![]() |
Posted on July 11th 2021 |
Ilustrasi: maikova/Freepik
Belakangan ini, dunia maya lagi diramaikan dengan pernyataan seorang influencer tentang standar kecantikan dan body positivity. Kalau kamu warga Twitter, kemungkinan besar tahu siapa sosok yang dimaksud.
Sosok yang menyebut dirinya “menteri kecantikan” ini awalnya mengungkapkan rasa kangennya pada acara Victoria’s Secret Fashion Show. Lalu, so-called influencer tersebut juga menyuarakan keberatannya kalau ada Angels (model Victoria’s Secret) yang bertubuh plus size. “Gak pantas sepanggung,” ujarnya di salah satu serial story-nya.
Tangkapan layar InstaStory sang influencer
Di story lainnya, MH mengunggah DM salah satu pengikutnya yang berpendapat bahwa model plus size adalah bentuk menormalkan obesitas. Tubuh Angels seharusnya membuat penonton termotivasi, ujar orang tersebut. ”True,” balas sang influencer.
MH menyebut beberapa poin menarik tentang body positivity dan beauty standard setelah itu. Baginya, seorang model harus bertubuh “bagus” agar jadi contoh dan motivasi orang lain agar punya tubuh fit. Perihal beauty standard, ia berpendapat bahwa wajar aja tiap orang punya standar yang berbeda. Bebas mau suka yang mana.
Makna dari body positivity
Menurut Mallorie Dunn dilansir dari Psychology Today, body positivity berarti menerima tubuh kita dengan segala perubahan bentuk, ukuran. dan kemampuan yang terjadi seiring umur dan pilihan personal kita dalam hidup.
Dilansir dari Very Well Mind, body positivity adalah gerakan yang mendukung setiap orang punya pandangan baik terhadap tubuhnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh pandangan lingkungan.
Beberapa bentuk menerapkan body positivity adalah mengapresiasi keunikan tubuh, percaya diri, dan mensyukuri segala aspek dari tubuh.
Makna dari beauty standard
Beauty standard atau standar kecantikan adalah tolak ukur suatu lingkungan untuk menilai apakah seseorang terlihat rupawan atau enggak. Standar kecantikan bisa berbeda di setiap wilayah, bisa dipengaruhi oleh kebudayaan dan kondisi fisik orang-orang setempat.
Standar kecantikan terus berubah. Sayangnya kadang beberapa standar kecantikan dipromosikan berlebihan sampai jadi toxic atau diglorifikasi ke orang-orang yang nggak mungkin mengikuti standar tersebut.
Oke, mari kembali ke pernyataan sang ”menteri kecantikan“. Ia menyebut bahwa all size memang matters, tapi juga menyebut bahwa model plus size “nggak pantas sepanggung” dengan model langsing. Enggak terdengar seperti body positivity.
Tangkapan layar InstaStory sang influencer
MH juga menyebut seorang model harus punya tubuh yang memotivasi agar jadi sehat. Begini. Tidak semua orang bertubuh besar itu obesitas atau tidak sehat. Model plus size itu bukan orang yang brojol tiba-tiba jadi model tanpa usaha keras. Beberapa orang punya tubuh yang memang tidak bisa berperut rata, punya kaki sangat jenjang, dan pinggang superkecil. Itu sudah tubuh mereka.
Penilaian terhadap Angels yang pasti punya tubuh fit juga perlu dipertanyakan. Sudah cukup lama isu diet tidak sehat terkuak dari dunia Victoria’s Secret. Asupan makanan diatur sangat ketat dan tidak realistis, olahraga dilakukan dengan high intensity. Tidak sedikit yang berujung pada dehidrasi hingga gangguan makan seperti anorexia. Yakin nih Angels dipandang sebagai role model buat punya tubuh sehat?
Tangkapan layar InstaStory sang influencer
Masalah standar kecantikan. Bagi sang influencer, enggak masalah punya standar kecantikan yang berbeda. Yup, memang tiap orang punya latar belakang yang berbeda-beda dan bisa mempengaruhi pandangan kita terhadap kecantikan.
Itu artinya, kalau kita punya standar A, belum tentu orang dengan standar B itu punya penampilan yang kurang baik. Bagi yang punya standar B, tentu orang dengan standar B terlihat baik. Simpelnya: selera.
Kalau seseorang dengan penampilan yang tidak sesuai selera kita, bukan berarti orang tersebut tidak cantik. Selera kita aja yang kurang pas. Enggak sesuai selera bukan free pass buat menjelekkan seseorang.
Namun, evaluasi lagi selera pribadi kita dengan dasar body positivity. Kita tahu paket lengkap tubuh langsing, rambut panjang, kulit cerah sudah jadi standar kecantikan yang dipuja-puja lingkungan kita sejak lama. Benar gak sih kita lebih suka punya tubuh kecil karena kita memang menyukainya atau karena lingkungan memaksa kita untuk menyukainya? Kalau masuk kategori kedua, berarti belum sepenuhnya body positivity.
Yang jelas, kita semua tetap worthy tanpa memandang fisik yang kita punya. Nggak perlu memaksakan selera pribadi ke orang lain, enggak pantas juga menganggap jelek fisik seseorang. (*)