![]() |
Posted on March 10th 2022 |
Pembatasan Covid-19 di Indonesia semakin dilonggarkan. Tes antigen dan PCR tidak lagi jadi syarat wajib perjalanan bagi yang sudah divaksinasi. Kasus Covid-19 sudah semakin turun dan tingkat vaksinasi juga sudah melampaui 71 persen.
Banyaknya kabar baik tersebut mungkin membuat kita berpikir bahwa pandemi sudah berakhir dan kehidupan bisa kembali lagi menjadi normal seperti sedia kala. Tetapi menurut para ahli, kita tidak boleh berpikir ini sudah berakhir.
Kondisi yang sama juga terjadi di Amerika Serikat di mana kasus Covid-19 juga sudah sangat membaik dibanding beberapa minggu lalu. Penambahan kasus harian Covid-19 sudah sangat menurun, begitu juga dengan angka kematian. Bahkan di AS, masker sudah tidak lagi diwajibkan bagi sebagian besar warga negaranya.
Meski begitu, Jennifer Nuzzo, seorang ahli epidemiologi di Universitas Johns Hopkins, AS, mengatakan saat ini keadaan memang sangat membaik, tetapi kita masih tetap harus berhati-hati dan fokus untuk memastikan semua orang yang memenuhi syarat mendapat vaksinasi.
Dilansir NBC News, Nuzzo adalah salah satu dari banyak pakar kesehatan masyarakat yang menghabiskan dua tahun terakhir hidup dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Dia mengatakan keluarganya tetap terisolasi sampai mereka semua divaksinasi. Namun, sekarang Nuzzo dan pakar lain yang pernah mengkampanyekan protokol kesehatan seperti mandat masker dan penguncian mulai mengubah sikap mereka – meskipun hanya sedikit.
“Pada awalnya, kami sama sekali tidak melakukan apa-apa,” Tara Smith, seorang profesor epidemiologi di Kent State University College of Public Health, mengatakan tentang keluarganya. “Mungkin enam bulan pertama benar-benar lock down.”
Meski sudah berani melakukan perjalanan, tapi Smith masih berhati-hati. Pasalnya, dia dan saudara-saudaranya berbagi tanggung jawab merawat ibu mereka yang kekebalannya terganggu.
“Sejujurnya, kami tidak banyak melonggarkan (prokes) sejak saat itu karena kami harus merawat ibuku. Kami masih berusaha membatasi eksposur kami, ”katanya.
Justin Lessler, seorang ahli epidemiologi di Universitas North Carolina Gillings School of Global Public Health, mengatakan dia dan keluarganya tidak menerima tamu sampai vaksin tersedia. Lessler juga merawat kerabat yang mengalami gangguan kekebalan, dan dia serta istrinya, seorang dokter, sering berada di sekitar orang-orang untuk bekerja. Jadi mereka merasa berkewajiban untuk melindungi orang lain dari potensi paparan.
“Saya mungkin akan segera mulai makan di luar ruangan, tetapi saya pikir saya mungkin akan menunggu sebentar sebelum saya siap untuk makan di dalam ruangan atau tanpa masker sepanjang waktu,” kata Lessler. “Kalau kita hanya akan berinteraksi di luar, kita tidak meminta orang untuk tes dan memakai masker, tetapi kita sering memiliki orang datang (dalam ruangan), dan semua orang melakukan tes cepat.”
Lessler mengatakan meski saat ini kondisi di AS dalam situasi di mana mulai masuk akal untuk melonggarkan beberapa pembatasan, tetapi dia tetap menyarankan untuk tetap membawa masker dan hand sanitizer.
“Saya akan tetap melakukan apa yang sudah saya lakukan selama ini (prokes) sedikit lebih lama,” katanya.
Nah,berkaca dari para pakar di AS, sedikit bersabar dan tetap memakai masker dan rutin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer hingga kondisi benar-benar aman tampaknya bisa menjadi pilihan yang bijak.
Meskipun saat ini kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia juga sudah membaik dan pembatasan semakin dilonggarkan, ada baiknya kita tetap harus waspada dan berhati-hati. Bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang rentan terhadap Covid-19. (*)
Ilustrasi: Pixabay