Pemain Bournemouth pesta layaknya juara usai mengalahkan Manchester United. Di laga apa ya? Baca sampai akhir ya...
Together, Anything is possible! Itulah tagline yang tertulis di bagian footer website milik klub sepak bola A.F.C Bournemouth. Tagline itu memang universal, mirip dengan semboyan yang kerap kita dengar di Indonesia. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Malam ini (2/11), Bournemouth membuktikan: apapun bisa terjadi jika dilakukan bersama-sama. Yup, itulah yang tergambar pada pekan ke-11 Liga Inggris. Ketika klub berkostum merah bergaris hitam itu berhasil mengalahkan Manchester United, 1-0.
Kemenangan yang diraih Bournemouth merupakan hasil kerjasama tim yang apik. Sebenarnya di laga malam ini Bournemouth tak mudah mengalahkan MU. Apalagi MU dalam tren positif setelah sebelumnya sempat menyingkirkan Chelsea dari Piala Liga.
Dalam pertandingan malam ini MU juga bisa dibilang lebih menguasai jalannya pertandingan. Sedangkan Bournemouth lebih banyak melakukan serangan balik.
Adalah, Joshua King yang membuat tidur anak-anak MU tak nyenyak malam ini. Dia berhasil merusak pertahanan MU seorang diri sebelum ceploskan bola ke gawang De Gea.
Gol King benar-benar membuat anak-anak MU gemetaran masuk ruang ganti saat jeda. Sebab gol itu terjadi saat berjalan tambahan waktu di babak pertama. Hingga berakhirnya babak kedua, MU tetap tak berhasil mengubah skor. Mereka harus mengalami kekalahan.
Kemenangan Bournemouth malam ini membuat nama klub itu trending di Twitter.
Terlepas dari laga malam ini, tim mainmain.id penasaran dengan Bournemouth. Ternyata klub ini termasuk tua di Inggris. Secara historis, klub ini sudah ada sejak 1890.
Meskipun nama aslinya bukan Bournemouth. Nama asli klub ini adalah Boscombe St. John's Institute FC. Pergantian nama menjadi Athletic Football Club Bournemouth (A.F.C Bournemouth) baru terjadi pada 1972.
Klub ini di sejumlah negara --termasuk di Indonesia-- terbilang tak populer. Tak memiliki fans yang banyak seperti klub Liga Inggris lainnya, misalnya Liverpool, Manchester United, Chelsea atau mungkin Manchester City.
Itu semua terjadi karena Bournemouth selama ini banyak berkutat di kasta ketiga dan keempat di Liga Inggris. Klub ini melesat ke Premier League pertama kali pada musim 2015-2016. Eddie Howe, manajer saat ini, termasuk yang berjasa meloloskan Bournemouth ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Howe bisa membawa anak asuhnya berlaga di kompetisi level teratas juga karena adanya manajemen baru. Ya, Bournemouth memang kini dimiliki seorang miliader asal Rusia, Maxim Demin. Di bawah kepemilikan Demin, Bournemouth tak kesulitan uang. Bahkan, klub ini sempat terkena sanksi Financial Fair Play karena terlalu berlebihan melakukan pengeluaran uang.
Btw, kenapa sih kemenangan Bournemouth lawan Manchester United ini trending. Banyak dicari oleh netizen. Apakah ini karena kemenangan pertama kalinya klub berjuluk The Cherries atas Setan Merah (julukan MU)?
Ternyata tidak juga.
Sebelum lolos ke kasta tertinggi Liga Inggris, Bournemouth bisa disebut sangat jarang bertemu dengan MU. Di kompetisi apapun. Tapi sejak Bournemouth ke Premier League (2015-2016), pertemuan dengan MU tercatat sudah 10 kali. Sebanyak 8 pertandingan dimenangkan MU, dan sisanya dimenangkan Bournemouth. Lihat grafis di bawah ini.
Dalam catatan sejarah, Bournemouth juga pernah bertemu dan menang lawan MU pada 1984. Saat itu kedua tim bertemu di ajang Piala FA. Saat itu Bournemouth diarsiteki oleh Harry Redknapp.
Kemenangan ini luar biasa karena waktu itu MU di kasta teratas. Diperkuat bintang-bintang Inggris. Termasuk kapten Three Lions, Bryan Robson. Sedangkan Bournemouth di kasta ketiga.
