![]() |
Posted on April 10th 2022 |
Akhir tahun 2020 lalu, MainMain menemukan salah satu posting-an mengejutkan. Di mana seorang pengguna Twitter, yang merupakan penggemar K-Pop, ingin menukar HP iPhone 12 Pro-nya dengan salah satu Photocard (PC) milik member boyband asal Korea Selatan naungan SM Entertainment, Neo Culture Technology (NCT), Mark Lee.
Keterangannya sederhana, dimulai dengan label “WTT” atau akronim dari “want to trade,” pengguna Twitter dengan username @CalliesGOs itu menyertakan screenshoot dari detail HP-nya dan menjelaskan kalau ia ingin memiliki PC Mark Lee.
Dalam per-K-pop-an duniawi WTT artinya si pengguna ingin barter dengan barang lainnya dengan harga yang dianggap setara. Ada juga “WTS” atau “want to sell” yang artinya si pengguna ingin menjual. Terakhir, ada “WTB” atau “want to buy,” yang artinya jelas kalau si pengguna ingin membeli.
Terlepas dari kebenaran apakah @CalliesGOs benar-benar ingin menukar HP-nya, fenomena PC K-Pop telah menjadi budaya populer yang menarik banget untuk dipelajari.
"PC" dalam keterangan ini mengacu pada Photo Card K-pop. Yang juga dikenal sebagai “poca” K-Pop. Meskipun album K-Pop laris di pasaran, benda ini bisa dibilang menjadi barang dagangan K-Pop paling populer untuk dikoleksi.
Kartu khusus ini biasanya memiliki foto selfie atau foto anggota grup K-Pop yang dicetak dan dimasukkan gratis ke dalam paket merchandise. PC paling umum disertakan dalam album musik dan CD, atau dalam beberapa kasus diberikan pada acara penggemar.
Photo Card dimasukkan secara acak ke dalam paket album seragam dan barang dagangan lainnya, sehingga pembeli nggak pernah tahu apa atau siapa yang akan mereka dapatkan.
Dimasukkannya mereka dalam album dilihat oleh banyak orang sebagai strategi yang digunakan oleh perusahaan K-Pop untuk menjual lebih banyak album. Selain menambah keuntungan, ini juga membantu chart artis lebih tinggi. Korea Selatan adalah satu-satunya pasar musik di dunia di mana penjualan CD fisik sedang meningkat.
Fenomena koleksi PC juga dimanfaatkan beberapa perusahaan makanan dan kosmetik di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya. Lemonilo misalnya, bekerja sama dengan salah satu unit boygrup NCT, NCT Dream, untuk mempromosikan produknya. Dengan menambahkan bonus PC jika kalian beruntung mendapatkannya.
Mirip dengan kolektor kartu NBA yang membeli beberapa paket kartu dengan harapan menemukan yang mereka inginkan, penggemar K-pop mendapatkan sensasi membeli banyak salinan dari album yang sama untuk mendapat foto anggota favorit mereka.
Fenomena ini tentu saja bisa menghabiskan banyak uang, sehingga mereka beralih ke cara lain seperti berdagang dan membeli kartu foto dari penggemar lain untuk melengkapi koleksi mereka. Di sinilah komunitas online, seperti grup jual-beli hadir.
Non-K-Pop Fans, pastinya bertanya-tanya, mengapa harga Photo Card bisa sangat mahal. Dan kenapa penggemar K-Pop rela untuk membelinya.
Penggemar K-Pop biasanya memiliki tujuan yang berbeda dalam mengoleksi PC. Ada yang memang ingin membeli untuk dikoleksi. Ada yang membeli untuk dipajang di meja belajar mereka. Ada juga yang membeli sebagai investasi. Investasi? Yap. Seperti yang dijelaskan di atas, PC memang bisa dijual kembali.
Harga PC K-Pop juga beragam. Tergantung member, grup, popularitas, hingga lokasinya. Tetapi yang paling mempengaruhi adalah kelangkaan PC tersebut.
Harga PC K-Pop yang Official dibanderol antara puluhan ribu rupiah sampai puluhan juta rupiah. Yang MainMain paling sering temui berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu. Namun, MainMain pernah menemukan yang harganya setara dengan satu unit sepeda motor. Serius ini mah!
Harga tersebut nggak ditentukan oleh perusahaan label musiknya, melainkan oleh penggemar sendiri. Tetapi biasanya, harga tersebut kurang lebih sama di pasaran.
Praktik ini juga nggak hanya besar di Indonesia, negara Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan dan negara-negara Asia Tenggara lain seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand juga merupakan basis kolektor yang kuat. Dan masing-masing negara tersebut memiliki budaya jual-beli sendiri.
Twitter menjadi platform populer untuk kolektor di Asia, sementara Instagram umum di Amerika Serikat dan Inggris. Fans juga bisa bertransaksi di e-commerce dan pasar barang bekas seperti Mercari, Bunjang, Carousell, Shopee, eBay, dan Xianyu.
Menurut Vice, yang mendapat hasil wawancara dengan fans K-Pop, saat mereka terjebak di rumah karena Pandemi Covid-19, teman-teman online-nya mem-posting koleksi PC mereka di media sosial sehingga membuat yang lain tertarik. Ya siapa yang nggak tertarik? Mana fotonya cakep-cakep lagi ya kan? Hehehe.
Berapa Banyak Penggemar K-Pop Menghabiskan Uang?
Mau mengakui atau nggak, kita semua sebenarnya rela menghabiskan banyak uang untuk idola favorit, token games atau sebuah tiket konser. Begitu pun juga fans K-Pop. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh iPrice akhir tahun 2020, penggemar K-Pop bisa menghabiskan rata-rata USD 1,000 (Rp 14 juta) untuk membeli merch, album, bahkan tiket konser.
iPrice mengumpulkan data dari ratusan pedagang di Asia Tenggara dan Hong Kong serta membandingkan berapa banyak yang dihabiskan penggemar BLACKPINK, TWICE, dan BTS untuk merchandise, album, dan EP, serta tiket konser berdasarkan tarif rata-rata.
Studi dilakukan dengan asumsi kalau seorang penggemar membeli setidaknya satu merchandise per kategori belanja, misalnya, light stick, kartu lomo, kemeja, semua album grup, dan menghadiri setidaknya satu konser per tahun.
So, wahai penggemar K-Pop, sudah berapa banyak yang kalian habiskan untuk membeli merch idol favorit kalian?(*)