![]() |
Posted on March 17th 2023 |
Tradisi Malamang sambut Ramadan di masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Dari Sabang sampai Merauke, ada begitu banyak budaya dan tradisi yang masih tetap dipegang teguh di era modern seperti saat ini. Berbagai tradisi tersebut biasanya diadakan untuk menyambut atau memperingati suatu kejadian.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, masyarakat Indonesia juga memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini biasanya dilakukan setiap tahun saat mendekati bulan Ramadan.
Berikut 7 tradisi unik masyarakat Indonesia yang biasa dilakukan untuk menyambut Ramadan.
1. Nyadran
Tradisi ini biasa dilakukan di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan DIY, pada bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Sya’ban (Kalender Hijriyah). Menurut laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, kata nyadran berasal dari bahasa Sansekerta “Sraddha” yang berarti keyakinan.
Nyadran sendiri digunakan untuk menyebut serangkaian upcara adat yang bertujuan untuk mendoakan roh leluhur yang telah meninggal dunia. Kegiatan tersebut dijadikan sarana untuk mendoakan leluhur yang telah meningal dunia, mengingatkan akan kematian, serta melestarikan budaya gotong royong dan menjaga kerukunan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, ada sejumlah kegiatan yang dilakukan seperti besik (memebersihkan makam lelulur), kirab (arak-arakan menuju lokasi upacara adat, ujub (menyampaikan maksud upacara adat), doa, serta kembul bujono dan tasyarakuran (makan bersama).
2. Megengan
Tradisi menyambut Ramadan lainnya di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, adalah Megengan. Megengan berasal dari kata megeng dalam bahasa Jawa yang memiliki arti menahan. Jika dijabarkan, Megengan bermakna untuk menahan semua hawa nafsu untuk mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadan.
Menurut situs Diskominfo Kabupaten Magetan, Megengan digelar untuk mengingatkan masyarakat jika bulan Ramadan segera tiba. Selain itu, Megengan juga menjadi ajang permohonan maaf bagi sesama yang disimbolkan dengan kue apem.
Tradisi ini juga menjadi wujud rasa syukur masyarakat karena masih bisa bertemu bulan Ramadan. Rasa syukur ini disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibuat warga yang dibagikan ke sekelilingnya.
3. Balimau
Tradisi unik menyambut bulan Ramadan juga bisa ditemukan di Sumatera Barat, khususnya di masyarakat Minangkabau, yakni mandi Balimau. Tradisi ini biasa dilakukan masyarakat Minangkabau untuk membersihkan diri menjelang Ramadan.
Dalam prosesnya, orang-orang akan mandi dengan jeruk nipis sebagai upaya membersihkan diri secara lahir maupun batin. Biasanya, tradisi ini dilakukan dua atau satu hari sebelum Ramadan di lokasi yang mempunyai tempat pemandian atau dialiri sungai.
Menurut laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia milik Kemdikbud, dahulu tradisi ini menjadi semacam kewajiban bagi kaum perempuan. Tetapi seiring berjalannya waktu, tradisi ini sudah mulai jarang dilakukan.
4. Pacu Jalur
Di Riau, setiap menjelang Ramadan juga terdapat tradisi unik yakni Pacu Jalur. Tradisi yang digelar oleh masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi Riau ini mirip dengan pesta rakyat. Pacu Jalur sendiri asalnya dari kata Jalur yang memiliki arti perahu dalam bahasa lokal.
Karena itu, Pacu Jalur dilakukan dalam bentuk lomba dayung perahu yang terbuat dari pohon. Perlombaan ini diadakan setiap tahun menjelang Ramadan di Sungai Batang Kuantan.
5. Meugang
Menjelang Ramadan, masyarakat Aceh biasanya melakukan tradisi Meugang. Tradisi ini dimulai sejak masa Kerajaan Aceh pada 1607 sampai 1636 Masehi. Tidak hanya menyambut Ramadan, Meugang juga sering dilaksanakan di Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Untuk pelaksanaannya, daging dalam jumlah besar akan dimasak untuk selanjutnya disantap bersama keluarga, kerabat, serta anak-anak yatim piatu. Terkadang, daging yang sudah matang juga dibagikan oleh masjid ke masyarakat sekitar.
6. Malamang
Tradisi lain yang juga dilakukan oleh masyarakat di Pulau Sumatera adalah Malamang. Sekilas tradisi ini tampak seperti hanya memasak lamang, yakni makanan yang dibuat dari campuran santan dan beras ketan putih yang dimasak dalam bambu yang dilapisi daun pisang.
Tetapi sebenarnya, terdapat nilai kebersamaan dalam proses pelaksanaannya. Sebab, mulai dari persiapan hingga memasak membutuhkan tenaga beberapa orang yang harus bekerja sama untuk mengolahnya.
Menurut laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia milik Kemdikbud, mayoritas masyarakat di Padang Pariaman meyakini tradisi ini tidak bisa dilepaskan dari peran dan perjuangan Syekh Burhanuddin dalam menyiarkan agama Islam di Minangkabau. Dalam dakwahnya, Syekh Burhanuddin mengajari masyarakat memasak dengan cara ini agar bisa memastikan makanan yang dikonsumsi halal. Dalam perkembangannya, cara masak ini pun menjadi tradisi yang sering diadakan di hari besar Islam.
7. Nyorog
Bagi masyarakat Betawi, Nyorog telah menjadi sebuah tradisi dalam menyambut bulan Ramadan. Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Jakarta, tradisi ini dilakukan dengan berbagai bingkisan makanan ke sanak saudara dan keluarga yang tinggalnya berjauhan.
Bingkisan ini biasanya berisi kue-kue atau bahan makanan mentah. Bisa juga makanan khas Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang seperti sayur gabus pucung. Tradisi ini menjadi bentuk penghormatan dari orang muda ke yang lebih tua dan umumnya dilakukan anak muda atau pasangan baru menikah ke orang tua masing-masing
Nah, kalau di daerahmu ada tradisi unik apa nih setiap mau Ramadan?
Foto: Laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia milik Kemdikbud