![]() |
Posted on March 23rd 2023 |
Laga-laga sepak bola yang digelar saat memasuki bulan suci Ramadan memang penuh tantangan. Tantangan bagi penyelenggara untuk menentukan jam bertanding, tantangan juga bagi para pelakunya untuk tetap menjalankan ibadah puasa. Tidak hanya itu, laga-laga dini hari rasanya semakin nikmat untuk dinanti sembari menunggu waktu sahur.
Menjadi tantangan bagi para pemain sepak bola muslim yang harus menghadapi laga super ketat tiap pekannya. Banyak pemain bintang seperti Mohamed Salah, Riyad Mahrez, Sadio Mane, Ngolo Kante dan pesepakbola muslim lain diperkirakan akan berpuasa selama bulan Ramadan. Mereka dipastikan tidak akan makan atau minum jika belum waktunya berbuka. Tentu, ini akan mempengaruhi sejumlah pemain yang masuk dalam sebelas pertama tim mereka dan berperan penting dalam pertandingan yang biasanya digelar petang.
Mungkin kita sudah mengetahui beberapa tahun ke belakang mengenai aturan-aturan yang ditetapkan ketika sebuah pertandingan sepak bola dimainkan pada saat bulan suci Ramadan. Seperti misalnya pada laga antara Leicester City berhadapan dengan Crystal Palace dua tahun lalu. Laga sempat berhenti di tengah pertandingan untuk memungkinkan pemain berbuka puasa di tempat.
Jauh sebelum laga dimulai, kedua klub sudah sepakan dengan pengadil lapangan kala itu, Graham Scott untuk diberi jeda permainan dan mengizinkan Wesley Fofana (pemain Leicester City) dan Cheikhou Kouyate (pemain Crystal Palace) berbuka puasa Ramadan. Vicente Guiata (Kiper Crystal Palace) menunda melakukan tendangan gawang tepat setelah jam tanda waktunya berbuka puasa. Ketika itu Fofana dan Kouyate mengambil gel energi di sisi lapangan. Selepas laga Fofana bahkan berterima kasih kepada seluruh perangkat pertandingan, Guiata, dan lawannya karena telah mengizinkannya untuk berbuka puasa.
Pada Bundesliga musim lalu juga demikian. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah, pertandingan Bundesliga berhenti sejenak untuk memberi waktu pada pemain muslim untuk berbuka puasa. Pertandingan antara Augsburg dan Mainz 05 seketika berhenti ketika matahari terbenam. Kala itu laga dipimpin oleh Matthias Jollenbeck yang meniup peluit pada sekitar menit ke-65 untuk memberikan kesempatan Moussa Niakhate (pemain Mainz 05) berbuka puasa. Pemain bertahan asal Prancis tersebut terlihat meminum dua botol air yang ada di pinggir lapangan. Selepas itu sang pemain berlari menuju pengadil dan memberikan gestur ucapan terima kasih tepat sebelum laga kembali dimulai.
Menjadi tanda bahwa laga sepak bola bukan hanya perihal mencetak gol dan umpan-umpan indah. Melainkan juga toleransi tinggi yang ada pada setiap pelaku sepak bola. Laga-laga tetap seru, pemain yang berpuasa bisa terus berada di keadaan top performa, penonton layar kaca tetap senang dengan suguhan pertandingan jelang buka puasa atau sembari menunggu waktu sahur.(*)
Foto: Getty Images, BBC, insider.com