![]() |
Posted on November 20th 2019 |
Ilustrasi philophobia (ESME)
“Mana pacarnya?”, “Sekarang deket sama siapa?”, “Sampai kapan nih jomblonya?”. Beberapa pertanyaan itu memang bikin gatel telinga. Apalagi saat ini, pertanyaan itu seakan-akan jadi template ketika bertemu seorang teman.
Tapi ketika ditelisik lebih dalam lagi, ternyata ada berbagai alasan seseorang untuk menjomblo. Mulai dari ingin sendiri, trauma, sakit hati, atau bahkan merasa takut untuk jatuh cinta lagi. Nah untuk persoalan yang terakhir ini memang sangat kompleks.
Jika sebagian besar orang menganggap cinta adalah bagian dari kehidupan yang indah, namun bagi yang lain merasakan sebaliknya.
Kondisi di mana seseorang merasa takut atau enggan untuk jatuh cinta biasanya disebut Philophobia. Pengalaman merasakan penolakan, cinta yang tak terbalas, dan dianggap teman adalah salah satu penyebabnya.
Dikutip dari laman Psychology Today, kondisi ini membuat orang menjadi bimbang dan punya ketakutan ketika merasa jatuh cinta. Terlebih mereka pernah mengalami trauma dengan hubungannya terdahulu yang penuh lika-liku.
Gampangnya gini, mereka takut kalau pengkhianatan, ketidaksetiaan, dan permusuhan yang pernah dialami terjadi kembali.
Philophobia ini punya gejala yang cukup unik. Jika pengidap philophobia merasa jatuh cinta, mereka akan mengalami perasaan takut dan panik secara intens, berkeringat dengan berlebihan, penyangkalan diri, bahkan sampai mual dan sulit bernafas. Menurut Healthline, mayoritas pengidap philophobia ini adalah anak-anak dengan usia di bawah 18 tahun.
Memang berat jika harus menghilangkan trauma para penderita philophobia. Namun ada cara sederhana agar tak merasa takut lagi mengalami jatuh cinta. Maafkan masa lalumu, dan coba terima perbedaan yang ada. Karena cinta tak melulu tentang persamaan. (*)