![]() |
Posted on May 20th 2022 |
Peneliti Israel yang mempelajari air limbah memperingatkan bahwa gelombang Covid-19 baru dapat melanda musim panas ini. Para ilmuwan juga menyarankan bahwa sementara varian Omicron mulai mereda, penelitian mereka menunjukkan varian Delta "menunggu waktunya" dan dapat muncul kembali beberapa bulan kemudian.
Dilansir dari NoCamels, peneliti Ben-Gurion University's (BGU), Prof. Ariel Kushmaro dan Dr. Karin Yaniv, yang merupakan bagian dari tim di balik makalah ilmiah yang diterbitkan, mengungkapkan meskipun Delta memusnahkan varian yang datang sebelumnya, Omicron tidak menghilangkan Delta.
Temuan, yang dipublikasikan dalam jurnal peer-review Science of The Total Environment, didasarkan pada metodologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Ben-Gurion di Negev untuk melacak virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 melalui sistem pembuangan limbah dan air limbah.
Prof. Kushmaro mengatakan bahwa sementara mereka dengan hati-hati memprediksi kemungkinan gelombang baru Covid-19 serta kemunculan kembali varian Delta, tim belum memahami apa artinya.
“Asumsinya masih ada varian yang beredar di masyarakat dan bisa jadi gelombang berikutnya. Jadi pesan saya adalah bahwa kita masih perlu melakukan tindakan pencegahan - menggunakan masker di area dalam ruangan yang ramai dan tidak sepenuhnya menutup pemeriksaan di bandara dan cara lain yang dapat menjaga epidemi,” katanya kepada NoCamels.
Prof. Kushmaro menjelaskan bahwa air limbah terus memberikan indikasi di mana virus Corona aktif, bahkan ketika tes PCR dan rapid test menurun.
“Data (yang kami miliki) adalah untuk seluruh kota Beersheba. Jadi ini seperti sampel gabungan lebih dari 200.000 orang dalam satu sampel. Kalian dapat melihat perubahan viral load sesuai dengan perubahan morbiditas dalam populasi,” jelasnya.
Dia menambahkan jika pengujian ini bisa dilakukan di mana saja, termasuk kota-kota kecil hingga lingkungan sekitar tanpa perlu secara khusus untuk menguji orang. Terutama ketika orang tidak melakukan pengujian sendiri seperti sekarang.
“Jadi satu-satunya jendela untuk apa yang terjadi di populasi adalah melalui deteksi air limbah,” jelas Prof. Kushmaro.
Para peneliti studi ini menguji limbah dari Desember 2021 hingga Januari 2022. Pertama, tim lab Prof. Kushmaro mengembangkan susunan sensitif yang dapat membedakan varian satu dengan yang lain dalam air limbah.
Prosesnya sangat mirip dengan tes yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk menguji virus Corona pada manusia, kata Prof. Kushmaro. Setelah para ilmuwan mengumpulkan sampel limbah selama 24 jam, mereka mengekstrak RNA virus dan memperkuat primer spesifik yang terkait dengan gennya.
“Itu berarti kami dapat mengidentifikasi berbagai bagian tonjolan atau selubung virus dan kami dapat lebih spesifik. Jadi kita tidak akan hanya memiliki ya atau tidak, kita akan dapat mengukur dalam jumlah, ”tambahnya.
Setelah mengumpulkan sampel selama satu tahun dan membangun model terkait hal tersebut dengan bantuan Prof. Rodney Granek dari Departemen Teknik Bioteknologi, tim melihat interaksi yang mengganggu antara varian Omicron dan Delta.
Melalui hasil analisis model yang mereka lakukan, jumlah Delta dalam limbah cukup stabil selama beberapa waktu, tetapi tidak ada indikasi dari Kementerian Kesehatan soal hal itu. Hasil positif di limbah seperti ini berarti bahwa ada 'sirkulasi samar' varian Delta di masyarakat.
Menurut model yang mereka buat, varian Delta diperkirakan akan terus beredar tanpa terdeteksi, dalam apa yang disebut tim sebagai "sirkulasi samar," hingga menimbulkan gelombang baru. Sedangkan varian Omicron akan bertambah kemudian berkurang hingga habis, sedangkan varian Delta akan tetap beredar.
Prof Kushmaro menambahkan jika sebelum puncak varian Omicron, model ini menunjukkan bahwa Omicron akan mencapai puncaknya pada bulan Februari tahun ini dan itu terjadi. Kemudian model menunjukkan penurunan varian Omicron pada bulan Mei, di mana saat ini varian tersebut hampir menghilang.
“Jadi dalam 10 hari dari sekarang, mungkin hampir tidak ada. Tetapi jika Delta terus beredar dalam jumlah yang rendah - ketika Omicron hilang dan kekebalan turun, maka penyebaran varian akan naik lagi,” ujarnya.
Dalam studinya, para peneliti menulis jika data air limbah yang dihasilkan menggambarkan dinamika awal Delta-Omicron yang terjadi secara real time. Meskipun demikian, perkembangan masa depan dan dinamika kedua varian secara berdampingan masih belum diketahui. Berdasarkan hasil awal, model ganda rentan-terinfeksi-pulih dikembangkan untuk varian Delta dan Omicron.
“Menurut model yang dikembangkan, dapat diperkirakan bahwa kadar Omicron akan menurun hingga lenyap, sementara varian Delta akan mempertahankan sirkulasi samarnya. Jika ini terjadi, sirkulasi samar yang disebutkan dapat mengakibatkan munculnya kembali gelombang morbiditas Delta atau kemungkinan generasi varian baru yang mengancam. Kesimpulannya, penyebaran epidemiologi berbasis air limbah direkomendasikan sebagai alat yang nyaman dan representatif untuk pengendalian pandemi,” jelas studi tersebut.(*)
Foto: Pixabay