Current Issues

Mantan Pemimpin Dunia Serukan Perlindungan Pendidikan Anak Saat Pandemi

Dwiwa

Posted on August 18th 2020

 

Dampak pandemi Covid-19 terhadap pendidikan di berbagai penjuru dunia rupanya mengusik para mantan pemimpin dunia. Sebut saja mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, mantan Presiden Irlandia Mary Robinson, serta para ekonom, politisi dan pendidik dari seluruh dunia.

Dilansir dari The Guardian, kelompok tokoh senior ini telah mengirimkan surat kepada para pemimpin G20, pemerintah nasional dan lembaga keuangan global. Dalam surat tersebut, mereka menyerukan para pemimpin negara segera bertindak untuk memastikan pendidikan generasi muda tidak terampas akibat Covid-19.

Mereka mengingatkan jika setidaknya 30 juta anak mungkin tidak akan kembali ke sekolah karena pandemi. Ini berdasarkan laporan UNESCO. Mereka juga menyuarakan keprihatinan pada anak-anak paling miskin di dunia karena telah kehilangan kesempatan belajar dan tidak memiliki akses internet.

Anak-anak juga kehilangan makan gratis di sekolah. Sebanyak 300 juta anak di seluruh dunia sempat terbantu dengan program itu. Kini berpotensi terkena ancaman kelaparan. Selain itu, mereka juga menyebut sekolah adalah pertahanan terbaik melawan kawin paksa bagi jutaan remaja perempuan di seluruh dunia.

Dalam proposal tersebut, mereka menyarankan agar setiap negara harus berjanji untuk mengedepankan bantuan pendidikan, memprioritaskan kebutuhan anak-anak paling tidak beruntung dan mendorong partisipasi sekolah.

Komunitas internasional juga turut diajak untuk meningkatkan bantuan pendidikan, dengan fokus pada yang paling rentan. Mereka diminta membebaskan sumber pendidikan melalui keringanan hutang. Sementara International Monetary Fund (IMF) untung mengeluarkan USD 1,2 triliun dari aset cadangan globalnya untuk negara-negara yang sangat membutuhkan.

“Kami menulis untuk menyerukan tindakan segera guna mengatasi kedaruratan pendidikan global yang dipicu oleh Covid-19. Dengan lebih dari 1 miliar anak tidak sekolah karena lockdown, sekarang ada bahaya yang nyata bahwa krisi kesehatan akan menciptakan generasi Covid yang kehilangan sekolah dan kesempatan yang rusak secara permanen,” bunyi surat tersebut.

Surat tersebut juga menyoroti bahaya pada anak-anak kecil yang dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang eksploitatif dan berbahaya dan membuat kemajuan dalam kesetaraan gender berpotensi mengalami kemunduran.

“Kita tidak bisa diam dan membiarkan orang-orang muda ini dirampok dari pendidikan dan kesempatan  yang adil di dalam hidup,” begitu bunyi lanjutan tulisan tersebut. (*)

 

Artikel Terkait
Current Issues
Covid-19 Bikin Sekolah Tutup, Generasi Terancam Kehilangan Keterampilan

Current Issues
Perokok Indonesia Ragukan Fakta Jika Rokok Tingkatkan Risiko Tertular Covid-19

Current Issues
Face Shield Tanpa Masker & Masker Berkatup Tak Efektif Cegah Penularan Covid-19