![]() |
Posted on July 3rd 2018 |
Masyarakat dunia saat ini mungkin lebih mengenal opium, ganja, atau koka sebagai psychedelic plants. Namun ratusan tahun lalu, nenek moyang kita telah lebih dulu mengenal kepayang sebagai satu dari sekian tanaman yang bisa bikin ‘nge-fly’.
Lewat pengalaman ini, para leluhur pun bersepakat bahwa sensasi ‘nge-fly’ dari mengonsumsi kepayang nyaris sama rasanya dengan sensasi ‘nge-fly’ saat jatuh cinta. Ya linglungnya, deg-degannya, lemasnya, sampai sesak napasnya. Sehingga ketika ada yang lagi dimabuk asmara sampai kelakuannya di luar logika, disebutlah ia sedang mabuk kepayang.
Hmm...tanaman macam apa sih kepayang ini sampai bisa bikin mabuk segala?
Secara biologi, kepayang merupakan tumbuhan berbunga dengan tinggi bisa mencapai 60 meter. Bijinya beracun dan buahnya besar mirip bola american football. Itulah kenapa orang barat menjulukinya football fruit. Sementara di Indonesia buah bernama latin Pangium edule ini lebih dikenal dengan banyak panggilan sayang. Seperti panarassan, simaung, pucung, hingga kluwek.
Jadi jika kamu lebih familiar dengan nama derah kepayang di atas, coba deh langsung cek ke dapurmu. Siapa tahu biji kepayang lagi ada di sana dan lagi dimanfaatkan ibumu untuk membuat semur, gabus pucung, rawon, atau konro.
Waduh, bahaya dong?
Nggak, lah. Meski bersifat memabukkan, kepayang tidak dimasukkan ke dalam daftar 15 tanaman narkotika yang diusulkan Kementerian Kesehatan. Juga tidak termasuk ke dalam sembilan mind-altering plants sebagaimana dikutip dari Ensiklopedia Britannica. Karena walau sama-sama memabukkan, kandungan asam sianida pada kepayang lebih cocok dikategorikan sebagai racun dibandingkan zat adiktif.
Sebagai racun yang sangat cepat bereaksi, asam sianida pada biji kepayang bisa memblokir oksigen pada tubuh. Sehingga mempengaruhi kerja jantung, saraf pusat, dan pernapasan. Namun dalam jumlah yang wajar, Departemen Kesehatan Pemerintah Kota New York menyatakan bahwa asama sianida sangat berperan dalam menjaga kesehatan sistem saraf dan pembentukan sel darah merah. Bayam, apel, dan bambu adalah segelintir tumbuhan lain yang juga mengandung asam sianida.
Disamping populer bisa bikin mabuk, tanaman dari keluarga Achariaceae ini ternyata juga punya sisi positif yang perlu dipertimbangkan. Mengutip Partomihardjo dan Rugayah dalam jurnal Media Konservasi Vol.II, Januari 1989, kandungan tanin pada daun yang bersifat sebagai zat antijamur dan antiseptik bisa digunakan sebagai pengawet ikan atau pembungkus daging. Sementara kayunya bisa dimanfaatkan sebagai batang korek api.
Sayangnya, selain Taman Buah Mekarsari yang menjadikan kepayang tanaman koleksinya, belum ada perkebunan khusus yang dibentuk sebagai pusat pembibitan kepayang. Ia masih berupa tumbuhan liar yang dimanfaatkan masyarakat luas secara alami.
Nah, terlepas dari apapun fungsinya, tetap saja penggunaan kata kepayang dalam idiom adalah pilihan tepat. Soalnya kalau diganti ‘mabuk kluwek’ atau ‘mabuk pucung’, kesan keliyengannya bakal berubah jadi kesan kekenyangan. Situ overdosis rawon, bro?