![]() |
Posted on June 23rd 2021 |
Virus Corona varian Delta telah menjadi headline pemberitaan di berbagai media massa dalam beberapa terakhir. Bukan tanpa alasan, tetapi karena varian yang pertama diidentifikasi di India ini memang lebih menular dan memicu lonjakan kasus baru di berbagai wilayah di dunia.
Dilansir dari Business Insider, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut jika varian Delta merupakan yang paling cepat bergerak dan “terkuat” hingga saat ini. Virus ini punya kemampuan untuk menemukan dan membunuh orang yang paling lemah.
Menurut laporan CNBC, Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan WHO mengatakan varian Delta berpotensi menjadi lebih mematikan. Hal itu terjadi karena varian itu bisa lebih efisien ketika menular antar manusia.
Ryan menambahkan bahwa varian Delta pada akhirnya akan menemukan individu-individu yang rentan. Mereka bisa mengalami sakit parah, harus dirawat di rumah sakit, dan berpotensi meninggal dunia.
“Varian Delta ini lebih cepat, lebih kuat, memilih yang paling rentan, dan lebih efisien dari pada varian sebelumnya. Oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka memiliki risiko lebih lanjut,” ujar Ryan.
Pentingnya vaksinasi ini pun telah membuat WHO meminta negara-negara kaya untuk membantu memperlambat penyebaran varian Delta dengan menyumbangkan lebih banyak vaksin ke negara-negara miskin.
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 mengatakan bahwa varian Delta saat ini telah menyebar ke-92 negara. Dan sayangnya, mereka belum memiliki vaksin yang tepat untuk melindungi kehidupan masyarakat.
Varian Delta sendiri telah masuk ke dalam daftar varian yang menjadi perhatian oleh WHO. Varian ini dikhawatirkan menjadi strain yang mendominasi dunia. Varian Delta telah mendominasi Inggris, menggantikan varian Alpha.
Varian yang menjadi perhatian artinya jenis ini dianggap lebih mudah menular, lebih mematikan, dan berpotensi dapat menghindar dari vaksinasi. Delta tampaknya 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha, yang sudah 50 persen lebih mudah menular daripada jenis virus corona aslinya. Data dari Inggris menunjukkan risiko rawat inap lebih tinggi.
Vaksinasi parsial tampaknya juga kurang melindungi terhadap varian ini. Penelitian menunjukkan jika satu suntikan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech atau Universitas Oxford-AstraZeneca hanya memberikan perlindungan 33 persen terhadap kasus Delta yang bergejala. Padahal vaksin yang sama bisa memberikan perlindungan hingga 88 persen pada varian lain. Namun dua dosis dari vaksin tersebut di atas tetap memberikan perlindungan jauh lebih baik pada mereka yang harus rawat inap akibat varian tersebut.(*)