Interest

Meski Dua Tahun Berlalu, Orang Dewasa Masih Kesulitan Mengenali Wajah Bermasker

Dwiwa

Posted on September 15th 2022

Pandemi sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Tetapi rupanya, sebuah studi baru dari York University mengungkap jika sampai saat ini orang dewasa masih mengalami kesulitan mengenali orang ketika wajah mereka tertutup masker.

Dilansir Medical Xpress, banyak orang mengira kemampuan mereka untuk mengenali wajah orang meskipun bermasker akan meningkat dari waktu ke waktu. Tetapi studi baru oleh para ilmuwan dari York dan Universitas Ben-Gurion di Israel mengungkap sebaliknya.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science ini menemukan paparan berulang dari wajah bermasker selama pandemi tidak membuat perbedaan dalam kemampuan orang dewasa untuk mengenali wajah setengah tersembunyi ini.

"Baik waktu maupun pengalaman dengan wajah bermasker tidak mengubah atau meningkatkan efek masker pada wajah," kata Erez Freud, Asisten Profesor Universitas York dari Fakultas Kesehatan dan penulis senior studi tersebut. "Ini memberitahu kita bahwa otak orang dewasa tampaknya tidak memiliki kemampuan untuk mengubah cara memproses wajah, bahkan ketika dihadapkan dengan wajah bermasker dalam jangka waktu yang lama."

Para peneliti berulang kali menguji lebih dari 2.000 orang dewasa dengan menunjukkan serangkaian wajah, tegak dan terbalik, dengan dan tanpa masker. Kelompok orang dewasa yang berbeda diuji pada enam titik waktu yang berbeda selama pandemi.

Selain itu, para peneliti menguji kelompok yang sama di awal-awal pandemi dan 12 bulan kemudian. Dalam studi cross-sectional dan longitudinal, orang dewasa sama sekali tidak menunjukkan peningkatan kemampuan mereka untuk mengenali wajah bermasker.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kemampuan pengenalan wajah orang dewasa menurun sekitar 15 persen ketika orang tersebut mengenakan masker. Hasil ini didapat dengan melakukan pengujian menggunakan Cambridge Face Memory Test (CFMT) yang dianggap sebagai standar untuk menilai persepsi manusia tentang wajah.

Masker juga mengganggu bagaimana wajah yang tidak ditutup diproses -yang biasanya dibuat secara holistik, bukan oleh bagian-bagian individual wajah. Studi baru ini tidak hanya menggunakan CFMT, tetapi juga Glasgow Face Match Test, pengukuran tambahan dari persepsi wajah, untuk menentukan apakah ada yang berubah sejak studi terakhir.

"Ini menunjukkan bahwa pemrosesan wajah pada manusia, setidaknya pada orang dewasa, tetap kaku bahkan setelah paparan kehidupan nyata yang berkepanjangan pada wajah yang tertutup sebagian," kata Freud.

Sensitivitas wajah pertama kali muncul pada bayi baru lahir yang menunjukkan preferensi untuk wajah atau hal-hal yang terlihat mirip dengan wajah, dan terutama wajah yang dikenali. Berbeda dengan sistem pemrosesan wajah dewasa, paparan berulang pada wajah saat masih kanak-kanak memainkan peran penting dalam menyempurnakan sistem pemrosesan wajah, yang terus berkembang hingga akhir masa pubertas.

Freud mengatakan akan menarik untuk melihat apakah kemampuan anak-anak untuk mengenali wajah bermasker berubah seiring waktu dengan paparan. Termasuk juga apakah pandemi telah mengganggu kemampuan normal mereka untuk mengenali wajah. (*)

 

Foto: Pixabay

Artikel Terkait
Current Issues
Apakah Jenggot Bisa Mempengaruhi Risiko Penularan Covid-19?

Current Issues
Polemik Pedoman Lepas Masker Bagi Orang yang Sudah Divaksin Penuh di Amerika

Current Issues
Pembatasan Covid Dilonggarkan, Ahli: Tetap Pakai Masker dan Cuci Tangan