Sport

Habitat Baru Jose Mourinho

Mainmain.id

Posted on May 7th 2021

The Special One kembali ke Serie A. Paling tidak, ada tiga masalah besar yang harus diselesaikan pria Portugal itu untuk mengembalikan Roma ke jalur yang benar.

Dunia terkejut ketika AS Roma tiba-tiba mengangkat Jose Mourinho sebagai pelatih baru musim depan. Mou menggantikan kompatriotnya dari Portugal, Paulo Fonseca. Di bawah rezim Fonseca, Roma berantakan. Roma hanya menghuni peringkat ketujuh. Roma juga kalah sangat mencolok (2-6) dari Manchester United di semifinal pertama Europa League. Di bawah rezim Mou, Roma berharap banyak. Meraih gelar Serie A tentu saja tujuan utamanya. Kalaupun tidak bisa, peringkatnya jangan jauh-jauh dari situ. Roma harus berada di zona Liga Champions. Tahun ini Roma berada di peringkat ketujuh.

Sepintas agak mengherankan memang penunjukan Mou itu. Selama ini pria 58 tahun tersebut selalu menangani klub super seperti Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, dan Manchester United. Namun, bila ditelaah dari rentang prestasinya, Mou memang wajar harus turun kelas. Menangani Tottenham Hotspur adalah bagian dari proses turun kelas itu. Kalau kini ia berada di AS Roma, tentu di situlah ''habitat'' Mou yang baru sekarang. Mou yang semula menyandang status sosial sebagai The Special One kini tak lebih dari  The Sacked One. The Special One tentu Anda tahu. Ia pelatih istimewa. Rujukannya ya gelar-gelar itu. Soal The Sacked One terserah mau Anda terjemahkan apa. Yang jelas, seperti dirilis Corriere dello Sport, Mou punya tiga tugas besar.

 

Defisiensi Defensif

Pertama, memperkuat pertahanan. AS Roma kebobolan 53 gol dari 34 kali bertanding di Serie A. Tahun lalu Roma kebobolan 51 gol. Di bawah rezim Fonseca, Roma memang kerap kali mengundang pujian karena mekanisme serangannya yang cepat dan mematikan hingga bikin lawannya ampun-ampun. Ironisnya, Roma juga kedodoran di sektor pertahanan. Statistik golnya 58 memasukkan dan 53 kebobolan. Nah,  tugas itu sejalan dengan falsafah sepak bola Mou yang ultradefensif. Spurs yang dulu superagresif saja bisa diubah menjadi superdefensif. Seorang pendukung Spurs yang frustrasi melihat perubahan gaya main timnya di bawah Mou sempat menyarankan agar musim 2020/2021 Mou cukup menyisakan satu penyerang. Selebihnya jual semua. Beli bek dan gelandang bertahan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, formasi tim Mou terdiri atas 1 kiper, 9 pemain bertahan, dan 1 striker. Format itu seolah-olah menjadi antitesisnya karena selama dua tahun rezim Fonseca, Giallorossi kebobolan lebih dari 100 gol.

Mourinho adalah pelatih konservatif. Ia menerapkan pragmatisme permainan dalam dosis tinggi. Rasanya sangat cocok menjadi rezim baru tim ibu kota.

Kedua, selama dua tahun terakhir, Giallorossi menjadi tim lemah gemulai. Roma tak mampu menendang tim-tim besar. Mou harus menemukan cara agar Roma kembali ke habitatnya, yaitu menjadi pusara bagi tim-tim elite.

Satu-satunya kemenangan Fonseca melawan empat besar pada 2019/2020 adalah kemenangan 3-1 atas Juventus yang sudah mengamankan scudetto. Itu menunjukkan reputasi  yang buruk bagi Roma. Celakanya, keadaan jadi makin buruk musim ini.

Serigala dari ibu kota itu tak pernah menang dalam 12 pertandingan melawan delapan besar saat ini (enam seri, enam kekalahan) dengan selisih gol -15. Roma seperti diinjak-injak Atalanta, Napoli, dan Lazio.

Ketiga, Mou harus bisa mengatasi masalah cedera pemain. Terlalu banyak pemain Roma yang tumbang. Soal cedera pemain adalah soal sepele buat Mourinho. Tanpa pramusim membuat semua tim kelabakan, termasuk Tottenham Hotspur sebelum akhirnya Mou terusir dari London. (Max Wangge/Harian Disway)

Tulisan ini sebelumnya telah tayang di Harian Disway (partner Mainmain.id)

Tulisan ini sebelumnya telah tayang di Harian Disway (partner Mainmain.id)

Tulisan ini sebelumnya telah tayang di Harian Disway (partner Mainmain.id)

 
Artikel Terkait
Sport
Derbi Roma Bakal Pertemukan Jose Mourinho versus Maurizio Sarri

Sport
Jose Mourinho Mulai Menata Kekuatan AS Roma

Sport
Florian Thauvin Tapak Tilas Sukses Andre-Pierre Gignac di Liga Meksiko