![]() |
Posted on January 26th 2023 |
Siapa nih yang kalau malam sering merasa ngelihat sosok tak kasat mata atau sekadar bayangan hitam lewat? Nah, menurut sebuah penelitian baru, kepercayaanmu terhadap hantu atau sesuatu yang misterius mungkin dipengaruhi oleh pola tidur, lho.
Dilansir dari Best Life, bahkan seandainya kamu pernah memiliki pengalaman yang menyeramkan, penelitian baru menunjukkan bahwa kemungkinan ada alasan lain mengapa kamu percaya pada hantu.
The Independent melaporkan, sebuah studi baru dari sebuah tim di University of London mengumpulkan 8.853 peserta yang berusia minimal 18 tahun dan melakukan survei. Masing-masing ditanya tentang pandangan pribadi mereka terkait paranormal dan pertanyaan untuk membantu mengukur kualitas tidur mereka, termasuk hal-hal seperti latensi tidur, efisiensi tidur, durasi tidur, dan gejala insomnia.
Hasilnya, orang yang membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur, tidak cukup tidur saat di kasur, tidur malam lebih singkat, atau memiliki lebih banyak gejala insomnia cenderung percaya pada aktivitas paranormal. Bahkan ketika faktor demografis, seperti usia dan jenis kelamin, dikendalikan, hasilnya masih sama.
Menurut tim, kepercayaan itu juga termasuk soal jiwa yang hidup setelah kematian, keberadaan hantu, serta bahwa beberapa orang dapat berkomunikasi dengan orang mati. Mereka juga meyakini bahwa NDE (pengalaman mendekati kematian) adalah bukti kehidupan setelah kematian, bahwa setan ada, dan bahwa alien telah mengunjungi bumi.
Secara keseluruhan, 12,7 persen peserta percaya jiwa akan terus hidup setelah kematian, 8,1 persen percaya adanya hantu dan 5,6 persen percaya beberapa orang dapat berkomunikasi dengan orang mati. Selain itu, 3,4 persen percaya pengalaman mendekati kematian adalah bukti adanya kehidupan setelah mati, 4,7 persen percaya adanya setan, dan 3,4 persen percaya alien pernah mengunjungi bumi/berinteraksi dengan manusia.
Studi yang dipublikasikan di Journal of Sleep Research ini juga menemukan bukan hanya kualitas tidur buruk yang terkait dengan kepercayaan terhadap hal mistis dan tidak biasa. Peserta yang melaporkan mengalami gejala gangguan tidur seperti "exploding head syndrome" (EHS) atau kelumpuhan tidur (sleep paralysis) cenderung percaya bahwa alien telah mengunjungi Bumi.
Menurut studi tersebut, EHS digambarkan sebagai gangguan tidur yang menyebabkan orang mendengar ledakan atau suara keras di kepala mereka saat beralih antara bangun dan tertidur, meskipun suara tersebut sebenarnya tidak terdengar oleh orang lain. Sementara itu kelumpuhan tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan sementara untuk bergerak yang biasanya terjadi pada awal tidur atau saat bangun.
Tim peneliti menjelaskan bahwa meskipun ada korelasi linier antara keyakinan beberapa partisipan dan kualitas tidur, ada "hubungan berbentuk U" dengan faktor lain. Termasuk keyakinan bahwa jiwa terus hidup setelah kematian. Ini berarti, mereka yang memiliki keyakinan sangat kuat atau sangat kecil terhadap akhirat melaporkan lebih sedikit gejala insomnia dibandingkan mereka yang memiliki pandangan biasa-biasa saja.
"Jika hasil ini direplikasi, satu penjelasan yang mungkin untuk temuan ini adalah bahwa ketidakpastian dan kebimbangan (dalam hal ini keyakinan yang tidak pasti) dapat menyebabkan kecemasan, yang pada gilirannya dapat mengganggu tidur," tulis para peneliti.
Tetapi para peneliti memperingatkan bahwa eksperimen itu terbatas karena peserta dipilih sendiri dan tidak mewakili populasi umum. Mereka menambahkan bahwa fenomena lain yang mungkin berkontribusi pada keyakinan ini tidak dinilai. Namun, tim juga mengatakan hasil mereka masih dapat membantu bidang medis untuk menilai beberapa pasien dengan lebih baik.
"Temuan yang diperoleh di sini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan pada paranormal dan berbagai variabel tidur," para peneliti menyimpulkan. “Temuan studi dapat membantu mendukung pengalaman pasien dengan meningkatkan pemahaman praktisi kesehatan terkait dengan orang-orang yang melaporkan kejadian semacam itu.”
Foto: Pixabay