![]() |
Posted on May 16th 2022 |
Harga yang lebih terjangkau membuat vaksin dengan platform virus SARS-CoV-2 yang tidak aktif (inactivated virus) cukup banyak digunakan di negara berkembang, misalnya Indonesia dengan vaksin Sinovac. Jenis vaksin dengan platform ini bisa melindungi dari Covid-19, tetapi jika dibandingkan dengan platform mRNA, efektivitasnya sedikit lebih rendah.
Kabar baiknya, menurut penelitian baru dari Karolinska Institutet di Swedia, suntikan vaksin mRNA kepada individu yang telah menerima dua dosis vaksin dengan inactivated virus menawarkan tingkat perlindungan yang sama terhadap Covid-19 seperti tiga dosis vaksin mRNA. Dilansir dari Medical Xpress, temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.
"Hasil kami menunjukkan bahwa satu suntikan booster vaksin mRNA, sebagai pelengkap vaksin inaktif yang lebih murah tetapi kurang efektif, cukup untuk mencapai respons imun 'gold standard' yang diukur setelah tiga dosis vaksin mRNA," kata Qiang Pan Hammarström, profesor di Departemen Biosains dan Nutrisi, Karolinska Institutet, yang memimpin penelitian.
"Itu kemungkinan akan menjadi investasi yang bagus bahkan di negara-negara yang miskin sumber daya untuk melindungi dari Covid-19 yang parah."
Penelitian ini melibatkan 175 sukarelawan sehat dengan riwayat vaksinasi yang berbeda. Para peneliti menyelidiki keberadaan antibodi dan respons sel B dan T memori terhadap SARS-CoV-2 setelah vaksinasi dan suntikan booster dengan vaksin yang tidak aktif (Sinovac/Sinopharm), vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech/Moderna), atau kombinasi keduanya. .
Hasilnya menunjukkan bahwa suntikan booster vaksin mRNA kepada individu yang telah menerima dua dosis vaksin inactivated virus secara kuat meningkatkan kadar antibodi penetralisir dan sel memori B dan T yang ditujukan untuk varian SARS-CoV-2 yang menjadi perhatian, termasuk Omicron.
Angkanya secara nyata lebih tinggi daripada orang yang menerima tiga dosis vaksin dengan platform tidak aktif, dan serupa dengan individu yang menerima tiga dosis vaksin mRNA atau booster vaksin mRNA setelah infeksi alami.
“Mengingat bahwa hampir setengah dari dosis vaksin Covid-19 yang didistribusikan di seluruh dunia adalah vaksin inactivated virus, peningkatan strategi booster mRNA dapat bermanfaat bagi miliaran orang dalam perjuangan kita melawan varian mengkhawatiran yang muncul,” kata Qiang Pan Hammarström.
"Penggunaan booster mRNA yang lebih luas juga dapat membantu Tiongkok mengatasi lockdown mereka saat ini."
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah peserta yang relatif rendah; hanya 16 orang yang menerima vaksinasi dengan dua dosis vaksin inactivated virus diikuti dengan peningkatan vaksin mRNA. Selain itu, usia rata-rata peserta penelitian adalah 36 tahun, yang lebih muda dari rata-rata populasi global. Oleh karena itu, hasil perlu dikonfirmasi dalam studi longitudinal skala besar yang mencakup kelompok usia yang berbeda.
Semakin banyaknya varian baru yang bermunculan dari virus SARS-Cov-2 membuat para peneliti terus mempelajari efek dari strategi vaksinasi heterolog pada varian tersebut.
"Kami untuk pertama kalinya akan mengevaluasi apakah strategi vaksinasi ini dapat menetralkan dua subvarian omicron BA.4 dan BA.5 yang muncul, yang mendasari gelombang baru Covid-19 di Afrika Selatan," kata Qiang Pan Hammarström.(*)
Foto: Pexels/CDC