Kemenangan hari itu begitu berkesan bagi seluruh punggawa Bournemouth. Termasuk Ian Thomson sang pencetak gol. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Thomson menyebut kemenangan itu karena Redknapp sangat pandai memotivasi para pemainnya.
Graham membuka gol kemenangan Bournemouth atas Manchester United.
Lucunya, dalam sebuah biografi Redknapp dituliskan kemenangan itu menyisakan janji palsu. Yakni bonus kemenangan berupa uang dan liburan. Tak hanya itu janji menraktir pizza untuk sang kiper Ian Leigh juga tak terlaksana. Leigh dijanjikan ditraktir makan pizza di sebuah restoran Italia yang mewah. Tapi janji itu tak pernah terealisasi.
Meskipun tak punya fans besar di luar Inggris, tapi Bournemouth punya suporter militan. Insiden kerusuhan suporter yang melibatkan suporter Bournemouth juga pernah terjadi. Tepatnya pada 5 Mei 1990.
Saat itu adalah hari terakhir musim kompetisi 1989-1990. Bournemouth harus melakoni laga krusial lawan Leeds United di Divisi II. Saat itu posisi Bournemouth di liga berada satu strip di atas jurang degradasi.
Tim terbawah saat itu Stoke (36 poin), Bradford (40 poin) dan Middlesborough (47 poin). Nah poin Bournemouth sendiri 48. Jadi, Bournemouth benar-benar butuh kemenangan untuk bisa bertahan di Divisi II.
Tapi sial terjadi, di laga itu Leeds United berhasil mengalahkan Bournemouth, di kandangnya sendiri, Dean Court dengan skor 1-0. Kekalahan itu membuat Bournemouth harus terdegradasi. Coba lihat cuplikan laganya lewat video jadul di bawah ini:
VIDEO
Pendukung setia Bournemouth rupanya tak terima dengan hasil itu. Mereka membuat onar di luar stadion. Kerusakan besar pun terjadi. Bentrok antara polisi dan suporter menyebabkan sejumlah orang cedera. Masalah ini sempat dibawa ke parlemen kota. Polisi pun sempat melarang Bournemouth menggelar laga di stadionnya.
VIDEO
Pemain Bournemouth pesta layaknya juara usai mengalahkan Manchester United. Di laga apa ya? Baca sampai akhir ya...
Together, Anything is possible! Itulah tagline yang tertulis di bagian footer website milik klub sepak bola A.F.C Bournemouth. Tagline itu memang universal, mirip dengan semboyan yang kerap kita dengar di Indonesia. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Malam ini (2/11), Bournemouth membuktikan: apapun bisa terjadi jika dilakukan bersama-sama. Yup, itulah yang tergambar pada pekan ke-11 Liga Inggris. Ketika klub berkostum merah bergaris hitam itu berhasil mengalahkan Manchester United, 1-0.
Kemenangan yang diraih Bournemouth merupakan hasil kerjasama tim yang apik. Sebenarnya di laga malam ini Bournemouth tak mudah mengalahkan MU. Apalagi MU dalam tren positif setelah sebelumnya sempat menyingkirkan Chelsea dari Piala Liga.
Dalam pertandingan malam ini MU juga bisa dibilang lebih menguasai jalannya pertandingan. Sedangkan Bournemouth lebih banyak melakukan serangan balik.
Adalah, Joshua King yang membuat tidur anak-anak MU tak nyenyak malam ini. Dia berhasil merusak pertahanan MU seorang diri sebelum ceploskan bola ke gawang De Gea.
Gol King benar-benar membuat anak-anak MU gemetaran masuk ruang ganti saat jeda. Sebab gol itu terjadi saat berjalan tambahan waktu di babak pertama. Hingga berakhirnya babak kedua, MU tetap tak berhasil mengubah skor. Mereka harus mengalami kekalahan.
Kemenangan Bournemouth malam ini membuat nama klub itu trending di Twitter.
Terlepas dari laga malam ini, tim mainmain.id penasaran dengan Bournemouth. Ternyata klub ini termasuk tua di Inggris. Secara historis, klub ini sudah ada sejak 1890.
Meskipun nama aslinya bukan Bournemouth. Nama asli klub ini adalah Boscombe St. John's Institute FC. Pergantian nama menjadi Athletic Football Club Bournemouth (A.F.C Bournemouth) baru terjadi pada 1972.
