Current Issues

Indonesia Disebut Terburuk di ASEAN, Ini Kenapa Harus #PatuhiProtokolCovid19

Dwiwa

Posted on May 19th 2020

Sudah berapa lama Indonesia terinfeksi virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19? Jika dihitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret silam, sudah 79 hari masyarakat Indonesia berjibaku dengan penyakit yang disebut berasal dari Wuhan ini.

Setelah hampir 3 bulan berhadap-hadapan dengan Covid-19 seperti apakah kondisi Indonesia? Berdasar data resmi yang dirilis pemerintah saat berita ini dibuat, Indonesia sudah mencatat ada 18.496  kasus pasien positif, melonjak 486 kasus dibanding hari kemarin yang hanya 18.010.  Dari jumlah tersebut, 1.221 nyawa pun sudah melayang akibat Covid-19.

Dari yang pertama kali diumumkan terjadi pada warga Depok, virus corona jenis baru ini kini sudah menyebar seluruh provinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh hingga Papua, tidak ada satupun dari 34 provinsi Indonesia yang bebas dari Covid-19. Semua rata kebagian. Dan, belum ada tanda-tanda kurva melandai.

Jika pun terlihat grafik melandai, menurut analisis tim Respon Covid-19 Indonesia yang dikelola FMIPA UGM di situs resminya, ini hanyalah semu belaka. Disebut semu karena menurunnya kasus selama beberapa saat lebih dipengaruhi oleh efek penerapan PSBB 2 minggu atau 1 bulan lalu.

Sedangkan menurut situs Endcoronavirus.org yang merupakan situs milik para ilmuwan di Harvard, MIT, dan NECSI di Amerika Serikat, Indonesia memang masih berada dalam grafik merah jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.

Grafik merah ini berarti jika Indonesia harus segera bertindak agar pandemi ini tidak semakin meluas. Indonesia memang tidak sendiri, Singapura dan Filipina juga berada di grafik merah.

Namun jika dibandingkan dengan Malaysia yang berada di grafik kuning, yang berarti cukup berhasil mengatasi pandemi, prestasi Indonesia tentu tidak bisa dibanggakan. Apalagi jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Kamboja yang telah sukses mengatasi pandemi Covid-19. 

 

Bahkan di Vietnam dan Kamboja, sama sekali tidak tercatat adanya kematian akibat Covid-19. Lalu apa rahasianya? Di Vietnam, ternyata pemerintah memang bertindak “berlebihan” sejak kasus muncul. Mereka bertindak cepat dengan menghentikan semua penerbangan menuju dan dari Tiongkok.

Sekolah-sekolah ditutup, semua kendaraan darat, kecuali layanan pengiriman makanan dihentikan. Karantina 21 hari dan physical distancing juga diberlakukan untuk menghentikan pandemi ini. Ada pula protokol kesehatan yang mengedepankan langkah proaktif dan konsistensi pemerintah. Selain itu, Vietnam juga melakukan pelacakan masif Covid-19.

Tindakan “berlebihan” itu diambil rupanya karena mereka sadar jika sistem kesehatan Vietnam tidak akan mampu menangani jika sampai virus SARS-Cov-2 ini meledak. Jadi, langkah pencegahan berskala besar dilakukan sejak awal. Meski berbatasan dengan Tiongkok dan memiliki penduduk sekitar 97 juta jiwa, kasusnya hanya berkisar di angka 300 tanpa ada kematian.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sejumlah kebijakan memang sudah diterapkan oleh pemerintah. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), larangan mudik, aturan physical distancing, memakai masker, hingga penghentian sementara seluruh moda transportasi.

Moda transportasi sempat disebut akan berhenti beroperasi sejak 24 April hingga Juni 2020. Tetapi belum  sebulan berjalan, tepatnya tanggal 7 Mei 2020, seluruh transportasi kembali diperbolehkan beroperasi, tetapi dengan syarat dan protokol yang ketat.

Tepat di tanggal tersebut, bandara Soekarno Hatta tampak penuh sesak. Tidak ada satupun orang yang mengikuti aturan jaga jarak. Semua berdempetan untuk bisa mendapatkan pelayanan. Protokol kesehatan yang selama ini digembar-gemborkan seolah diabaikan.

Sebenarnya bukan hanya bandara Soekarno Hatta saja yang penuh sesak oleh manusia. Semenjak beberapa hari terakhir, media sosial juga dipenuhi dengan foto dan video yang memperlihatkan mall-mall yang penuh sesak. Orang-orang tampak asyik berbelanja berdempetan, bahkan sebagian terlihat tidak mengenakan masker. Tua muda, semua bercampur, asyik memilih baju lebaran.

Lalu kemudian, di saat kurva masih belum landai dan disebut berada pada grafik merah, ada wacana jika PSBB akan dilonggarkan. Kontan saja ini menimbulkan berbagai respon di masyarakat. Sejumlah tagar pun muncul di berbagai media sosial dan sempat menjadi trending seperti #IndonesiaTerserah, #PatuhiProtokolCovid19 dan #PSBBBelumDilonggarkan.

Semua itu menjadi ungkapan kekecewaan dari masyarakat Indonesia akan masih banyaknya masyarakat yang tidak patuh bahkan cenderung mengabaikan dan pemerintah yang tidak tegas. Padahal, jika berkaca dari Vietnam, jelas dua hal itu menjadi kunci keberhasilan dari negara tersebut mengatasi pandemi.

PSBB memang belum dilonggarkan. Aturan dilarang mudik juga masih diberlakukan, meski banyak juga yang masih ngeyel dan bepergian. Pemerintah memang bertugas untuk membuat kebijakan, tetapi sesungguhnya Covid-19 ini adalah tanggung jawab kita bersama.

Apa gunanya selama ini kita melakukan PSBB, diam di rumah dan mengikuti berbagai protokol kesehatan lainnya jika pada akhirnya berdamai di tengah kasus yang terus melonjak? Vaksin dari virus SARS-Cov-2 yang aman dan efektif saat ini belum ditemukan. Obat pasti untuk menyembuhkan juga belum didapatkan.

Satu-satunya yang saat ini bisa kita lakukan adalah memutus, atau setidaknya memperlambat rantai penularan Covid-19. Terapkan protokol-protokol kesehatan internasional yang sudah dibuat WHO ke dalam kehidupan sehari-hari.

Mulai dari rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, memakai masker kain berlapis saat keluar rumah, selalu melakukan physical distancing minimal 2 meter, hingga jangan bepergian jika tidak mendesak. Ingatkan keluarga, saudara, teman, tetangga, dan semua kenalan kalian tentang pentingnya untuk menerapkan protokol kesehatan selama pandemi.

#PSBBBelumDilonggarkan, kasus positif juga masih terus meningkat. Mari kita lindungi diri, keluarga, dan orang-orang terkasih dengan #PatuhiProtokolCovid19.(*)

 
Artikel Terkait
Current Issues
Keberhasilan Vaksin Covid-19 Tergantung dari Jumlah Orang yang Diimunisasi

Current Issues
Banyak yang Sembuh Lalu Positif Lagi, Bisakah Kita Tertular Covid-19 Dua Kali?

Current Issues
WHO: Usia di Atas 12 Tahun Wajib Pakai Masker untuk Cegah Penularan Covid-19