![]() |
Posted on December 21st 2022 |
Model inovasi Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda (Anita) gagasan mahasiswa ITS.
Keprihatinan terhadap krisis air minum di daerah terpencil membuat tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda (Anita). Dilansir laman ITS, ketiga mahasiswa tersebut adalah Jell Hilmansyah, Dwi Prawira Kusuma, dan Fajar Dhimas Airlangga.
Ketua tim penggagas Anita, Jell Hilmansyah mengungkapkan bahwa inovasi ini terfokus pada metode pengolahan air laut menjadi air siap minum. Alasannya, mayoritas sumber air di kawasan Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T) berasal dari laut.
“Untuk itu, digagaslah inovasi ini dengan memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya,” paparnya.
Jell menambahkan, masyarakat pesisir pantai biasanya hanya menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih. Namun, dengan bimbingan Dr Ir Ni Ketut Aryani MT, tim ini berhasil mengintegrasikan dua metode sekaligus guna menciptakan alat yang lebih efektif dan efisien.
“Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi,” jelasnya.
Pada metode desalinasi, air laut akan dipanaskan hingga mencapai titik didihnya. Ketika telah mencapai titik didih, air murni akan terpisah dengan zat pengotornya. Proses pemanasan ini dilakukan pada kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilo watt jam tiap liternya. Agar penggunaan daya listrik tidak terlalu besar, digunakanlah panel surya sebagai salah satu sumber energinya.
Lebih lanjut, Jell menjelaskan bahwa air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi ini telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm). Tak hanya itu, Jell menilai, volume air yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan air minum masyarakat.
“Volume yang dapat dihasilkan pada metode desalinasi ini sebesar 1,5 liter per jam,” ujarnya.
Di samping itu, untuk memanfaatkan kabut laut menjadi air siap minum, tim penggagas Anita menerapkan metode kondensasi. Mulanya, akan dipasang jaring-jaring untuk menangkap kabut. Setelah itu, akan terjadi proses kondensasi yang membuat kabut berubah menjadi titik-titik air. Air yang dihasilkan sudah siap minum dan akan ditampung pada wadah yang telah disediakan.
Inovasi cemerlang tersebut membuat Jell dan tim berhasil menyabet posisi pertama pada gelaran Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 2022 Politeknik Negeri Banyuwangi. Ke depan, Jell dan tim berencana untuk terus mengembangkan inovasinya agar dapat digunakan secara optimal, terlebih dalam hal efektivitas dan efisiensi alat.
“Kami berharap inovasi ini tidak berhenti di sini, namun bisa terus dikembangkan dan mampu menebar kebermanfaatan bagi masyarakat,” tutup Jell. (*)
Foto: Laman ITS