Klub ini di sejumlah negara --termasuk di Indonesia-- terbilang tak populer. Tak memiliki fans yang banyak seperti klub Liga Inggris lainnya, misalnya Liverpool, Manchester United, Chelsea atau mungkin Manchester City.
Itu semua terjadi karena Bournemouth selama ini banyak berkutat di kasta ketiga dan keempat di Liga Inggris. Klub ini melesat ke Premier League pertama kali pada musim 2015-2016. Eddie Howe, manajer saat ini, termasuk yang berjasa meloloskan Bournemouth ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Howe bisa membawa anak asuhnya berlaga di kompetisi level teratas juga karena adanya manajemen baru. Ya, Bournemouth memang kini dimiliki seorang miliader asal Rusia, Maxim Demin. Di bawah kepemilikan Demin, Bournemouth tak kesulitan uang. Bahkan, klub ini sempat terkena sanksi Financial Fair Play karena terlalu berlebihan melakukan pengeluaran uang.
Btw, kenapa sih kemenangan Bournemouth lawan Manchester United ini trending. Banyak dicari oleh netizen. Apakah ini karena kemenangan pertama kalinya klub berjuluk The Cherries atas Setan Merah (julukan MU)?
Ternyata tidak juga.
Sebelum lolos ke kasta tertinggi Liga Inggris, Bournemouth bisa disebut sangat jarang bertemu dengan MU. Di kompetisi apapun. Tapi sejak Bournemouth ke Premier League (2015-2016), pertemuan dengan MU tercatat sudah 10 kali. Sebanyak 8 pertandingan dimenangkan MU, dan sisanya dimenangkan Bournemouth. Lihat grafis di bawah ini.
Dalam catatan sejarah, Bournemouth juga pernah bertemu dan menang lawan MU pada 1984. Saat itu kedua tim bertemu di ajang Piala FA. Saat itu Bournemouth diarsiteki oleh Harry Redknapp.
Kemenangan ini luar biasa karena waktu itu MU di kasta teratas. Diperkuat bintang-bintang Inggris. Termasuk kapten Three Lions, Bryan Robson. Sedangkan Bournemouth di kasta ketiga.
Kemenangan hari itu begitu berkesan bagi seluruh punggawa Bournemouth. Termasuk Ian Thomson sang pencetak gol. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Thomson menyebut kemenangan itu karena Redknapp sangat pandai memotivasi para pemainnya.
Graham membuka gol kemenangan Bournemouth atas Manchester United.
Lucunya, dalam sebuah biografi Redknapp dituliskan kemenangan itu menyisakan janji palsu. Yakni bonus kemenangan berupa uang dan liburan. Tak hanya itu janji menraktir pizza untuk sang kiper Ian Leigh juga tak terlaksana. Leigh dijanjikan ditraktir makan pizza di sebuah restoran Italia yang mewah. Tapi janji itu tak pernah terealisasi.
Meskipun tak punya fans besar di luar Inggris, tapi Bournemouth punya suporter militan. Insiden kerusuhan suporter yang melibatkan suporter Bournemouth juga pernah terjadi. Tepatnya pada 5 Mei 1990.
Saat itu adalah hari terakhir musim kompetisi 1989-1990. Bournemouth harus melakoni laga krusial lawan Leeds United di Divisi II. Saat itu posisi Bournemouth di liga berada satu strip di atas jurang degradasi.
Tim terbawah saat itu Stoke (36 poin), Bradford (40 poin) dan Middlesborough (47 poin). Nah poin Bournemouth sendiri 48. Jadi, Bournemouth benar-benar butuh kemenangan untuk bisa bertahan di Divisi II.
Tapi sial terjadi, di laga itu Leeds United berhasil mengalahkan Bournemouth, di kandangnya sendiri, Dean Court dengan skor 1-0. Kekalahan itu membuat Bournemouth harus terdegradasi. Coba lihat cuplikan laganya lewat video jadul di bawah ini:
VIDEO
Pendukung setia Bournemouth rupanya tak terima dengan hasil itu. Mereka membuat onar di luar stadion. Kerusakan besar pun terjadi. Bentrok antara polisi dan suporter menyebabkan sejumlah orang cedera. Masalah ini sempat dibawa ke parlemen kota. Polisi pun sempat melarang Bournemouth menggelar laga di stadionnya.
