Menyemai Senja bersama Daramuda

            Dingin kota batu menyambut saya tatkala Folk Music Festival 2018 digelar pada 3-5 Agustus silam. Tulang-tulang terasa remuk redam, dan badan pun turut mengingil seiring sepoi angina berhembus dari celah rerumputan.

Cuaca Agrowisata Batu yang sejuk menambah syahdu perhelatan akbar yang diorganisir oleh Soledad and The Sister Company (SATSCO) ini. Jajaran penampil yang ciamik, serta kehangatan pertemanan yang tercipta begitu saja, saya rasa adalah tawaran yang tidak bisa ditolak oleh siapa saja.

Dan hari itu, Daramuda adalah salah satu penampil yang saya tunggu. Proyek kolaborasi antara Rara Sekar, mantan vokalis Banda Neira, dengan Danilla serta Sandrayati Fay digadang-gadang akan menjadi nama besar dalam gelanggang musik Independen dalam waktu dekat. Dan benar saja. Sejak nada pertama lahir dari mulut serta gitar kopong yang mereka mainkan bertiga, keyakinan akan prediksi itu meluap seketika.

Ketiga nama tersebut, berbagi nada yang kemudian dirangkai dalam lagu-lagu yang mudah dihafal. Sontak saja, gemuruh tepuk tangan hingga sumbangan nada-nada tercipta dari barisan penonton. Tatkala nomor-nomor laiknya Apati, Renjana, Growing Up serta Suara Dunia dinyanyikan, penonton pun dengan mudah larut dan turut bernyanyi tanpa henti. Ini adalah kali pertama mereka. Namun mereka berhasil memanfaatkannya dengan percuma.

Mereka main lebih awal dari jadwal seharusnya. Belum juga matahari menuai ajalnya, Daramuda sudah mengokupasi panggung pertunjukan. Persis sebelum Navicula mengambil alih pertunjukan. Seluruh mata pun tertuju pada tiga dara jelita yang sayup-sayup membuai penonton lewat alunan suaranya.

Rara Sekar, salah satu vokalis mereka berkata. “Ya sangat menyenangkan bisa berbagi kebahagian dengan kawan-kawan. Ini adalah kali pertama, dan respon audiens sangat menarik,” kata  perempuan berkacamata ini.