![]() |
Posted on February 20th 2023 |
Timnas Indonesia U20 takluk dari Selandia Baru dalam rangkaian ajang uji coba untuk persiapan Piala Dunia U20 yang akan diselenggarakan di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, jauh-jauh hari sebelum laga tersebut pelatih kepala Shin Tae Yong bikin geger dunia sepak bola Indonesia.
Kenapa? Beliau mengancam beberapa nama akan dicoret jika tidak bisa datang ke pemusatan latihan tersebut. Pemusatan latihan yang digambarkan oleh Shin Tae Yong adalah dengan menggelar Training Camp (TC) jangka panjang.
Tentu keinginan Shin Tae Yong tidak terlepas dari target mendapat hasil apik dalam gelaran Piala Dunia U20 nanti. Selain program naturalisasi, ia juga ingin program TC jangka panjang ini bisa terealisasikan.
Sayang, TC jangka panjang adalah sebuah metode usang buat sepak bola. Kuno bahkan. Pada prinsip-prinsip latihan menurut Bompa yang ia temukan tahun 1963, TC jangka panjang menjadi formula untuk beberapa cabang olahraga sebagai perpersiapan heletan besar seperti olimpiade.
Metode Bompa yang secara menyeluruh memang menjadi jawaban bagi para atlit untuk bisa berada pada form tertinggi saat event berlangsung. Jika diaplikasikan pada dunia sepak bola sekarang? Apa yang ditemukan Bompa dengan formula TC Jangka Panjang hanyalah sebuah pencapaian lama yang tersimpan rapi di lemari.
Sepak bola sudah berevolusi. Pemain bukan hanya memerlukan performa yang siap kapan saja, melainkan juga pengembangan. Pengembangan ini yang tidak bisa didapat dari TC jangka panjang. Untuk mengembangkan pemain agar berada pada kondisi siap, sang pemain perlu berada di situasi gim.
Atau secara mudahnya, sang pemain memerlukan lebih banyak menit bermain. Maka dari itu, di negara yang sepak bolanya maju pada semua level. Level junior maupun senior, sifatnya fardhu ain alias wajib menggelar kompetisi.
TC jangka panjang memang membuat pemain bisa berada pada performa baik dan siap tempur, tapi apakah pemain berkembang dengan baik? Jawabannya adalah tidak. Pelatih sekelas Shin Tae Yong yang pernah memulangkan Jerman di Piala Dunia 2018 tentu bukan tanpa alasan ingin menggelar TC jangka panjang. Menurutnya, ada masalah di sistem persepakbolaan Indonesia. Kompetisi kelompok umur masih belum bisa diharapkan di sini.
Sejatinya, kualitas pemain muda kita tidak jauh berbeda dengan Selandia Baru. Seperti Frengky Misa, Robi Darwis, hingga Muhammad Ferarri. Begini, ketika pemain muda memiliki menit bermain cukup atau lebih di kompetisi yang kompetitif maka akan menghasilkan pemain yang memiliki pengalaman yang bagus juga. Atau secara singkatnya, pemain muda tersebut berkembang.
Kita semua tahu bagaimana Marselino Ferdinan dengan Persebaya satu sampai dua musim ke belakang. Marselino bahkan sudah mendapatkan tempat reguler di Persebaya ketika usianya masih 17 tahun. Hal serupa bisa saja terjadi kepada Frengky Misa, Robi Darwis hingga Muhammad Ferarri. Meningkatkan kualitas pemain agar tidak timpang.
Langkah cukup nyeleneh malah diambil Shin Tae Yong, dia mengancam beberapa pemain yang bermain di luar negeri tidak akan merasakan bermain di Piala Dunia U20 nanti. Salah, pemain-pemain yang bermain di luar negeri sejatinya tidak perlu dipusingkan mengenai pemanggilannya untuk TC, apalagi jangka panjang.
Mereka yang bermain secara regular di liga luar negeri sudah seharusnya mendapatkan kursi khusus tanpa harus mengikuti TC. Apalagi TC tersebut tidak masuk dalam kalender FIFA. Apa yang mereka dapatkan di liga luar negeri tentunya berada satu atau bahkan sepuluh level di sepak bola kita. Kita pernah merasakan tersebut ketika Egy Maulana Vikri masih berseragam Lechia Gdansk.
Shin Tae Yong memang pelatih bagus. Sangat bahkan. Tapi keputusannya terkait mencoret dan tidak membawa beberapa nama pemain yang bermain di liga luar negeri untuk tampil di Piala Dunia U20 nanti adalah keputusan tidak masuk akal. Harusnya, pemain-pemain yang berada di luar negeri mendapatkan satu kaki di depan daripada teman-temannya yang berada di Indonesia. Shin Tae Yong tinggal mengolah lagi sumber-sumber yang ada di dalam negeri.
Meramu formula yang tepat jika digabungkan dengan para pemainnya yang bermain di liga luar negeri. Pemain-pemain yang bermain di liga lokal nantinya akan menjadi pelengkap kepingan kerangka yang sudah ada. Kerangka yang sudah ada adalah para pemain yang bermain di luar negeri. Entah melengkapi 80 persen atau 20 persen. Semoga Shin Tae Yong segera menemukan formula yang tepat tanpa harus mengorbankan salah satu kerangka tersebut. Ada amin?(*)
Foto: Goal.com, Bola.com