![]() |
Posted on August 9th 2018 |
Kepergian Ari Malibu, seorang musisi gaek dari duo AriReda adalah duka mendalam bagi gelanggang musik tanah air. Pasalnya, pria berperawakan ceking, rambut keriting ikal, yang senantiasa menjuntai diatas gitar kopongnya tidak hanya memiliki andil dalam musikalitas AriReda saja. Lebih dari itu, duo ini menghidupkan puisi kembali, lewat musikalisasi yang mereka bawakan pada tiap lawatan.
Pada perhelatan Folk Music Festival 2018, pada 3-4 Agustus di Agrowisata Park, Batu, Reda bermain seorang diri disaat sore menjalang ajalnya. Ia tidak benar-benar sendiri meskipun tanpa Ari. Jemari ari digantikan oleh satu pemain piano, dengan satu backing vokal. Ditengah udara sejuk yang menyergap tubuh siapa saja yang ada di beranda Agrowisata, penampilan Reda hari itu cukup mengharukan.
Ia tetap berusaha tampil dengan menyembunyikan duka. Itu bukan hari yang mudah baginya. Keputusan untuk menuntaskan janji dengan audiens yang sudah kadung beli tiket adalah alasan Reda berada diatas panggung sore itu. Keputusan lebih krusial lagi, ia berada diatas panggung untuk terus menghidupi puisi yang senantiasa ia sadur dalam larik-larik musiknya. Sore itu ia tetap membawakan Hujan Bulan Juni, sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono dengan khidmat.
Beberapa penonton tampak menyeka airmata dan larut di dalam buai indah suara Reda. “Ini saya persembahkan untuk Ari, kawan saya yang kini tengah berada diatas sana,” celetuknya pada penonton. Kemudian Aku Ingin ia rapal lamat-lamat. Penonton pun turut hanyut, dan udara kota Batu saat itu tetiba menjadi hangat, seolah alam memberi izin bagi Reda untuk menyempurnakan penampilanya.
Nama-nama penyair seperti Sapardi, hingga Goenawan Muhammad pun ia rapal satu per satu. Di Restoran, sebagai tembang favorit juga dibawakan sore itu. Kehadiran Reda pada perhelatan Folk Music Festival 2018 adalah montase dari beberapa fragmen bahwa festival bukan hanya perkara jajaran penampil dan gemerlap pesta saja. Ada yang diperjuangkan disana. Reda memperjuangkan agar puisi-puisi tidak pernah dilupakan oleh generasi masa kini. Dan Folk Music Festival memperjuangkan pertemuan antara musik, kehangatan dan pertemanan. Di usianya yang tak lagi belia, Reda tetap berhasil memukau lewat derai-derai semangat dan pukau angun suaranya.