![]() |
Posted on January 22nd 2023 |
Kita semua tentu akrab dong dengan mitos, legenda, dan dongeng. Hal ini selalu menarik perhatian kita tentang asal-usul sebuah tradisi yang ada di masyarakat sampai saat ini. Terkadang, hal-hal yang kita rasakan dari tradisi itu biasa saja, namun sebenarnya cukup menarik lho jika kita menguliknya.
Sebagai orang awam, tentu ingin tahu sejarah dari setiap tradisi orang Tionghoa saat Tahun Baru Imlek. Seperti tentang angpao, warna merah, dan lainnya. Dan ternyata kisah-kisah itu sudah ada dari ribuan tahun yang lalu. Biar gak makin penasaran, berikut adalah kumpulan beberapa mitos Tahun Baru Imlek yang populer dan dipercaya sampai saat ini.
1. Roh Jahat dan Puisi Kuplet
Salah satu dekorasi merah yang disukai orang Tionghoa adalah puisi kuplet Festival Musim Semi. Mereka ditempel di bagian kedua sisi pintu. Tujuannya untuk mengusir monster Nian dan roh jahat lainnya.
Puisi-puisi yang ditempel ini akan menjaga dari setan yang berkeliaran di dunia manusia pada malam hari. Dan puisi tersebut dipercaya sebagai dua dewa penjaga pintu masuk.
Untuk melindungi rumah mereka, orang-orang mulai mengukir nama para dewa di papan kayu persik. Dengan menempatkan mereka di luar pintu mereka, mereka dapat menakuti setan-setan itu.
2. Memasang Kaligrafi Tulisan “Fu”
Pada dinasti Ming dulu, Kaisar memerintahkan setiap rumah untuk menempelkan kaligrafi atau dekorasi bertulisan “fu” (keberuntungan) ke pintu mereka. Pada Hari Tahun Baru, bahkan mereka dia juga mengirim tentara untuk memeriksa apakah setiap rumah sudah melakukannya.
Baca Juga: Sejarah Perayaan Imlek, Berawal dari Tradisi Religius Menjadi Tradisi Hiburan
3. Asal Pesta Anggur di Festival Musim Semi
Ada beberapa minuman khusus yang biasa disajikan dalam Tahun Baru Imlek. Salah satunya adalah anggur Tusu. Menurut cerita, ada wabah yang melanda beberapa desa, sampai merenggut banyak nyawa. Datanglah seorang pria memasukkan beberapa tumbuhan, daun dan biji-bijian ke dalam sebuah tas.
Dia membawa satu ke masing-masing tetangganya, menyuruh mereka merendam tas itu dalam air. Mereka harus minum air pada Hari Tahun Baru. Dan mereka menemukan bahwa minuman ajaib ini menyelamatkan mereka dari wabah. Itu dikenal sebagai anggur Tusu, dinamai sesuai dengan rumah pria yang berstruktur Tusu.
4. Angpao Merah
Menurut legenda, dulu sudah ada roh jahat bernama Sui yang akan muncul pada Malam Tahun Baru dan menepuk kepala anak-anak yang sedang tidur selama tiga kali. Dan mereka akan mulai terkena demam. Jika mereka sembuh dari demam, mereka tidak akan pernah ceria seperti dulu lagi.
Sepasang suami istri menghibur anak mereka dengan beberapa koin di malam hari. Saat dia tertidur, mereka meletakkan koin di atas kertas merah dan meninggalkannya di samping bantal.
Ketika Sui datang, koin-koin itu berkedip dan membuatnya ketakutan. Dan sejak saat itu, setiap orang tua akan memberikan uang yang dibungkus kertas merah setiap malam tahun baru dan sudah menjadi tradisi sampai saat ini.
5. Dewa Zao Jun dan Permen
Pada agama tradisional China and mitologi Tiongkok, Zao Jun atau Zao Shen adalah dewata lokal paling penting yang merupakan pelindung tungku perapian. Dewa ini memiliki peran untuk bertanggung jawab atas makanan dan mata pencaharian orang-orang yang ada di bumi. Dia adalah salah satu dewa yang paling banyak berinteraksi dengan manusia.
Sebelum Tahun Baru “Nian”, Dewa Zao Jun kembali ke surge dan memberitahukan Kaisar Giok tentang bagaimana keadaan setiap keluarga di bumi sepanjang tahun ini. Dia kemudian kembali ke bumi untuk memberkati atau menghukum keluarga, seperti yang diperintahkan oleh Kaisar Giok.
Inilah sebabnya mengapa setiap keluarga akan membuat labu permen malt dan meninggalkannya di malam hari (seperti memberikan kue untuk Sinterklas). Nantinya, Dewa Zao Jun akan merasakan betapa manis dan lezatnya permen itu.
Sehingga dia hanya akan memuji dan mengeluarkan ucapan manis untuk keluarga tersebut dan terhindar dari ucapan negatif dari sang dewa. Dengan cara ini, keluarga percaya akan menikmati makanan yang berlimpah sepanjang tahun.
Berbagai mitos tentang tradisi ini dipercaya dan bahkan sudah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa. Dan tentu saja, tradisi ini akan semakin memperkaya suatu budaya yang ada.(*)
Foto: unsplash