak bisa terurai yang ada di mana-mana ini (mungkin) masuk dan terakumulasi di dalam jaringan manusia, dan kita tidak tahu kemungkinan dampaknya bagi kesehatan,” ujar Varun Kelkar dari Arizona State University, bagian dari tim peneliti.

Dia menambahkan ketika mereka berhasil mendapatkan gambaran apa yang ada di dalam jaringan, tim dapat melakukan studi epidemiologi untuk menilai dampaknya pada kesehatan manusia. Dengan begitu mereka bisa mulai memahami potensi risiko kesehatan, jika ada.

Mikroplastik memiliki diameter kurang dari 5 milimeter dan nanoplastik memiliki diameter kurang dari 0,001 milimeter. Keduanya terbentuk dari abrasi potongan plastik yang lebih besar yang dibuang ke lingkungan. Penelitian pada satwa liar dan hewan laboratorium telah mengaitkan paparan plastik kecil dengan kemandulan, pembengkakan dan kanker.

Para peneliti sekarang menguji jaringan untui menemukan mikroplastik yang terakumulasi selama hidup pendonor. Pendonor ke bang jaringan biasanya memberikan infoemasi tentang gaya hidup, diet dan pekerjaan mereka. Ini mungkin membantu pekerjaan di masa depan untuk menentukan cara utama bagaimana orang terpapar mikroplastik.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan orang makan dan menghirup setidaknya 50 ribu partikel mikroplastik setahun dan bahwa polusi mikroplastik menghujani penduduk kota dengan London di Inggris memiliki tingkat tertinggi diantara empat kota yang dianalisis tahun lalu.

Partikel tersebut dapat menyimpan bahan kimia beracun dan mikroba berbahaya dan diketahui membahayakan beberapa makhluk lain. Penelitian lain menunjukkan berbagai jenis nanopartikel dari polusi udara ditemukan di hati dan otak manusia dan telah dikaitkan dengan kanker otak. (*)

Artikel Terkait
Interest
Separuh Sampah Plastik Sekali Pakai di Dunia Berasal dari 20 Perusahaan

Interest
Berapa Banyak Sih Plastik yang Kita Makan? Seperti Ini Gambarannya

Interest
2 Ton Sampah Plastik Sekali Pakai Ditemukan di 11 Pantai di Indonesia