Sport

Belgia yang Semenjana atau Maroko yang Meledak?

Louise Dewangga

Posted on November 28th 2022

Sepak bola memang begitu kejam. Banyak orang sampai meneteskan air mata ketika tim jagoannya harus menelan kekalahan. Ajang terbesar sepak bola kini berada di Qatar.

Benar, Piala Dunia 2022 yang sudah melakukan pekan kedua panen kejutan. Dari tangkapan layar tayangan langsung beberapa penggemar sampai-sampai menangis karena timnas mereka tak bisa memenangkan laga.

Sama halnya dengan laga Belgia dan Maroko yang tersaji pada 27 November 2022. Di atas kertas Belgia menang dalam segala lini dari Maroko. Skuad Belgia bisa dibilang masih dalam sebutan skuad emas dan begitu mewah.

Banyak pemain menghiasi tim-tim beken Eropa, apalagi urusan ranking FIFA. Belgia adalah urutan 2 daftar ranking FIFA. Sedangkan Maroko ada di urutan 22. Sayang, semua kalkulasi tersebut tidak berlaku ketika pengadil lapangan sudah meniupkan peluit tanda sepak mula.

Skuad emas Belgia justru tak begitu dominan dan ganas yang digembar-gemborkan orang-orang. Alih-alih menguasai jalannya laga, Belgia penggemar Belgia justru harus dibuat senam jantung oleh para penggawa di lapangan. Maroko kerap kali membuat penggemar Belgia semakin kencang merapalkan doa.

Nyatanya generasi emas tak bisa mewujudkan harapan penggemar Belgia untuk menang. Gol pertama tendangan bebas pada Piala Dunia 2022 Qatar pun lahir dari kaki Abdelhamid Sabiri. Pemain ini pernah membela timnas Jerman U21. Gol penutup sekaligus memastikan kemenangan Maroko datang dari sepakan Zakaria Aboukhlal pada tambahan waktu memanfaatkan kesalahan lini belakang Belgia.

Maroko bukanlah tim kemarin sore. Dua tim liga domestik mereka mendominasi wilayah benua Afrika. Sepak bola Maroko benar-benar diperhatikan beberapa dekade kebelakang. Raja Mohammed VI begitu gandrung akan si kulit bundar.

Jauh di negaranya, sang pemangku kebijakan tersebut mendirikan sebuah akademi sepak bola dengan fasilitas bukan kaleng-kaleng. PSSI-nya Maroko pun sejalan. Tiga sektor penting dalam penunjang sepak bola mereka benahi, fasilitas, program berjenjang, serta para pekerja ahli dibidangnya. Mereka benar-benar sabar akan menuai apa yang ditanam.

Akademi yang Bernama Raja Mohammed VI dan berdiri tak jauh dari pusat kota tersebut bak oase di tengah gersangnya benua Afrika. Tak semua negara memiliki fasilitas akademi semewah Maroko. Bahkan sekelas Senegal sang juara piala Afrika edisi terbaru sekalipun.

Fasilitas, program berjenjang, dan staff ahli seolah membungkam negara yang mayoritas warganya penggemar sepak bola seperti Indonesia. Alih-alih memperbaiki fasilitas dan membenahi program berjenjang PSSI kita justru kerap kali melakukan langkah instan dengan naturalisasi. Masih ingat kan, Shin Tae Yong (pelatih timnas Indonesia) mengeluh perihal rumput stadion yang bergelombang? Apalagi keluhan soal umpan penggawa timnas Indonesia?(*)

Foto: Soccer News, GhanaSoccernet

Artikel Terkait
Sport
Ada Aura Indonesia Dalam Perayaan Timnas Maroko

Sport
Catatkan Sejarah, Cristiano Ronaldo Cetak Gol di 5 Piala Dunia yang Berbeda

Sport
Serba Serbi Kemenangan Arab Saudi atas Argentina