![]() |
Posted on January 4th 2023 |
Kesehatan mental merupakan salah satu topik yang perlu diperhatikan belakangan ini. Menjaga kesehatan mental sebenarnya sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Sayangnya, masih banyak orang yang masih menganggap pemeriksaan kesehatan mental adalah hal yang tidak biasa.
Akibatnya, tak jarang orang yang sebenarnya membutuhkan pertolongan terkait masalah mental jadi menyembunyikan keluhannya. Imbasnya, tercatat ada lebih dari 800.000 kasus kematian bunuh diri di seluruh dunia setiap tahunnya. Tapi, angka ini tampaknya bisa mulai diminimalisir.
Sebuah studi baru-baru ini meneliti layanan kesehatan mental di telemedicine ternyata terbukti efektif dalam membantu orang-orang yang butuh pertolongan terkait masalah kesehatan mental bahkan turut menurunkan resiko bunuh diri secara signifikan.
Baca Juga: TikTok Ditemukan Terus Menampilkan Konten Self-Harm dan Gangguan Makan ke Remaja
Menurut Journal of Medical Internet Research, telemedicine dinilai berhasil dalam memaksimalkan perawatan kesehatan mental. Pasien yang menerima perawatan lewat telemedicine tercatat memiliki kemungkinan suicidal thought sebanyak 3-4 kali lebih kecil. Ini merupakan kabar baik mengingat fenomena kesehatan mental marak muncul bersamaan dengan pandemi yang mengharuskan orang lebih banyak di rumah.
Dr. Mimi Winsberg dari Brightside Health selaku peneliti utama studi tersebut mengungkapkan pemikirannya tentang penelitian yang dilakukannya ini.
"Studi ini berskala besar (melibatkan) peserta dari berbagai geografi dan demografi sosial," ujar Winsberg seperti dikutip dari The News International.
Penelitian ini mengambil sampel dari kuesioner online yang diisi lebih dari 8.500 responden di platform Brightside. Dalam platform ini, pasien menjalani terapi lewat layanan kesehatan mental telemedicine selama 12 minggu. Ini termasuk obrolan video, pengiriman pesan, dan obat resep psikiater.
Studi tersebut menemukan bahwa setelah 12 minggu menjalani terapi, pasien yang menggunakan platform telemedicine memiliki kecenderungan suicidal thought yang lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa telemedicine berhasil menjadi aspek pendukung dalam mengatasi gejala pikiran untuk bunuh diri.
"Selain itu, kami menemukan bahwa keinginan bunuh diri memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan gejala kognitif keputusasaan dan perasaan rendah diri dibandingkan dengan gejala fisik depresi seperti gangguan tidur dan energi rendah," lanjut Winsberg.
Baca Juga: Ada Layanan Telemedicine untuk Pasien Isoman Omicron, Bagaimana Cara Aksesnya?
Telemedicine atau telemedisin merupakan sebuah platform yang ditujukan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan perawatan medis tanpa mengunjungi dokter secara langsung. Telemedicine juga mencakup berbagai topik, mulai dari mengidentifikasi gejala masalah kesehatan fisik hingga kesehatan mental.
Di Indonesia, telemedicine mulai dikenal dan banyak digunakan sejak merebaknya pandemi COVID-19. Beberapa telemedicine yang bisa jadi pilihan antara lain Alodokter, Halodoc, SehatQ, KlikDokter, dan masih banyak lagi. (*)
Foto: Karolina Grabowska by Pexels