VIDEO
Pemain Bournemouth pesta layaknya juara usai mengalahkan Manchester United. Di laga apa ya? Baca sampai akhir ya...
Together, Anything is possible! Itulah tagline yang tertulis di bagian footer website milik klub sepak bola A.F.C Bournemouth. Tagline itu memang universal, mirip dengan semboyan yang kerap kita dengar di Indonesia. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Malam ini (2/11), Bournemouth membuktikan: apapun bisa terjadi jika dilakukan bersama-sama. Yup, itulah yang tergambar pada pekan ke-11 Liga Inggris. Ketika klub berkostum merah bergaris hitam itu berhasil mengalahkan Manchester United, 1-0.
Kemenangan yang diraih Bournemouth merupakan hasil kerjasama tim yang apik. Sebenarnya di laga malam ini Bournemouth tak mudah mengalahkan MU. Apalagi MU dalam tren positif setelah sebelumnya sempat menyingkirkan Chelsea dari Piala Liga.
Dalam pertandingan malam ini MU juga bisa dibilang lebih menguasai jalannya pertandingan. Sedangkan Bournemouth lebih banyak melakukan serangan balik.
Adalah, Joshua King yang membuat tidur anak-anak MU tak nyenyak malam ini. Dia berhasil merusak pertahanan MU seorang diri sebelum ceploskan bola ke gawang De Gea.
Gol King benar-benar membuat anak-anak MU gemetaran masuk ruang ganti saat jeda. Sebab gol itu terjadi saat berjalan tambahan waktu di babak pertama. Hingga berakhirnya babak kedua, MU tetap tak berhasil mengubah skor. Mereka harus mengalami kekalahan.
Kemenangan Bournemouth malam ini membuat nama klub itu trending di Twitter.
Terlepas dari laga malam ini, tim mainmain.id penasaran dengan Bournemouth. Ternyata klub ini termasuk tua di Inggris. Secara historis, klub ini sudah ada sejak 1890.
Meskipun nama aslinya bukan Bournemouth. Nama asli klub ini adalah Boscombe St. John's Institute FC. Pergantian nama menjadi Athletic Football Club Bournemouth (A.F.C Bournemouth) baru terjadi pada 1972.
Klub ini di sejumlah negara --termasuk di Indonesia-- terbilang tak populer. Tak memiliki fans yang banyak seperti klub Liga Inggris lainnya, misalnya Liverpool, Manchester United, Chelsea atau mungkin Manchester City.
Itu semua terjadi karena Bournemouth selama ini banyak berkutat di kasta ketiga dan keempat di Liga Inggris. Klub ini melesat ke Premier League pertama kali pada musim 2015-2016. Eddie Howe, manajer saat ini, termasuk yang berjasa meloloskan Bournemouth ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Howe bisa membawa anak asuhnya berlaga di kompetisi level teratas juga karena adanya manajemen baru. Ya, Bournemouth memang kini dimiliki seorang miliader asal Rusia, Maxim Demin. Di bawah kepemilikan Demin, Bournemouth tak kesulitan uang. Bahkan, klub ini sempat terkena sanksi Financial Fair Play karena terlalu berlebihan melakukan pengeluaran uang.
Btw, kenapa sih kemenangan Bournemouth lawan Manchester United ini trending. Banyak dicari oleh netizen. Apakah ini karena kemenangan pertama kalinya klub berjuluk The Cherries atas Setan Merah (julukan MU)?
Ternyata tidak juga.
Sebelum lolos ke kasta tertinggi Liga Inggris, Bournemouth bisa disebut sangat jarang bertemu dengan MU. Di kompetisi apapun. Tapi sejak Bournemouth ke Premier League (2015-2016), pertemuan dengan MU tercatat sudah 10 kali. Sebanyak 8 pertandingan dimenangkan MU, dan sisanya dimenangkan Bournemouth. Lihat grafis di bawah ini.
Dalam catatan sejarah, Bournemouth juga pernah bertemu dan menang lawan MU pada 1984. Saat itu kedua tim bertemu di ajang Piala FA. Saat itu Bournemouth diarsiteki oleh Harry Redknapp.
Kemenangan ini luar biasa karena waktu itu MU di kasta teratas. Diperkuat bintang-bintang Inggris. Termasuk kapten Three Lions, Bryan Robson. Sedangkan Bournemouth di kasta ketiga.
