![]() |
Posted on October 4th 2018 |
Oktober sudah tiba. Tinggal dua hari lagi kita akan menyambut ajang olahraga terbesar di Asia untuk kedua kalinya. Apa lagi kalau bukan Asian Paragames!
Diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta pada 6-13 Oktober mendatang, ajang olah raga ini dikhususkan bagi atlet-atlet disabilitas kita yang luar biasa. Tapi, kalian sudah tahu belum siapa saja #ParaInspirasi yang akan berlaga di ajang tersebut? Yuk, kenalan dengan beberapa di antaranya sebelum mendukung mereka di lapangan.
1. Nanda Mei: Tak Setengah-setengah Meski Tangan Hanya Sebelah
Nanda Mei tahu ia terlahir tak sempurna. Namun demikian, gadis 19 tahun ini tak membatasi pergaulan dan semangatnya sehari-hari.
Sudah sejak SD, mahasiswi UNS ini dibidik menjadi seorang para atlet. Sehingga tak heran, di usia yang sangat muda ia sudah membawa nama Indonesia harum di negara tetangga. Di ajang internasional pertamanya, ASEAN Para Games Myanmar 2014, Nanda langsung menyabet perak dan perunggu. Sedangkan di ASEAN Para Games Singapura 2015 dan Malaysia 2017, Nanda meraih tiga emas sekaligus.
"(Dengan menjadi atlet ini) aku juga jadi belajar banyak. Bahwa ada banyak penyandang difabel yang kekurangannya lebih dari aku. Jadi aku pun lebih bersyukur," paparnya dikutip dari Kumparan.
2. Jendi Pangabean: Satu Kaki Bukan Penghalang Prestasi
Jendi terlahir normal. Namun kecelakaan motor di usia 11 tahun membuat kaki kiri pemuda 27 tahun ini harus diamputasi. Meski sempat putus asa akan penerimaan orang terhadap dirinya, Jendi yang sudah suka berenang sejak kecil memutuskan untuk mendalami olah raga itu sebagai bukti ia juga bisa berprestasi.
Prestasi perdananya terukir lewat ajang Pekan Paralimpik Nasional di Riau pada 2012 silam. Lewat sumbangan dua emas, satu perak, dan satu perunggu, Jendi semakin mantap untuk menjadi atlet. Sejak saat itu, ia terus menyumbang emas. Mulai dari ASEAN Para Games Myanmar 2013, ASEAN Para Games Singapore 2015, hingga Peparnas XV Jabar 2016. Di ajang ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017 lalu, Jendi bahkan semakin membuktikan kehebatannya dengan menyabet lima emas. Tak hanya itu, ia juga memecahkan rekor yang pernah ia buat sendiri dengan tiba di garis finis dalam waktu 2 menit 33,37 detik.
“Pernah suatu saat program latihan saya dengan atlet normal dibedakan, saya tidak mau. Dengan berlatih bersama atlet normal, otomatis saya termotivasi untuk mengimbangi kecepatan berenang," ujar pria yang kini tercatat sebagai pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumsel ini seperti dilansir dari CNN Indonesia.
3. Ni Nengah Widiasih: Hidupkan Motivasi Dari Kaki yang Tak Lagi Berfungsi
Widi terlahir normal. Namun di usia tujuh tahun, ia tiba-tiba demam dan tak mampu berjalan. Pengobatan di Puskesmas juga tak menolong kondisinya. Bertahun-tahun berjuang untuk bisa kembali ‘normal’, berujung pada Widi harus menerima kondisinya bertumbuh sebagai seorang difabel.
Widi yang kemudian berusaha bangkit dari keputusasaan, tak sengaja melihat sang kakak berlatih angkat berat. Tergoda untuk mencoba, ia justru didukung oleh sang kakak untuk menjadi atlet. Alhasil, di usia 14 tahun ia mantap bergabung dengan pelatnas bagi difabel di Solo.
