Lifestyle

Double Depression, Kondisi Depresi yang Jarang Diketahui

Kezia Kevina Harmoko

Posted on March 26th 2023

Gejala double depression, gangguan kesehatan mental yang jarang dibahas

Kita sudah sering mendengar istilah depresi. Kalau digali lebih dalam, sebenarnya depresi ini ada beberapa jenis. Nah, ada satu kondisi depresi yang masih jarang dibahas yaitu double depression. Yup, depresi yang berlapis. Coba simak penjelasan tentang kondisi ini seperti yang dilansir Psychology Today.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang double depression, kita perlu tahu dulu nih beberapa jenis gangguan depresi. Yang paling sering kita kenal adalah Major Depressive Disorder (MDD) atau disebut sebagai depresi mayor.

Gangguan ini ditandai dengan perasaan hopeless, tidak termotivasi, mudah menangis, gelisah, susah konsentrasi, hingga memiliki pikiran untuk bunuh diri. Ciri-ciri tersebut harus dirasakan minimal selama dua minggu, baru bisa disebut sebagai MDD.

Selain MDD, ada juga gangguan depresi yang disebut dengan Persistent Depression Disorder atau distimia. Gangguan depresi jenis ini lebih ringan dari MDD, tapi jangka waktunya lebih panjang. Gejala dari depresi versi ringan atau depresi persisten ini perlu dirasakan minimal selama dua tahun untuk bisa disebut sebagai distimia.

Apa yang dimaksud dengan double depression? Coba kalian pikirkan apakah ada dari orang-orang di sekitar kalian yang terlihat selalu gak berenergi, selalu merasakan perasaan negatif, sering mengeluh, tapi ya tetap menjalani keseharian seperti biasa.

Lalu, ada beberapa momen mereka benar-benar nggak bisa bangkit dari tempat tidur, merasakan perasaan negatif yang sangat kuat, dan punya pikiran untuk mengakhiri hidup. Nah, ini merupakan kondisi double depression.

Baca juga: 3 Ciri Seseorang Perlu Konsultasi ke Psikolog, Sadari Tandanya Sejak Awal

Double depression bukan istilah medis, tapi gambaran saat seseorang dengan distimia mengalami beberapa episode mayor. Nah, karena hanya ada beberapa momen seseorang ini merasa sangat terpuruk, mereka cenderung kembali ke perasaan “normal” mereka dan merasa baik-baik saja. Padahal kondisi “normal” ini bisa jadi distimia, tapi karena sudah dirasakan dalam jangka panjang, jadi terasa normal.

Makanya kita perlu aware dengan kondisi kesehatan mental diri dan orang lain. Sadari apakah selama ini kita menganggap enteng perasaan negatif kita. Jangan sampai kita terlalu lama memendam perasaan dan akhirnya meledak sebagai bom waktu. Gak ada salahnya kok buat mendapatkan bantuan profesional. You matter. (*)

 

Gambar: Storyset/Freepik

Artikel Terkait
Lifestyle
Sulit Banget Menyelesaikan Tugas, Sebenarnya Depresi atau Malas? Nih Bedanya

Lifestyle
5 Tanda Kamu Merasakan Gejala Depresi Tanpa Disadari, Penting buat Peka

Lifestyle
6 Cara Seseorang Menghindari Emosi, Gak Sadar Sering Dilakukan