Kemenangan hari itu begitu berkesan bagi seluruh punggawa Bournemouth. Termasuk Ian Thomson sang pencetak gol. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Thomson menyebut kemenangan itu karena Redknapp sangat pandai memotivasi para pemainnya.
Graham membuka gol kemenangan Bournemouth atas Manchester United.
Lucunya, dalam sebuah biografi Redknapp dituliskan kemenangan itu menyisakan janji palsu. Yakni bonus kemenangan berupa uang dan liburan. Tak hanya itu janji menraktir pizza untuk sang kiper Ian Leigh juga tak terlaksana. Leigh dijanjikan ditraktir makan pizza di sebuah restoran Italia yang mewah. Tapi janji itu tak pernah terealisasi.
Meskipun tak punya fans besar di luar Inggris, tapi Bournemouth punya suporter militan. Insiden kerusuhan suporter yang melibatkan suporter Bournemouth juga pernah terjadi. Tepatnya pada 5 Mei 1990.
Saat itu adalah hari terakhir musim kompetisi 1989-1990. Bournemouth harus melakoni laga krusial lawan Leeds United di Divisi II. Saat itu posisi Bournemouth di liga berada satu strip di atas jurang degradasi.
Tim terbawah saat itu Stoke (36 poin), Bradford (40 poin) dan Middlesborough (47 poin). Nah poin Bournemouth sendiri 48. Jadi, Bournemouth benar-benar butuh kemenangan untuk bisa bertahan di Divisi II.
Tapi sial terjadi, di laga itu Leeds United berhasil mengalahkan Bournemouth, di kandangnya sendiri, Dean Court dengan skor 1-0. Kekalahan itu membuat Bournemouth harus terdegradasi. Coba lihat cuplikan laganya lewat video jadul di bawah ini:
VIDEO
Pendukung setia Bournemouth rupanya tak terima dengan hasil itu. Mereka membuat onar di luar stadion. Kerusakan besar pun terjadi. Bentrok antara polisi dan suporter menyebabkan sejumlah orang cedera. Masalah ini sempat dibawa ke parlemen kota. Polisi pun sempat melarang Bournemouth menggelar laga di stadionnya.
VIDEO
Pemain Bournemouth pesta layaknya juara usai mengalahkan Manchester United. Di laga apa ya? Baca sampai akhir ya...
Together, Anything is possible! Itulah tagline yang tertulis di bagian footer website milik klub sepak bola A.F.C Bournemouth. Tagline itu memang universal, mirip dengan semboyan yang kerap kita dengar di Indonesia. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Malam ini (2/11), Bournemouth membuktikan: apapun bisa terjadi jika dilakukan bersama-sama. Yup, itulah yang tergambar pada pekan ke-11 Liga Inggris. Ketika klub berkostum merah bergaris hitam itu berhasil mengalahkan Manchester United, 1-0.
Kemenangan yang diraih Bournemouth merupakan hasil kerjasama tim yang apik. Sebenarnya di laga malam ini Bournemouth tak mudah mengalahkan MU. Apalagi MU dalam tren positif setelah sebelumnya sempat menyingkirkan Chelsea dari Piala Liga.
Dalam pertandingan malam ini MU juga bisa dibilang lebih menguasai jalannya pertandingan. Sedangkan Bournemouth lebih banyak melakukan serangan balik.
Adalah, Joshua King yang membuat tidur anak-anak MU tak nyenyak malam ini. Dia berhasil merusak pertahanan MU seorang diri sebelum ceploskan bola ke gawang De Gea.
Gol King benar-benar membuat anak-anak MU gemetaran masuk ruang ganti saat jeda. Sebab gol itu terjadi saat berjalan tambahan waktu di babak pertama. Hingga berakhirnya babak kedua, MU tetap tak berhasil mengubah skor. Mereka harus mengalami kekalahan.
Kemenangan Bournemouth malam ini membuat nama klub itu trending di Twitter.
Terlepas dari laga malam ini, tim mainmain.id penasaran dengan Bournemouth. Ternyata klub ini termasuk tua di Inggris. Secara historis, klub ini sudah ada sejak 1890.
Meskipun nama aslinya bukan Bournemouth. Nama asli klub ini adalah Boscombe St. John's Institute FC. Pergantian nama menjadi Athletic Football Club Bournemouth (A.F.C Bournemouth) baru terjadi pada 1972.
