![]() |
Posted on January 9th 2020 |
Awal tahun 2020 adalah bencana bagi dunia. Setelah konflik Iran dan Amerika, banjir menenggelamkan Ibukota, sementara di Australia si jago merah tengah menjadi-jadi. Negeri Kanguru tengah mengalami bencana nasional akibat kebakaran hutan. Australia gelap penuh kabut, dan kualitas udara merosot.
Namun, dari sederet peristiwa yang tengah mendera Australia, ada juga tangan-tangan ‘usil’ yang menggunakan isu bencana tersebut sebagai bahan berita hoaks. Tim mainmain.id melacak beberapa hoax yang menggunakan isu kebakaran hutan Australia untuk menyulut kemarahan massa. Apa saja? Ini dia.
Koala Dengan Kaki Terbakar
Salah satu formula jitu untuk menciptakan hoaks adalah simpati dan sentimen. Untuk pola hoax tentang seekor Koala lucu dengan kaki terbakar ini, produsen kabar bodong menggunakan simpati. Siapa sih yang tahan lihat binatang unyu ini harus menderita karena ulah kita—manusia? Tapi, yang menjadi masalah, foto tersebut bukanlah dampak dari kebakaran hutan di tahun 2020 ini.
Foto seorang Koala yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit itu, sebetulnya pernah diunggah di akun Facebook The Australian Marine Wildlife Research & Rescue Organization (AMWRRO)—sebuah organisasi yang berfokus pada kesehatan ekosistem alam liar dan penyelamatan satwa di Australia—pada 6 Januari 2015 silam. Koala menjadi korban dari kebakaran hutan karena mereka mayoritas tinggal di ranting-ranting pohon, dan lamban dalam berjalan. Sehingga, akhirnya mereka sempat tersengat api, sebelum diselamatkan oleh awak AMWRRO.
Foto Kebakaran Hutan Dari Satelit
Saat berada di puncak kekeringan dan kebakaran, sebuah foto dari luar angkasa yang seolah menggambarkan Australia sepenuhnya dilahap si jago merah merebak luas. Hal tersebut menuai perhatian dari para netizen. Tapi, sebetulnya, foto itu bukanlah hasil jepretan resmi dari International Space Station (ISS). Melainkan, foto tersebut adalah respon dari seorang seniman bernama Anthony Hearsey yang dilontarkan bertujuan untuk mengkritik audiens tentang bahayanya kerusakan alam.
Anthony Hearsey mengumpulkan titik api itu lewat riset selama satu bulan penuh. Sekaligus, Hearsey juga dikenal sebagai seniman yang hobi merekonstruksi foto dan lukisan menjadi sebuah gambar visual tiga dimensi. Sekaligus, Hearsey pun telah mengklarifikasi. Bahwa, karyanya bukanlah foto melainkan visualisasi dari data yang telah ia kumpulkan selama satu bulan tentang letak titik api kebakaran Australia. Salah satu yang turut menyebarkan berita hoax itu adalah Care Ummah, sebuah fanspage yang berisi tentang dakwah keagamaan.
200 Masyarakat Australia Ditangkap Karena Terlibat Pembakaran Hutan
Di awal Januari 2020, saat kebakaran hutan mulai melahap pantai bagian timur Australia publik dihebohkan tentang kabar penangkapan 200 orang karena dituding terlibat pembakaran hutan. Seorang jurnalis bernama Paul Joseph Watson, mengabarkan bahwa setidaknya ada 200 orang ditangkap karena dianggap sebagai perusak alam karena membakar hutan dengan sengaja. Ia merilis kabar tersebut lewat video YouTubeyang kemudian viral.
Padahal, data tersebut bisa menciptakan kesalahapahaman di masyarakat. Watson menggunakan data lama yang dirilis oleh polisi New South Walespada tahun 2019 lalu. Itupun jumlahnya hanya 183, tidak sampai 200. Motif dari si Watson untuk memberitakan kabar bohong ini adalah agar videonya tampak bombastis. Ia semata hanya bertujuan untuk meraih klik tanpa menghiraukan kejernihan informasi untuk masyarakat. Ya kira-kira levelnya sama kayak YouTuber yang suka nge-prank ojek online gitulah. Menyebalkan!