![]() |
Posted on October 17th 2022 |
Banyaknya berita buruk yang terjadi secara beruntun, mulai dari pandemi, bencana alam, hingga tragedi Kanjuruhan, bisa membuat perasaan kita jadi terguncang. Sebuah studi baru dari Spanyol bahkan mengonfirmasi bahwa ada efek negatif yang mungkin terjadi dari membaca berita buruk secara terus menerus.
Dilansir NBC News, para peneliti melihat bagaimana cara terbaik orang mengelola perasaan cemas dan depresi pada puncak pandemi. Mereka menemukan bahwa salah satu metode paling efektif adalah mengambil jeda dari rentetan berita buruk.
Penulis utama studi Dr. Joaquim Radua, seorang psikiater di Barcelona, mengatakan prediktor terbaik untuk memiliki kecemasan yang lebih rendah dan gejala depresi âââadalah dengan menghindari terlalu banyak menonton berita.
Dalam studi yang belum diterbitkan di jurnal peer-review ini, Radua juga berafiliasi dengan King's College London dan Institut Karolinska di Swedia. Studi ini dilakukan pada tahun 2020 dan 2021. Karena itu Radua mengingatkan bahwa hasilnya masih belum jelas jika diterapkan saat ini, dimana kasus virus Corona terus menurun.
Hal lain yang menjadi catatan adalah bahwa ada begitu banyak liputan berita negatif yang bisa diterima seseorang sebelum itu berdampak pada kesehatan mental.
"Ada ketersediaan informasi yang tak ada habisnya," kata Lindsey McKernan, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Vanderbilt University Medical Center di Nashville yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut. "Tanpa mengerem sendiri, kalian bisa terus melakukannya dan terus membaca dan menjadi lebih stres."
Penelitian Radua mengamati 942 orang dewasa di Spanyol yang mengisi kuesioner online tiap dua minggu dalam kurun waktu setahun selama pandemi. Para peserta melaporkan apakah mereka merasa sedih, dan jika demikian, bagaimana mereka mengatasi perasaan tersebut.
Analisis memperhitungkan apakah peserta sebelumnya telah didiagnosis dengan kecemasan atau depresi. Hasilnya, studi menemukan bahwa mereka yang menghindari terlalu banyak berita yang menyebabkan stres, memiliki lebih sedikit gejala kecemasan dan depresi.
Selain itu, menjaga pola makan sehat juga menjadi kunci lain untuk bisa menjadi lebih baik.
"Merawat tubuh kita adalah sesuatu yang bisa kita kendalikan," kata McKernan. "Itu mengembangkan kesadaran tentang apa yang dapat diprediksi dan dapat membantu mengatasi stres."
Waktu di luar ruangan, berolahraga, dan minum cukup air juga ditemukan terkait dengan tingkat stres, kecemasan, dan perasaan depresi yang lebih rendah.
Penelitian tersebut juga melacak apakah partisipan terkena Covid selama masa studi. Radua mengatakan hampir semua mengalaminya. Namun menurutnya, berbeda dengan terlalu banyak menonton berita, tertular Covid tidak mempengaruhi hasil. (*)
Foto: Pixabay