![]() |
Posted on November 6th 2021 |
Credit: REUTERS/KRT
Korea Utara rupanya telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk bidang pendidikan. Dilansir Reuters, robot seperti mainan dengan tampilan mata biru dan bendera Korea Utara di dadanya bisa membantu anak-anak di Pyongyang belajar matematika dasar, musik hingga bahasa Inggris.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kim Jong Un telah mendorong reformasi pendidikan dengan memacu inovasi teknologi dan ilmiah. Demonstrasi robotnya pun dilakukan di Universitas Pyongnya dengan siaran langsung dari stasiun televisi pemerintah KRT.
"Saya membantu mengajarkan teknologi pendidikan yang meningkatkan kecerdasan anak-anak," kata robot setinggi 80 sentimeter itu, dengan suara perempuan sambil melambaikan tangannya.
Sementara itu, robot lainnya menampilkan wajah tersenyum di layar yang terletak di dalam kepala bundar putih, dan ada juga yang mengenakan setelan plastik biru dengan kacamata berbingkai putih.
Seorang profesor di sebuah universitas di Pyongyang, Park Kum Hee, mengaku bahwa pengembangan robot pendidikan pada awalnya tak mulus-mulus saja. Pasalnya, robot itu sering menggelengkan kepala ketika ditanyai dalam bahasa Korea dan bahasa asing.
“Meningkatkan kecerdasan robot ini sulit bagi saya sebagai seseorang yang mengambil jurusan psikologi,” kata Park.
"Itu adalah kata-kata dari Kamerad Jenderal (Kim Jong Un) yang kami hormati tentang mengadopsi teknologi kecerdasan buatan dalam pendidikan yang selalu membimbing saya di jalur yang benar."
Rekaman KRT menunjukkan siswa sekolah dasar yang mengulangi ucapan robot di kelas musik, matematika, dan bahasa Inggris.
"Halo? Senang bertemu denganmu. Senang bertemu denganmu juga. Siapa namamu?" kata dua anak dalam bahasa Inggris di depan kelas.
Korea Utara membuka kembali sekolah pada Juni tahun lalu, tetapi mewajibkan anak-anak untuk memakai masker di kelas dan memasang tempat cuci tangan.
Negara itu belum secara resmi melaporkan kasus Covid-19, tetapi telah memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik. Para ahli mengatakan wabah di sana tak dapat dikesampingkan. (*)