![]() |
Posted on June 8th 2021 |
Kulit stres bukan lah sesuatu yang enak dilihat. Hormon stres seperti kortisol dapat memicu jerawat, kulit kusam, mempercepat penuaan, dan memperburuk kondisi kulit seperti eksim dan psoriasis.
“Tingkat kortisol yang meningkat secara konsisten telah terbukti menghambat produksi kolagen, asam hialuronat, dan lemak sehat kulit seperti ceramide. Kolagen berfungsi seperti pelindung kulit yang mencegah garis-garis halus dan kerutan,” ujar Dr Whitney Bowe, seorang dokter kulit dan asisten profesor klinis dermatologi di Icahn School of Medicine, di Mount Sinai Medical Center.
Melansir dari CNN, Bowe menyebut jika asam hialuronat berfungsi menjaga kulit tetap montok. Sementara ceramida, bekerja sama dengan asam lemak dan kolesterol akan menciptakan penghalang untuk mengunci kelembabapan dan melindungi lapisan kulit.
Secara alami, kulit merupakan bagian dari tubuh yang menjadi pertahanan pertama dalam melawan kuman. Saat penghalang kulit bekerja dengan baik, kelembaban akan terjaga dan kulit tetap terhidrasi. Ini akan menghalangi alergen, iritasi, polutan, dan kuman untuk masuk.
Tetapi sayangnya, hormon stres melemahkan pertahanan itu, memperlambat produksi minyak bermanfaat yang berfungsi untuk mengunci cairan ke dalam kulit. Jika ini terjadi, kulit kemungkinan mulai “membocorkan” air dalam proses yang dikenal sebagai kehilangan air transepidermal atau TEWL.
Ketika air menguap keluar, kulit jadi kering dan rusak, membuat kuman bisa masuk lebih dalam. Bowe mengatakan, bila penghalang kulit tidak berfungsi dengan baik ada beberapa konsekuensi yang terjadi. Mulai dari peradangan ringan dan peningkatan radikal bebas yang dapat merusak kulit hingga mempercepat penuaan serta meningkatkan risiko alergi.
Tidak hanya itu saja, produk kecantikan yang sering kita gunakan juga bisa berpotensi merusak penghalang kulit ini loh. Bahkan menurut penulis “The Beauty of Dirty Skin: The Surprising Science of Looking and Feeling Radiant from the Inside Out” itu, beberapa bahan yang memiliki efek dramatis dan menakjubkan pada kulit mempunyai efek iritasi.
“Retinoid, termasuk retinol, adalah favorit dokter kulit, tetapi akan mengiritasi kulit, terutama jika digunakan setiap malam. Asam alfa hidroksi atau asam glikolat adalah bahan yang luar biasa membantu mencerahkan bintik gelap, meratakan warna kulit dan membantu meningkatkan produksi kolagen, tetapi juga bisa menjadi penyebab iritasi,” ujar Bowe.
Meski begitu, bukan berarti jika produk kecantikan yang sudah kita beli mahal tidak boleh digunakan loh. Menurut Bowe, yang penting adalah mengatur waktu kapan bahan-bahan tersebut digunakan.
Gampangnya, jangan menggunakan bahan-bahan tersebut setiap malam. Sebab, jika bahan yang mengiritasi kulit itu digunakan setiap malam, potensi kerusakan pada penghalang kulit akan meningkat.
Bowe menyarankan untuk membuat sebuah siklus yang berisi “malam aktif” dan “malam pemulihan”. Malam aktif ini merupakan waktu dimana kita menggunakan bahan-bahan anti penuaan seperti retinoid, asam alfa hidroksi atau asam glikolat.
Sedangkan malam pemulihan ini merupakan waktu di mana kulit kita terbebas dari bahan-bahan tersebut. Kalian bisa memilih satu atau dua malam pemulihan setelah malam aktif, tergantung dari tingkat kekeringan kulit.
Di malam pemulihan ini kalian bisa menggunakan bahan seperti gliserin, minyak biji bunga matahari, minyak jojoba atau squalane – yang merupakan versi terhidrogenasi dari squalene, senyawa yang diproduksi secara alami oleh kelenjar sebasea.
Ini merupakan bahan-bahan penuh nutrisi dan melembabkan yang akan memperbaiki penghalang kulit, mendukung mikrobioma kulit dan mengembalikan pH kulit yang sehat. (*)