Sport

Keruhnya Sepak Bola Indonesia, Liga 2 Dihentikan, Liga 1 Tanpa Degradasi

Louise Dewangga

Posted on January 13th 2023

Sepak bola Indonesia tidak bisa lepas dari beragam persoalan. Paling terbaru dan masih hangat adalah ketika federasi sepak bola negara tersebut menghentikan Liga 2 dan memutuskan Liga 1 tanpa degradasi.

Lucu memang, tapi tidak kaget karena keputusan-keputusan yang tak masuk di akal sering dilontarkan oleh para pemangku kebijakan. Entah apa maksudnya menggelar sebuah kompetisi tanpa adanya degradasi.

Masih ada diingatan kita betapa pilunya tragedi Kanjuruhan. Jadwal pertandingan terlampau malam untuk sebuah atlet profesional sepak bola. Apalagi dengan para pendukung yang berbondong-bondong mengisi setiap sekat tribun penonton.

Hilangnya ratusan nyawa dalam peristiwa itu seakan tiada artinya ketika laga lanjutan Liga 1 masih digelar pada jam-jam terlampau malam. Menjadi bukti bahwa para penonton hanyalah sekrup kapitalisme para pemangku kebijakan.

Silang sengkarut inilah yang membuat sepak bola kita selalu jalan ditempat. Ketika negara-negara di Asia Tenggara berlomba untuk menata sepak bola mereka, Indonesia justru begitu-begitu saja. Mimpi tampil di Piala Dunia hanyalah kiasan yang selalu diobral para pelaku sepak bola Indonesia. Balasan apa yang diharapkan dari sebuah kompetisi liga yang sekedar jalan? Bahkan target menjadi jawara Piala AFF pun rasanya masih sangat jauh dari kenyataan. 

Menggelar liga tanpa adanya degradasi adalah sebuah lelucon yang dilontarkan teman-teman komedian ketika manggung. Bayangkan, persaingan dan laga penuh gengsi menjadi tidak ada nilainya. Kompetisi seperti ini justru mengakibatkan ladang basah. Tim-tim semenjana Liga 1 “menjual” laga mereka ke tim papan atas yang mau juara. Peluang-peluang seperti ini akan semakin kelihatan, wong gaada degradasi, ya kenapa harus nggetih.

Belum lagi masalah pelik klub Arema FC (jangan tanya Arema yang mana). Untuk saat ini beberapa kota menolak kehadiran mereka. alasannya sederhana, sikap mereka kepada korban tragedi kanjuruhan sangat nihil. Masih ingat, ketika para pemain, jajaran klub, serta penggemar PSS Sleman menyambangi keluarga almarhum Tri Fajar Firmansyah. Sikap sederhana seperti ini yang tidak dimiliki oleh klub Arema. Satu suara untuk mengusut tuntas kejadian tersebut.

Masih ingat ketika Persebaya menolak bertanding di Jakarta ketika berhadapan dengan Persija. Benar, ketika itu Bajul Ijo memilih untuk mundur karena persoalan suporter. Demi menghindari gesekan dengan suporter lawan, dan tidak adanya jaminan buat Bonek bisa aman selama berada di stadion. Atau mungkin kita semua tahu ketika Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami gempa bumi pada tahun 2006. Sikap dari tim-tim di DIY bagaimana? Persiba, PSS, PSIM ketika itu sedang berada pada performa bagus malah menarik diri dari kompetisi.

Untuk apa? Empati kepada masyarakat sekitar. Percuma saja berselebrasi dan merayakan kemenangan jika sesama kita sedang dilanda kesusahan. Sikap tepo sliro inilah yang tidak dimiliki oleh Arema FC. Sampai saat ini, belum ada pemberitaan mengenai mereka yang mendobrak federasi untuk mengusut tuntas tragedi, malah dobrakan tersebut justru keluar dari tim rivalnya, Persebaya. Ironi. Tapi begitulah sepak bola kita.

Liga 2 yang notabennya satu tingkat di bawah Liga 1 juga menjadi korban. Liga 2 berhenti. Tapi di Liga 1 tidak ada degradasi. Semakin bingung kenapa harus memaksakan kompetisi. Kolam sepak bola Indonesia semakin keruh, sangat bahkan. Tabah, begitulah kalimat yang pas menggambarkan insan penggemar sepak bola Indonesia. Beberapa orang sudah menarik diri untuk tidak datang ke stadion sampai tragedi Kanjuruhan diusut tuntas, beberapa lainnya mulai mengambil sikap setelah adanya berita hangat ini. Beberapa mengumpat, itu wajar karena huruf PS pada PSSI adalah singkatan dari “Pengen Sakkarepe dewe”.(*)

Foto: Persebaya.id, BRI Liga 1, Twitter resmi Southgatebois

Artikel Terkait
Sport
Liga 1 dan Liga 2 Resmi Ditunda Hingga 29 Mei

Sport
Dear Pecinta Sepak Bola, Liga 1 dan Liga 2 Dijadwalkan Dimulai Lagi Juli

Current Issues
Polri Tetapkan 6 Orang Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Apa Saja Kesalahannya?