![]() |
Posted on December 25th 2022 |
Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) membuat alat pengolah sampah organik dan alat monitoring kandang lalat BSF bernama Ormnicro. Ide dari pembuatan alat ini berasal dari adanya peningkatan kesadaran akan pengelolaan sampah yang menumpuk.
Dilansir dari laman resmi Universitas Brawijaya, tim tersebut terdiri dari Shafina Rifdhayanti Zein, Charis Maulana, Akhdan Zaim, Ridho Firmansyah dan Aulia Angkasa yang dibimbing oleh Eka Maulana, S.T., M.T dari Fakultas Teknik.
Bekerja sama dengan TPST Tumpang Lestari, mereka membuat inovasi pada mesin pencacah sampah organik dan sistem monitoring kandang lalat BSF. Inovasi ini dapat mendukung perkembangan dan produksi maggot yang ada di TPST Tumpang Lestari semakin maksimal dan efisien.
Dengan demikian, alat ini dapat membantu TPST untuk dapat mengolah sampah organik lebih mudah dan bermanfaat. Hasil pengolahan sampah pun jadi memiliki nilai ekonomis.
“Fokus pembuatan alat ini dari awal memang sudah ditujukan untuk kepedulian lingkungan dan bertujuan untuk bagaimana kita mengubah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar khususnya TPST Tumpang Lestari,” kata Charis.
ORMNicro merupakan sistem pengolahan sampah organik dan sistem monitoring kandang lalat BSF yang terintegrasi Internet Of Things. Menurut Shafina, ORMNicro juga dilengkapi dengan mesin pencacah sampah organik yang output dari mesin pencacah ini dapat diatur tekstur halus atau kasarnya hasil pencacahan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan ukuran mulut dan sistem makan baby maggot sampai menjadi maggot dewasa.
“Selain pencacah kami juga melengkapi sistem pengolahan sampah organik ini dengan peniris/spinner yang nantinya dapat mengurangi kadar air pada pakan maggot dan dapat menghasilkan pupuk cair dari air bekas spinner sampah organik tersebut,” papar mahasiswa Jurusan Elektro ini.
“Kombinasi alat pencacah dan peniris/spinner ini tentunya dapat menjadi jawaban bagi pembudidaya maggot yang ada di TPST Tumpang Lestari yang selama ini kesulitan untuk mengatur tekstur dan kandungan air pada pakan maggot”, imbuh Shafina.
Pengembangan pada kandang lalat BSF dilakukan dengan pembuatan sistem monitoring keadaan kandang. Tujuannya untuk membantu pembudidaya lalat BSF dalam meningkatkan perkembangan dan reproduksi lalat BSF melalui beberapa sensor dan actuator yang sudah dipasang di kandang lalat BSF. Sistem pada kandang lalat BSF ini sudah terintegrasi Internet Of Things dimana data monitoring dapat diakses secara real time melalui smartphone.
Inovasi ini berhasil meraih predikat Juara I PLN ICE, sebuah rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Listrik Nasional. Dalam ajang ini, tim Re-Techno Brawijaya berhasil memperoleh pendanaan untuk merampungkan penelitian dan uji tahap akhir, setelah bersaing dengan 400 tim inventor se-Indonesia.(*)
Foto: Laman Universitas Brawijaya