![]() |
Posted on September 19th 2019 |
Kian hari suasana di Hongkong makin memanas. Demo tak kunjung redah. Sudah sekitar 100 hari. Nah, kalian tahu nggak sih apa penyebab demo itu?
Yap, demo itu dilatarbelakangi kebijakan pemerintah Hongkong yang membuat RUU (Rancangan Undang-Undang) Ekstradisi. Yang berisi tentang seorang pelanggar hukum di Hongkong bisa diekstradisi ke negara asal tempat terjadinya kejahatan.
RUU Ekstradisi itu tentu menimbulkan pro dan kontra. Sebagian warga Hongkong merasa keputusan itu akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kebebasan sipil mereka. Mereka khawatir jika RUU itu disahkan sebagai undang-undang, maka warga Hongkong juga bisa dikirim ke Tiongkok untuk diadili di sana. Sejumlah anak muda resah. RUU itu dianggap akan mengurangi kebebasan warga sipil di Hongkong.
Oleh sebab itu, sejumlah anak muda --yang banyak menjadi aktivis-- kemudian bergerak melakukan demo. Terus menerus setiap hari. Menyasar ke sejumlah obyek vital. Sampai yang paling heboh bandara internasional Hongkong sempat lumpuh. Juga jaringan transportasi massal mereka MTR (kalau di Indonesia dan sejumlah negara dikenal dengan MRT).
Dikutip dari blog pribadi Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan (disway.id), kondisi terakhir pengelola MTR di sana sampai harus menyiapkan pasukan khusus. Mereka menyiapkan tentara Gurkha. Nah, ada yang tahu belum apa itu tentara Gurkha? Ada loh di pelajaran sejarah waktu SD dan SMP. Sebab tentara Gurkha ini pernah dibawa Inggris saat pertempuran Surabaya.
Kenapa harus pakai tentara Gurkha? Ternyata inilah kecerdikan pengelola MTR di Hongkong. Tentara Gurkha digunakan untuk mengurangi resiko bentrok dengan para demonstran. Sebab selama ini bentrokan terjadi karena petugas keamanan biasa gampang tersulut emosinya oleh ejekan para demonstran. Ya, siapa sih yang gak emosi kalah dikata-katain seisi kebun binatang?
Kondisi tentara Gurkha saat ini pun masih banyak yang tinggal di Hongkong. Menurut sensus 2011, masih ada sekitar 25.000 warga Nepal yang tinggal di Hongkong. Dan menjadi warga negara Hongkong. Mereka itulah yang akan direkrut menjadi petugas keamanan di fasilitas umum.
CEO MTR, Jacob Jam makin membulatkan tekadnya untuk merekrut 200 orang tentara Gurkha. Ia menilai jika tentara Gurkha tak mengerti bahasa Kanton, shingga tak mudah terpancing. Para demonstran memakin umumnya menggunakan bahasa Kanton. Dan petugas keamanan MTR yang tahu arti dari makian itu merasa terpancing sehingga kian ricuh.
Satu lagi alasan Jacob Jam untuk merekrut tentara Gurkha adalah mereka dianggap lebih tegas. Mereka tak punya banyak teman atau kenalan. Jadi, siapapun yang melanggar bisa ditindak.
Hal itu terbukti saat penjajah Inggris sukses menjaga keamanan Hongkong dengan menggunakan jasa tentara Gurkha. Namun permasalahannya, tentara Gurkha umumnya sudah pensiun. Tapi Jacob tetap akan mempekerjakan mereka.
Hingga tulisan ini dibuat, demo di Hongkong masih terjadi. Tiap hari. Entah kapan berakhirnya. Sampai pekan lalu, sudah 1.453 orang yang ditahan. Termasuk 280 di antaranya adalah wanita. Intinya, belum ada titik terang kapan berakhirnya demo itu. Meskipun RUU tersebut telah ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan.