![]() |
Posted on January 7th 2020 |
Sanna Martin perdana menteri Finlandia menjadi sorotan dunia karena tercatat sebagai perdana menteri termuda dalam sejarah. Ia, diberi kepercayaan memimpin Finlandia saat usianya baru 34 tahun, pada Desember 2019 lalu.
Baru satu bulan menjabat sebagai perdana menteri, Sanna Martin telah menelurkan kebijakan progresif yang menguntungkan para kaum pekerja.
Dalam sebuah forum nasional, ia memutuskan memangkas hari kerja. Sanna, memutuskan untuk mengubah hari aktif menjadi empat hari saja. Sementara, 3 hari lainnya, digunakan untuk para pekerja berlibur.
Usulan Sanna Martin tentu saja memicu pro dan kontra. Meskipun terdengar cukup mulia, ide tersebut tak luput dari kritik. Salah satunya dari Tory MEP Daniel Hannan, anggota parlemen Eropa.
Ia menilai ide itu gila. Baginya, para pekerja bisa saja bekerja empat hari dalam satu pekan. Namun, Daniel menyebut para pekerja ogah menjalani itu. Tapi dengan mudah argumen Daniel ditampik dengan fakta oleh Sanna.
Sanna memberikan contoh perusahaan Mircrosoft di Jepang. Ia menceritakan bahwa berdasarkan data, ketika perusahaan tersebut menerapkan kerja empat hari dalam satu pekan, produktivitas para pegawainya pun meningkat hingga 40 persen.
Hal tersebut dikarenakan, jam kerja yang pendek memaksa para pekerja memanfaatkan waktu dengan efisien. Mereka tidak akan basa-basi saat rapat, akan siaga saat istirahat, dan memiliki waktu rekreasi yang cukup sehingga ide mereka selalu segar.
Sebuah survei oleh TUC menyatakan, bahwa 45 persen karyawan setuju dengan ide dalam satu pekan mereka hanya bekerja selama 4 hari saja. Sementara survei dari Henley Business School menyatakan bahwa 77 persen pekerja mengatakan bekerja selama 4 hari dalam satu minggu meningkatkan kualitas hidup mereka.
Di Swedia, saat sebuah rumah sakit menerapkan pemangkasan waktu kerja, para pegawai mereka menjadi lebih jarang sakit, jarang absen dan semakin enerjik.
Hal senada pun juga disetujui oleh Kak Seto, ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). Ia mengusulkan kepada Menteri Pendidikan dan Dinas Kebudayaan, Nadiem Makariem, untuk menerapkan dalam satu pekan para pelajar cukup bersekolah selama 3 hari saja. Bagi Kak Seto, metode belajar seperti ini sudah teruji. Ia telah menerapkannya selama 13 tahun: sekolah 3 hari selama 3 jam.
“Nah kami sudah membuat percobaan sekolah selama 13 tahun ini. Sekolah seminggu hanya tiga kali. Per hari hanya tiga jam. Tapi lulusannya yang masuk Kedokteran ada di UI, Gajah Mada, dan Undip. Kemudian USU dan Unhas. ITB IPB ada," jelas Kak Seto dilansir dari kompas.com(*)