![]() |
Posted on December 28th 2022 |
Tim mahasiswa ITS saat mendemonstrasikan proses pengolahan limbah cair industri tahu kepada masyarakat.
Belum maksimalnya pengolahan limbah industri tahu dan potensi masalah lingkungan yang ditimbulkan membuat sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merasa prihatin. Mereka pun membuat inovasi untuk mengolah limbah cair industri tahu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi, misalnya menjadi kulit sintetis.
Dilansir dari laman resmi ITS, inovasi ini kemudian diaplikasikan di Desa Sambiroto, Kabupaten Mojokerto untuk membantu mengatasi permasalahan mengenai limbah industri tahu yang ada di daerah tersebut. Menurut ketua tim Indah Tri Cahyani, inovasi ini juga berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat sekitar.
Dibimbing oleh Ervin Nurhayati ST MT PhD, Indah dan tim menginovasikan sebuah sistem sehingga masyarakat bisa mengolah sendiri limbah cair industri tahu tersebut. Indah menjelaskan bahwa mulanya masyarakat akan meminta limbah cair industri tahu kepada pemilik pabrik sesuai takaran yang dibutuhkan.
Limbah cair industri tahu itu yang kemudian akan diolah oleh masyarakat. Proses pengolahan dilakukan dengan merebus limbah cair industri tahu dengan ditambahkan beberapa bahan kimia tertentu.
“Bahan kimia yang digunakan antara lain gula, cuka, pupuk urea foodgrade dicampur dengan bakteri Acetobacter xylinum,” papar mahasiswi Departemen Teknik Lingkungan ini.
Menurut Indah, inovasi ini juga telah diatur sedemikian rupa sehingga bisa mempermudah masyarakat. Kemudahannya dapat dilihat dari detailnya takaran bahan kimia yang digunakan.Tak hanya itu, dengan dibantu karang taruna setempat, Indah dan tim juga melakukan pelatihan kepada masyarakat guna memperjelas alur pengolahan limbah.
Produk awal dari proses perebusan limbah cair berupa nata de soya, sejenis makanan yang terbuat dari bahan limbah cair industri tahu. Untuk menjadi sebuah kulit sintetis, nata de soya perlu diolah lagi dengan cara dihilangkan kandungan airnya. Produk yang dihasilkan setelah proses ini adalah kulit sintetis atau biasa disebut soya leather.
Setelah dihasilkan produk mentah berupa kulit sintetis, Indah bersama tim juga akan melakukan pelatihan bagi pengrajin kulit sintetis agar dapat mengolah bahan tersebut menjadi produk yang bernilai jual, seperti dompet dan tas.
Tim yang juga beranggotakan Wijaya Sakti Muhammad Sampurna dari Departemen Teknik Sistem dan Industri, I Putu Bagus Adhi Pradana dari Departemen Teknik Informatika, beserta dua mahasiswa Departemen Kimia yakni Sinta Eka Septa Sari dan Ardi Lukman Hakim ini masih ingin terus mengembangkan inovasinya. Setelah ini, lanjut Indah, masih akan dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk lebih mengoptimalkan produk kulit sintetis.
Tidak hanya memberikan pelatihan, sebuah koperasi pun didirikan untuk mengoptimalkan produk kulit sintetis tersebut. Koperasi ini didirikan supaya perputaran ekonomi akan semakin jelas. Hal tersebut penting karena merupakan salah satu upaya untuk menyejahterakan masyarakat.
Inovasi tersebut juga telah berhasil membawa tim ITS ini meraih gelar juara II pada gelaran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-35 di Universitas Muhammadiyah Malang, beberapa waktu lalu.
“Semoga inovasi ini bisa terus berkembang dan bisa menjawab keluhan masyarakat tentang limbah industri tahu,” pungkasnya penuh harap.(*)
Foto: Laman ITS