Fenomena second account sebagai alter-ego kaum muda
![]() |
Posted on February 25th 2020 |
(Pinterest)
Instagram. Mayoritas masyarakat pasti punya dong media sosial satu ini, apalagi kalangan muda-muda. Instagram sudah menjadi media yang tidak bisa dilepaskan dari dunia sosial kita. Mulai dari,
"Eh Instagrammu apa?"
"Jangan lupa repost storyku ya!"
"Eh ikutan giveaway juga yuk!"
"Bodygoals banget kamu!"
"Feedsmu estetik banget!"
(Pinterest)
Secara tidak langsung, Instagram sudah membentuk idealisme atau standar tersendiri tentang bagaimana seseorang harus menampilkan dirinya sendiri. Ngepost harus estetik. Minimal tiga foto berjejer harus punya nuansa yang sama biar ngefeeds. Selfie harus terlihat tirus, tubuh harus terlihat kurus! Semua biar gak ada komentar negatif dan terlihat Instagrammable.
(Pinterest)
Instagram terkesan menuntut penggunanya untuk punya kepribadian yang "sempurna" melalui foto yang ditampilkan. Namun, apa semua pengguna mampu mengikuti standar tersebut demi diterima di dunia Instagrammable?
Jawabannya, tidak.
Sebuah studi menunjukkan bahwa mayoritas pengguna Instagram yang masih remaja hingga dewasa muda, memiliki lebih dari satu akun Instagram. Selain akun Instagram utama (first account atau main account) mereka juga membuat akun untuk menunjukkan jati dirinya dengan bebas tanpa halangan. Tempat tersebut adalah Second Account.
Second account atau akun alter atau finstagram (fake instagram) adalah akun di mana penggunanya bisa sesuka hati mengekspresikan dirinya. Kebalikan dengan main account atau first account, tidak ada standar sempurna sama sekali yang memberatkan seseorang.
Banyak alasan di balik terbentuknya second account ini. Alasan mendasarnya adalah kebebasan. Umumnya second account berisi candaan, video absurd, pandangan sensitif tentang suatu hal, sindiran, curhatan dan lain-lain. Pengguna tidak perlu khawatir tentang komentar negatif karena salah satu syarat utama second account adalah akunnya yang private.
Ketika sebuah akun diprivate, pemiliknya bisa menentukan siapa saja yang berhak follow atau melihat isi dari akun tersebut. Karena sudah diseleksi, maka yang melihat isi akun tersebut biasanya sudah terpercaya dan tidak akan merespon negatif terhadap kebebasan dan ke-apa-adaan akun tersebut.
Akun private juga memberikan keuntungan anonimitas (tidak beridentitas). Anonimitas ini memberikan kebebasan pengguna untuk berkomentar, men-stalking (melihat-lihat profil Instagram secara diam-diam), mem-follow akun, dan memberikan likes. Anonimitas ini juga didukung oleh salah satu ciri khas second account yaitu nama penggunanya yang nyeleneh atau tidak sesuai nama asli.
Fenomena main account dan second account ini sesuai dengan Teori Dramaturgi oleh Erving Goffman, seorang sosiolog ternama. Dalam Teori Dramaturgi, interaksi sosial diibaratkan menjadi sebuah panggung pentas dengan serentetan drama. Panggung dibagi menjadi dua, front stage dan back stage. Front stage adalah tempat drama ditampilkan sedangkan back stage adalah posisi yang tidak terlihat oleh penonton.
(Pinterest)
Maka dari itu, front stage adalah karakter yang kita sesuaikan untuk memenuhi standar penonton, atau citra diri kita yang ingin dilihat oleh orang. Ciri ini sesuai dengan main account Instagram yang menampilkan segala hal yang baik untuk memenuhi standar Instagram. Sedangkan back stage adalah tempat mempersiapkan segala drama, atau tempat seorang penampil menjadi dirinya sendiri. Ciri ini sesuai dengan second account Instagram yang menjadi tempat seorang pengguna Instagram menjadi dirinya sendiri.
Nah, salah gak sih punya second account?
Sebenarnya gak ada salahnya, selama digunakan untuk tujuan positif. Jangan sampai karena kebebasan dan anonimitas yang ada kita menjadi melakukan pelanggaran seperti komentar jahat, meneror, menyebarkan hoax atau konten tidak pantas, dan mencemarkan nama baik. Apalagi sekarang kejahatan cyber punya undang-undang sendiri yaitu UU ITE. Sanksinya juga gak main-main, bisa sampai kurungan penjara.
Second account bisa digunakan sebagai pilihan untuk membatasi kepentingan profesional dan pribadi. Misalnya main account adalah portofolio diri atau akun bisnis yang digunakan untuk kepentingan self-branding dan second account berfungsi untuk berinteraksi dengan kerabat terdekat.
Satu hal yang penting, kita lebih baik mengejar standar dunia nyata, daripada standar semu dunia maya. Terkadang standar di dunia maya hanya front stage dari diri seseorang, alias hanya pencitraan! (*)