Interest

Pemanasan Global 1,5 Derajat Celcius Bisa Jadi “Bencana" Bagi Kesehatan

Dwiwa

Posted on September 7th 2021

Krisis iklim telah merugikan kesehatan manusia selama beberapa tahun terakhir. Dan menurut editor lebih dari 230 jurnal medis, dampaknya bisa menjadi bencana besar dan tidak akan bisa diperbaiki kecuali pemerintah melakukan lebih banyak hal untuk mengatasi pemanasan global.

Dilansir dari CNN, dalam editorial bersama pada Senin (6/9), mereka memperlihatkan hubungan yang terkonfirmasi antara krisis iklim dan sejumlah dampak kesehatan yang merugikan selama 20 tahun terakhir. Di antaranya adalah peningkatan kematian akibat panas, dehidrasi dan kehilangan fungsi ginjal, kanker kulit, infeksi tropis, masalah kesehatan mental, komplikasi kehamilan, alergi, dan penyakit jantung dan paru-paru serta kematian yang terkait dengannya.

“Kesehatan sudah dirugikan oleh kenaikan suhu global dan kehancuran alam, keadaan yang menjadi perhatian para profesional kesehatan selama beberapa dekade,” bunyi editorial itu.

Ini memperingatkan bahwa peningkatan suhu rata-rata global 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan hilangnya keanekaragaman hayati berisiko memunculkan bencana bagi kesehatan yang tidak mungkin untuk diperbaiki.

Pemerintah seluruh dunia tengah menyusun rencana untuk mencoba mengendalikan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius untuk mencegah dampak buruk dari perubahan iklim, target yang menurut editorial tidak cukup untuk melindungi kesehatan masyarakat. Saat ini pemanasan sudah mencapai 1,2 derajat Celcius.

“Terlepas dari perlunya dunia fokus dengan Covid-19, kita tidak bisa menunggu sampai pandemi selesai untuk mengurangi emisi dengan cepat,” tulis para penulis, menyerukan kepada pemerintah untuk menanggapi krisis iklim dengan semangat yang sama seperti menghadapi pandemi.

Jurnal berbasis Inggris BMJ, salah satu yang menerbitkan laporan tersebut, mengatakan bahwa belum pernah sebelumnya begitu banyak publikasi kesehatan bersama-sama membuat pernyataan. Ini menunjukkan parahnya keadaan darurat perubahan iklim yang dihadapi dunia.

Para penulis mengingatkan bahwa kemungkinan besar pemanasan global akan melampui 2 derajat Celcius, ambang batas yang menurut para ilmuwan iklim akan membawa bencana cuaca ekstrem, selain dampak lain untuk kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa mendesak dunia dan industri energi untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan tidak cukup untuk mengatasi tantangan krisis iklim.

Editorial tersebut diterbitkan sebagai ajakan untuk bertindak menjelang beberapa pertemuan antara para pemimpin global untuk membahas dan merundingkan tindakan terhadap krisis iklim. Itu termasuk Majelis Umum PBB pada minggu depan, konferensi keanekaragaman hayati di Kunming, Tiongkok pada Oktober dan pembicaraan iklim penting di kota Glasgow Skotlandia pada November.(*)

Di antara isu-isu iklim utama yang diperkirakan akan dibahas pada acara-acara ini adalah target 1,5°C, menetapkan tanggal berakhirnya penggunaan batu bara dan melindungi keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di laut.

"Ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat global adalah kegagalan terus-menerus dari para pemimpin dunia untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius dan untuk memulihkan alam. Perubahan yang mendesak, di seluruh masyarakat harus dilakukan dan akan mengarah pada dunia yang lebih adil dan lebih sehat," penulis menulis.

Artikel Terkait
Interest
Polusi Udara dan Perubahan Iklim Bikin Alergi Jadi Memburuk

Interest
Separuh Sampah Plastik Sekali Pakai di Dunia Berasal dari 20 Perusahaan

Interest
Studi: Perubahan Iklim Bisa Perburuk Alergi