![]() |
Posted on July 9th 2018 |
Libur panjang mulai mendekati akhirnya. Satu per satu orang mulai kembali pada rutinitasnya. Nggak sedikit yang mengaku senang karena sudah kangen berutinitas. Tapi sebenarnya, jauh lebih banyak yang muram saat tahu harus kembali ke kewajibannya.
Perasaan muram ini sering diperkuat dengan timbulnya rasa gelisah. Lalu tiba-tiba lelah (padahal liburan kemarin ngeluyur ke mana aja oke), badan mendadak sakit semua, cemas, pokoknya adaaa aja begitu tahu harus kembali ke kenyataan. Nah, jika kamu sedang merasakan hal-hal tersebut di akhir liburan ini, bisa jadi kamu lagi terkena post-holiday syndrome.
“It’s like an anxiety disorder,” ungkap Erika Martinez, seorang psikolog asal Miami dalam wawancaranya dengan Washington Post. Dan meski menurut studi BBC hal ini tergolong depresi ringan, tetap saja perasaan yang bikin kita mudah marah dan susah konsentrasi ini tak bisa dianggap enteng.
Sebagaimana dikutip dari NBC News, Dr. Gerhard Strauss-Blasche dari Departemen Fisiologi Universitas Wina mengatakan sindrom ini muncul karena adanya contrast effect. Yakni perbedaan suasana antara tempat liburan dengan tempat kita beraktivitas. Sehingga saat otak berusaha memanipulasi suasana, datanglah perasaan yang membuat kita berpikir kebebasan kita (yang didapat dari liburan) sedang dirampas.
Carole Ann Rice, seorang life coach ternama dari Inggris, menyebut sindrom ini adalah hal normal. Namun demikian, bukan berarti bisa dibiarkan berlarut-larut. “It’s a great opportunity to recognise what you’re dissatisfied with. We all love a holiday, but you don’t want to just live for the weekend or the next break,” ungkapnya seperti yang dikabarkan Mirror.
Agar kita bisa melewati fase cemas ini, Carole Ann Rice pun memberikan saran agar kita menuliskan hal-hal baru yang ingin dilakukan secara rinci. Sebab menurutnya, menulis exact steps semacam ini bisa memanipulasi otak kita agar kita tetap bersemangat. “Think about what makes a really good day for you. What one small thing could you do to get more of that feeling in your life?” ujarnya.
Senada dengan Carole Ann Rice, Readers Digest Kanada menyarankan agar kita kembali mengatur rutinitas dimulai dari hal terkecil. Semisal pola tidur dan pola makan. Karena umumnya, dua hal itu selalu berantakan setiap liburan tiba. Makan sering sesukanya. Jam tidur pun sering terbolak-balik.
Langkah terakhir untuk mengalahkan post-holiday syndrome bisa dengan melakukan saran dari Psychology Today berikut. Yaitu dengan ‘bermeditasi’ 10 menit bersama hal-hal yang menyenangkan selama liburan. Kalian bisa memulainya dengan memasang foto-foto selama liburan, menyajikan makanan yang pernah disantap selama liburan, menyalakan wewangian yang memancing odor-evoked memories pada suasana liburan, dan lain sebagainya. Sehingga kenangan itu akan memberikan ketenangan batin saat kita mulai cranky.
Gimana, jadi lebih siap menghadapi kenyataan belum nih?