![]() |
Posted on November 22nd 2021 |
Ilustrasi Covid-19. PixabayAlexandra_Koch
Kasus Covid-19 di Indonesia telah terkendali dalam beberapa minggu terakhir. Tetapi itu tidak berarti jika Covid-19 sudah musnah dari muka bumi loh. Di Eropa, akhir-akhir ini kasus Covid-19 bahkan kembali melonjak setelah sempat melandai beberapa waktu lalu.
Misalnyadi Austria, Belanda dan Jerman yang telah mencatatkan rekor kasus harian Covid-19 baru. Angka kenaikan kasus di Eropa pun tidak tanggung-tanggung, bisa mencapai belasan sampai puluhan ribu per harinya.
Padahal jika menengok ke beberapa waktu lalu, Eropa merupakan salah satu wilayah yang lebih dulu mendapatkan akses terhadap vaksin Covid-19. Negara-negara maju di benua tersebut dengan cepat mendatangkan vaksin untuk diberikan kepada warganya.
Jumlah kasus Covid-19 di benua biru sempat menurun tajam beberapa bulan terakhir. Hal ini membuat sebagian negara di wilayah tersebut, seperti misalnya Inggris, melonggarkan pembatasan dan tidak lagi mewajibkan masyarakat memakai masker di tempat umum dan menjaga jarak.
Tetapi dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir, protokol kesehatan dan pembatasan mobilitas masyarakat kembali diperketat. Rumah sakit pun mulai kewalahan menangani pasien yang semakin banyak.
Apa yang dialami Eropa mungkin bisa menjadi peringatan bagi Indonesia yang saat ini berhasil menekan penyebaran Covid-19. Pemerintah pun mulai melonggarkan pembatasan yang sebelumnya dilakukan meski dengan syarat wajib menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Para siswa boleh kembali belajar tatap muka di sekolah, pekerja bisa kembali bekerja di kantor, tempat wisata dan pusat perbelanjaan pun kembali ramai. Tetapi semua itu harus dilakukan beriringin dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat agar kejadian di Eropa tidak terjadi di Indonesia.
“Karena kita harus belajar dari negara-negara terutama di Eropa, sempat terjadi kasus luar biasa kembali hingga saat ini, karena sempat kendor dan lengah pada protokol kesehatan di sana,” ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro seperti dilansir dari Antara.
Kasus Covid-19 yang cenderung landai dalam beberapa minggu terakhir memang membuat sebagian masyarakat terlena. Protokol kesehatan mulai diabaikan, masker dibawa bukan untuk dikenakan tetapi hanya untuk berjaga jika nanti bertemu dengan satgas di tengah perjalanan.
Aplikasi PeduliLindungi yang digadang-gadang sebagai salah satu alat untuk mencegah penyebaran Covid-19 pun kini hanya tampak seperti formalitas. Seperti yang dialami langsung oleh Guru Besar Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama.
Prof Tjandra mengatakan jika dirinya merasakan sendiri tidak ada jaga jaga jarak dalam antrean saat masuk pesawat. Check in PeduliLindungi saat masuk pusat perbelanjaan pun hanya sekadar formalitas. Ketika dia berkunjung dengan tiga anggota keluarga lainnya, hanya satu orang yang wajib melakukan pemindaian QR Code di aplikasi PeduliLindungi.
Perilaku masyarakat yang mulai kendor prokes dan kebijakan yang kini mulai tidak dijalankan pun mendapat kritisi darinya. Dia mengingatkan jika sikap sembrono ini bisa memicu bencana seperti yang kini tengah dialami Eropa.
Menurut Prof Tjandra, landainya kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan karena hampir seluruh warganya sudah terinfeksi oleh virus corona. Ini mirip dengan pola transmisi yang terjadi di India.
Prof Tjandra yang merupakan mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang pernah tinggal di India ini memaparkan jika India melakukan penelitian tes antibodi Covid-19 bagi warganya di New Delhi dan Mumbai. Hasilnya, mereka menemukan jika 90 persen positif di Delhi dan 86 persen masyarkata Mumbai Positif.
Da kemungkinan, apa yang kini terjadi di Indonesia seperti yang terjadi di India, di mana sudah ada kekebalan kelompok baik dari vaksinasi maupun infeksi. Tetapi Tjandra menegaskan jika pernah terinfeksi Covid-19 atau mendapat vaksinasi bukan berarti kebal. Antibodi yang muncul pasca terinfeksi maupun vaksinasi bisa menurun efektivitasnya sehingga membuat orang bisa terinfeksi lagi.
Pemerintah sendiri telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga. Misalnya dengan pemberlakukan aturan perjalanan baru hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 3 di seluruh wilayah Indonesia yang akan mulai berlaku pada 24 Desember mendatang.
Selain itu, pengawasan penerapan protokol kesehatan di fasilitas publik juga akan diintensifkan. Cuti bersama Natal dan Tahun Baru juga telah dihapus dan adanya larangan cuti di akhir tahun bagi aparatus sipil negara, TNI-Polri karyawan BUMN dan swasta.
Sebagai masyarakat, kita juga bisa berperan mencegah gelombang ketiga dengan selalu patuh prokes. Pakai masker saat keluar rumah, selalu jaga jarak, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, serta jauhi kerumunan. (*)