![]() |
Posted on June 25th 2022 |
Sebuah studi baru mengungkap jika long Covid bisa terjadi pada anak-anak usia berapa pun, termasuk bayi. Dilansir CNN, studi yang diterbitkan Rabu di jurnal The Lancet Child & Adolescent Health ini meneliti 44.000 anak-anak di Denmark yang berusia nol sampai 14 tahun. Dari jumlah tersebut, 11.000 telah dites positif Covid-19 antara Januari 2020 dan Juli 2021.
Gejala terkait long Covid – sakit kepala, perubahan suasana hati, masalah perut dan kelelahan - adalah penyakit umum yang dapat dialami anak-anak bahkan tanpa Covid. Namun dalam studi ini, anak-anak yang sebelumnya dites positif Covid-19 lebih mungkin mengalami setidaknya satu gejala selama dua bulan atau lebih dibanding anak yang tidak pernah dinyatakan positif Covid.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa sepertiga dari anak-anak yang dites positif mengalami setidaknya satu gejala jangka panjang yang tidak dialami sebelum dites positif.
Gejala paling umum bervariasi berdasarkan usia. Untuk anak di bawah tiga tahun, gejalanya meliputi perubahansuasana hati, ruam, dan sakit perut. Anak usia 4 hingga 11 tahun juga mengalami masalah memori dan konsentrasi. Sedangkan anak usia 12 hingga 14 tahun adalah masalah memori dan konsentrasi, perubahan suasana hati, dan kelelahan.
Anak-anak usia kurang dari 3 tahun tampaknya memiliki masalah paling banyak dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terdiagnosis Covid-19. Sebanyak 40 persen mengalami gejala dua bulan setelah dites positif dibandingkan dengan 28 persen dari kelompok usia tersebut yang tidak terkena Covid.
“Temuan kami sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang long Covid dan remaja yang menunjukkan bahwa meskipun kemungkinan anak-anak mengalami long Covid rendah khususnya jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, ini harus dikenali dan diperlakukan dengan serius,” ujar co-author studi Selina Kikkenborg Berg, profesor kardiologi di Rigshospitalet di Kopenhagen, Denmark.
Sejumlah ahli mengatakan masih belum jelas berapa banyak anak yang terpapar long Covid dan sudah berapa lama. Pasalnya, belum ada penelitian yang cukup tentang hal itu pada kelompok usia ini.
Sebuah studi tahun 2021 menunjukkan lebih dari setengah anak-anak antara usia 6 dan 16 tahun memiliki setidaknya satu gejala yang berlangsung lebih dari empat bulan. Pada orang dewasa, beberapa penelitian menyebutkan jumlahnya sekitar 30 persen kasus.
Tidak ada tes khusus untuk long Covid. Tidak jelas anak-anak mana yang akan mengalaminya, karena hal itu dapat terjadi bahkan ketika seorang anak memiliki kasus Covid-19 yang ringan.
Selain menunjukkan kepada para ilmuwan ciri-ciri long Covid pada anak-anak, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terkena Covid pun merasakan dampak pandemi tersebut. Kelompok itu melaporkan beberapa masalah psikologis dan sosial lebih banyak daripada anak-anak yang terpapar Covid.
Dr Michael Absoud, seorang dokter anak yang mengkhususkan diri dalam masalah perkembangan saraf yang tidak bekerja pada penelitian ini, mengatakan kepada Science Media Center di Inggris bahwa ia menemukan fakta itu menarik.
"Temuan paling mencolok dari penelitian ini adalah kualitas hidup yang lebih tinggi dan skor kecemasan yang lebih rendah pada anak yang lebih tua yang dites positif Covid-19,” ujar Absoud.
Dia menambahkan, ini memberikan konfirmasi lebih lanjut, bahwa meskipun anak-anak tahan terhadap dampak langsung Covid, mereka cukup terpengaruh secara signifikan oleh dampak tidak langsung dari pandemi (penutupan sekolah, karantina berulang, dan pengurangan terapi) dan pesan media yang memicu kecemasan.
“Tampaknya masyarakat telah meremehkan dampak jangka panjang dari gangguan pandemi dibanding virus pada semua anak, dan kebutuhan mendesak untuk pemulihan layanan kesehatan dan kesejahteraan,” lanjutnya.
Meskipun demikian, Absoud mengatakan masih penting untuk mengidentifikasi sebagian kecil anak-anak yang membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari Covid, sembari mendukung semua anak dengan gejala yang menetap tanpa memandang penyebabnya.
Amy Edwards, seorang spesialis penyakit menular pediatrik yang mengelola klinik long Covid di UH Rainbow Babies and Children's Hospital di Cleveland, tidak mengerjakan penelitian tersebut, tetapi mengatakan studi itu penting karena lebih banyak bukti bahwa beberapa anak mengembangkan long Covid.
“Ada perdebatan yang terjadi baik di dunia medis maupun di masyarakat, tentang apakah anak-anak ini mengeluh sakit kepala dan kecemasan, sakit perut dan pusing akibat dari Covid atau stres pandemi. Ya, pandemi memang mempengaruhi anak-anak secara negatif, tetapi kemudian kalian melapisi Covid di atas itu, dan akan terlihat ada sesuatu yang benar-benar terjadi di sini," kata Edwards. (*)
Foto: Pixabay