![]() |
Posted on March 11th 2022 |
Ada begitu banyak inovasi masker yang muncul semenjak pandemi Covid-19. Terbaru, ada sebuah masker unik yang terinspirasi dari hidung hewan yang diklaim lebih nyaman untuk bernapas.
Dilansir dari Medical Xpress, salah satu keluhan yang sering muncul saat memakai masker untuk melindungi dari virus SARS-Cov-2 adalah terasa mengganggu, terutama saat berolahraga.
Tetapi desain masker baru yang dapat dicetak 3D ini menjanjikan kemudahan bernapas bagi pengguna sambil tetap mempertahankan tingkat perlindungan yang sama terhadap patogen, seperti pada N95 dan masker bedah. Konsep umum yang digunakan mungkin juga berguna untuk meningkatkan filter udara industri yang ada dalam pemanas, ventilasi, dan pendingin udara.
Banyak hewan memiliki indera penciuman yang kuat yang disebabkan oleh aliran udara yang berkelok-kelok di rongga hidung mereka. Jalur udara yang berkelok-kelok menciptakan lebih banyak area permukaan di dalam moncong hewan dan lebih banyak jarak dan waktu bagi bau dan partikel untuk bergerak. Ini meningkatkan kemungkinan partikel akan tersangkut pada permukaan kulit di dalam hidung tempat reseptor bau dapat merasakannya.
Struktur seperti itu menghasilkan filter yang sangat efisien yang dapat menangkap partikel di udara tanpa adanya penurunan tekanan udara yang bisa membuat pernapasan jadi terasa berat.
"Salah satu manfaat filter kami adalah kalian dapat dengan mudah menghirup udara masuk dan keluar," kata Sunghwan "Sunny" Jung, profesor teknik biologi dan lingkungan di College of Agriculture and Life Science di Cornell University. Dia bersama rekannya adalah penulis makalah, "On the Design of Particle Filters Inspired by Animal Noses," diterbitkan 2 Maret di Journal of Royal Society Interface.
Di sisi lain, desain masker yang terinspirasi dari alam ini cocok dengan efisiensi N95 dan masker bedah yang disetujui secara klinis. Jung menjelaskan, N95 dan masker bedah dapat menangkap partikel sekecil 10 mikrometer yang diperlukan untuk mencegah virus di udara yang dibawa dalam aerosol ketika orang batuk atau berbicara.
Masker dan filter udara ini dikembangkan setelah mempelajari struktur hidung dari sembilan spesies hewan. Ini termasuk tikus yang memiliki penciuman 50 kali lipat, anjing 200 kali lipat, dan babi 700 kali lebih sensitif daripada manusia.
Desain masker dan filter 3D yang dapat dicetak ini bisa diakses oleh siapa saja yang ingin mengoptimalkannya. Hasil studi ini masih berupa prototipe dan hanya memberikan bukti terkait prinsip dasar. Karena itu, perlu dilakukan studi lanjutan untuk melihat apakah desain tersebut secara klinis terbukti untuk melindungi terhadap penyakit.(*)
Foto: Cornell University