Perunggu yang ia bawa dari ASEAN Para Games Thailand 2012 menjadi torehan prestasi internasional pertamanya. Dilanjutkan dengan perunggu dari Summer Paralympics London 2012, perak di Asian Para Games Incheon 2014, perunggu di Summer Paralympics Rio de Janeiro 2016, dua emas dari ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017, hingga emas di World Para Powerlifting European Championship 2018. Dengan raihan sebanyak itu (yang sebenarnya masih banyak lagi), perempuan 28 tahun ini memang layak dinobatkan sebagai atlet wanita Indonesia pertama yang sarat prestasi dari cabang para powerlifting.
“Untuk teman-teman yang senasib dengan saya, teman-teman yang difabel, jangan pernah jadi korban dari keadaan. Tetapi, jadilah pemenang dari keadaan itu sendiri. Semangat!" kata atlet yang juga masuk ke dalam ranking tiga besar para powerlifting dunia ini dilansir dari Kompas.
4. Donald Santoso: Dari Amerika Untuk Indonesia
Donald terlahir normal. Kemampuan basketnya luar biasa berkembang ketika ia tinggal di Amerika Serikat. Tetapi cedera ligamen yang ia derita pada 17 tahun mengubah segalanya. Tak bisa disembuhkan lewat operasi, meski sudah enam kali dilakukan. Donald terpaksa kehilangan kemampuan berjalan, harus menggantungkan hidup pada kursi roda, dan tak bisa lagi berlaga bersama basket—olah raga yang ia cintai.
Harapan kembali tumbuh ketika ia berkenalan dengan Phoenix Suns Wheelchair. Ia belajar membangun kepercayaan diri dan menyesuaikan kemampuan basketnya dengan kondisi difabelnya. Sempat tampil tak sesuai harapan, lambat laun Donald mencetak prestasi di banyak laga. Kini, ia kembali ke tanah airnya. Ia dipercaya Komite Paralimpik Indonesia untuk membentuk dan mengembangkan wheelchair basketball di Indonesia. Atas jasanya, kini Indonesia memiliki timnas basket kursi roda pertamanya yang siap bertanding di ajang multievent.
"Saya tahu menjadi atlet di Indonesia belum tentu menjamin kesejahteraan. Tapi tim basket kursi roda Indonesia perlu dikembangkan dan diperhatikan karena ada potensi," ucap Donald dalam wawancaranya dengan Tempo.co.
5. Muhammad Fadli Imammudin: Mental Juara Hapuskan Trauma
Asian Road Racing Championship yang diadakan di Sentul, 7 Juni 2015 lalu, harusnya menjadi hari bahagia pria asal Bogor ini. Namun, di hari yang sama, saat ia telah mencapai garis finish dan dipastikan keluar sebagai pemenang, ia justru dihantam motor milik pebalap Thailand, Jakkrit Sawangsat. Kecelakaan di luar dugaan ini berujung pada amputasi kaki kiri yang kemudian menghentikan karirnya sebagai atlet balap motor.
Ia tentu sempat kecewa. Namun, kelahiran sang buah hati memicunya untuk kembali bangkit. Fadli memutuskan untuk menapaki dunia baru dengan kaki barunya. Ia yajin, kehilangan kaki takkan menghilangkan mental juaranya. Dan atas dukungan banyak pihak, Fadli kembali berkompetisi lewat cabang paracycling yang telah ia tekuni sejak 2017 lalu. Usahanya ini, membuat Fadli menjadi atlet pertama Indonesia di cabang tersebut yang berlaga di tingkat Asia.
“Bila ada motivasi dan impian yang dituju, maka hal itu akan menimbulkan semangat untuk terus berjuang. Saat ini, saya pun makin bersemangat untuk berlatih sepeda karena ada banyak kompetisi yang bakal saya ikuti setelah ini,” kata Fadli dikutip dari wawancaranya dengan CNN Indonesia.