Klub ini di sejumlah negara --termasuk di Indonesia-- terbilang tak populer. Tak memiliki fans yang banyak seperti klub Liga Inggris lainnya, misalnya Liverpool, Manchester United, Chelsea atau mungkin Manchester City.
Itu semua terjadi karena Bournemouth selama ini banyak berkutat di kasta ketiga dan keempat di Liga Inggris. Klub ini melesat ke Premier League pertama kali pada musim 2015-2016. Eddie Howe, manajer saat ini, termasuk yang berjasa meloloskan Bournemouth ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Howe bisa membawa anak asuhnya berlaga di kompetisi level teratas juga karena adanya manajemen baru. Ya, Bournemouth memang kini dimiliki seorang miliader asal Rusia, Maxim Demin. Di bawah kepemilikan Demin, Bournemouth tak kesulitan uang. Bahkan, klub ini sempat terkena sanksi Financial Fair Play karena terlalu berlebihan melakukan pengeluaran uang.
Btw, kenapa sih kemenangan Bournemouth lawan Manchester United ini trending. Banyak dicari oleh netizen. Apakah ini karena kemenangan pertama kalinya klub berjuluk The Cherries atas Setan Merah (julukan MU)?
Ternyata tidak juga.
Sebelum lolos ke kasta tertinggi Liga Inggris, Bournemouth bisa disebut sangat jarang bertemu dengan MU. Di kompetisi apapun. Tapi sejak Bournemouth ke Premier League (2015-2016), pertemuan dengan MU tercatat sudah 10 kali. Sebanyak 8 pertandingan dimenangkan MU, dan sisanya dimenangkan Bournemouth. Lihat grafis di bawah ini.
Dalam catatan sejarah, Bournemouth juga pernah bertemu dan menang lawan MU pada 1984. Saat itu kedua tim bertemu di ajang Piala FA. Saat itu Bournemouth diarsiteki oleh Harry Redknapp.
Kemenangan ini luar biasa karena waktu itu MU di kasta teratas. Diperkuat bintang-bintang Inggris. Termasuk kapten Three Lions, Bryan Robson. Sedangkan Bournemouth di kasta ketiga.
Kemenangan hari itu begitu berkesan bagi seluruh punggawa Bournemouth. Termasuk Ian Thomson sang pencetak gol. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Thomson menyebut kemenangan itu karena Redknapp sangat pandai memotivasi para pemainnya.
Graham membuka gol kemenangan Bournemouth atas Manchester United.
Lucunya, dalam sebuah biografi Redknapp dituliskan kemenangan itu menyisakan janji palsu. Yakni bonus kemenangan berupa uang dan liburan. Tak hanya itu janji menraktir pizza untuk sang kiper Ian Leigh juga tak terlaksana. Leigh dijanjikan ditraktir makan pizza di sebuah restoran Italia yang mewah. Tapi janji itu tak pernah terealisasi.
Meskipun tak punya fans besar di luar Inggris, tapi Bournemouth punya suporter militan. Insiden kerusuhan suporter yang melibatkan suporter Bournemouth juga pernah terjadi. Tepatnya pada 5 Mei 1990.
Saat itu adalah hari terakhir musim kompetisi 1989-1990. Bournemouth harus melakoni laga krusial lawan Leeds United di Divisi II. Saat itu posisi Bournemouth di liga berada satu strip di atas jurang degradasi.
Tim terbawah saat itu Stoke (36 poin), Bradford (40 poin) dan Middlesborough (47 poin). Nah poin Bournemouth sendiri 48. Jadi, Bournemouth benar-benar butuh kemenangan untuk bisa bertahan di Divisi II.
Tapi sial terjadi, di laga itu Leeds United berhasil mengalahkan Bournemouth, di kandangnya sendiri, Dean Court dengan skor 1-0. Kekalahan itu membuat Bournemouth harus terdegradasi. Coba lihat cuplikan laganya lewat video jadul di bawah ini:
VIDEO
Pendukung setia Bournemouth rupanya tak terima dengan hasil itu. Mereka membuat onar di luar stadion. Kerusakan besar pun terjadi. Bentrok antara polisi dan suporter menyebabkan sejumlah orang cedera. Masalah ini sempat dibawa ke parlemen kota. Polisi pun sempat melarang Bournemouth menggelar laga di stadionnya.
VIDEO