![]() |
Posted on January 4th 2022 |
Perusahaan mobil listrik Tesla telah dikritik di AS setelah membuka showroom di wilayah Xinjiang yang dianggap kontroversial di Tiongkok. Perusahaan yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk itu membuka showroom di kota Urumqi pada malam tahun baru.
Kritik itu berkaitan dengan tuduhan ke Tiongkok yang dianggap melakukan perbudakan dan genosida terhadap kelompok minoritas Uyghur di wilayah barat.
Senator Republik Marco Rubio akhirnya buka suara tentang keputusan Tesla. Marco Rubio menulis, “Perusahaan tanpa kebangsaan membantu Partai Komunis Tiongkok menutupi genosida dan kerja paksa di wilayah tersebut."
Marco merupakan salah satu sponsor RUU yang mengharuskan perusahaan untuk membuktikan bahwa barang yang diimpor dari Xinjiang tak diproduksi dengan kerja paksa.
Sementara itu, pemimpin badan industri Alliance of American Manufacturing mengatakan bahwa, “Setiap perusahaan yang melakukan bisnis di Xinjiang terlibat dalam budaya genosida yang terjadi di sana. Tetapi tindakan Tesla sangat tercela."
Namun, pembukaan showroom baru Tesla itu disambut luas oleh pengguna platform media sosial Weibo di Tiongkok.
Seorang pengguna berterima kasih kepada Tesla karena telah membuka showroom-nya di Xinjiang. Sementara pengguna lain juga sempat menyindir perusahaan Eropa dan AS lain yang ikut mendukung tuduhan kerja paksa.
"Kalian tahu, Tesla mendukung pengembangan dan pembangunan Xinjiang, tak seperti beberapa perusahaan,” tulis pengguna tersebut.
Akhir tahun lalu, raksasa microchip AS Intel meminta maaf setelah mendapat reaksi keras atas surat yang dikirimnya. Ia mendesak pemasok untuk tak mencari produk atau tenaga kerja dari Xinjiang. Surat perusahaan itu memicu kritik di Tiongkok, dengan seruan untuk memboikot raksasa teknologi itu.
Intel bukanlah perusahaan pertama yang mendapat tekanan karena bertujuan untuk mematuhi sanksi terkait Xinjiang sambil terus beroperasi di Tiongkok.
Raksasa ritel Nike dan H&M juga menghadapi serangan balik tahun lalu setelah mereka menyatakan keprihatinan tentang dugaan penggunaan tenaga kerja paksa Uyghur dalam produksi kapas.
Wilayah Xinjiang di Tiongkok adalah rumah bagi banyak populasi Muslim Uyghur di negara itu dan ada tuduhan kerja paksa yang kemungkinan juga genosida.
Pada Desember 2020, media-media dunia, termasuk BBC, pernah menerbitkan investigasi berdasarkan penelitian baru yang menunjukkan Tiongkok memaksa ratusan ribu minoritas, termasuk Uyghur, menjadi pekerja kasar di ladang kapas Xinjiang. Namun Beijing telah berulang kali membantah klaim tersebut.(*)